bab 010 : Teman lama?"Siapa kau?""Aku?"Pria berambut pirang dengan mata amber itu menunjuk dirinya sendiri. Matanya membulat selama beberapa saat, sebelum akhirnya menyunggingkan senyuman lebar yang penuh makna."Aku ini salah satu temanmu saat kita masih SD. Apa kau sudah lupa denganku?"Terry mengerutkan keningnya. Ia berpikir sejenak sembari mengingat pria yang berada di hadapannya ini. Jujur saja, Terry kesulitan mengingat wajah orang, apalagi jika sudah lama tak bertemu.Selain itu, matanya memindai penampilan pria itu. Rambut pirang, mata amber, anting panjang sebahu dengan tanda x di ujungnya, lalu setelan hitam yang nampak mahal dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pria ini berasal dari kalangan atas."Maaf, aku tak mengingatmu. Kau mungkin salah orang,"Pria bermata amber itu mendengkus kesal, lalu berjalan ke arah Terry dan mengalungkan tangannya di bahu pria itu."Aku Kai. Teman sebangku mu sebelum aku pindah ke Jerman mengikuti ayahku." Pria itu memperkenalkan dirinya d
Bab 011 : Dalam PerjalananSepanjang perjalanan, suasana di mobil begitu hening. Baik Terry maupun Kai, keduanya larut dalam pemikiran masing masing.Terry menolehkan kepalanya ke arah jendela, melihat banyaknya gedung gedung tinggi di sepanjang jalan yang ia lewati.Terry terlihat bosan dengan keheningan ini. Terlebih, Kai tak mengatakan apapun tentang pekerjaan yang akan ia lakukan. Helaan napas kasar keluar dari bibirnya."Kai?" Terry memanggil setelah sekian lama terjebak dalam keheningan."Ada apa?" Kai menjawab. Ia tak menolehkan kepalanya ke arah Terry. Matanya masih fokus pada jalanan yang sedikit macet."Saat di kantor Van Derrick, aku akan bekerja sebagai apa?" Tanya nya dengan suara pelan. "Bagaimanapun, aku harus tahu dulu tentang pekerjaan yang akan aku jalani nanti," sambungnya.Kai terdiam. Mulutnya terkunci dengan rapat. Tangannya meremat setir cukup kuat, seolah menahan emosi yang kapan saja akan membludak. Hanya saja, ekspresi wajahnya tak berubah sedikit pun, terli
Bab 012 : Tempat asing"Kai, apa kau yakin ini adalah tempat yang aman?" Tanya Terry. Ia mengedarkan matanya melihat sekeliling. Halaman bangunan itu nampak berantakan, dengan sampah dan dedaunan yang bersebaran. Sulur yang tumbuh subur di dinding, menjuntai di tiap sisi tembok. Cat tembok yang kusam dan mengelupas, serta rumput liar yang tumbuh tinggi, sekitar selutut.Kai menghentikan kegiatannya mengetik di ponselnya. Ia mengangkat kepalanya, menatap Terry dengan tatapan heran. "Apa maksudmu?"Kai mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya terlihat menyatu. Senyum bibirnya yang terlihat lebar pun pudar secara perlahan.Terry menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Ia mengalihkan matanya coklatnya ke arah lain, dengan bertatapan dengan Kai yang saat ini sedang menunggu jawaban darinya."Itu..." Kata kata yang ada di pangkal lidah Terry seolah tertelan begitu saja. Otaknya terasa kosong. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri. Astaga, apa yang baru ia katakan?"Terry?" Kai mem
Bab 013 : Informasi Saat ini, Ben berada di kantor pusat Walter Group. Ia dan Steve akan memberikan laporan pada Frank tentang perkembangannya membujuk Terry pulang. Ben berjalan sendirian karena Steve pergi ke kamar mandi dulu sekaligus membeli minuman. Langkahnya begitu lebar seolah tengah di kejar oleh waktu. "Ben,"Ben menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara. Tangannya menyeka keringat yang mengalir dari pelipisnya. Napasnya tersengal dengan wajah memerah. "Ya, ada apa, Tuan Ethan?" Tanyanya dengan sopan dengan senyuman tipis, mengabaikan rasa lelahnya."Dimana Terry?" Ethan langsung bertanya pada hal inti. "Mengapa ia tak bersama kamu?"Senyuman Ben luntur, berganti menjadi raut wajah menyesal. "Aku gagal mendapatkannya,"Ethan terkejut mendengarnya. Namun ia tak banyak memberikan reaksi. Wajahnya terlihat datar, begitu pula dengan garis bibirnya. Tatapan tajamnya kian intens menatap lantai mendengar perkataan Ben."Tuan?" Ben memanggil dengan ragu. Detak j
Bab 014 : Daniel"Tuan?"Terry menoleh ke arah belakang, di ikuti oleh Miu yang tampaknya familiar dengan suara itu. Terry melihat seorang pria dewasa yang berjalan ke arahnya.Pria itu mengenakan pakaian formal, dengan kemeja putih yang dilapisi oleh setelan jas berwarna biru gelap, serta menggunakan dasi berwarna senada, dengan jam tangan dari merek ternama yang melingkar di tangan kirinya. Jangan lupakan kacamata yang bertengger di hidungnya. Terry bisa memperkirakan usia pria itu lebih dari 60 tahun.Pria itu berjalan mendekat, dan kini berdiri di hadapan Terry maupun Miu."Miu, siapa yang mengizinkanmu untuk menawarkan pekerjaan serendah itu pada tamuku?" Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada, dengan tatapan tajam yang terarah pada gadis berambut platina itu.Miu meneguk ludahnya. Mata ambernya bergulir ke arah lain, enggan bertatapan dengannya. Tubuhnya bergetar hebat, begitu juga dengan suaranya. "Itu..."Suasana yang tadinya ramah dan hangat berubah menjadi canggung
Bab 015 : Tawaran (Berbahaya)Kai turun dari mobil Bentley dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Bibirnya melengkung ke atas dengan aura ramah. Saat ada orang yang menyapanya, ia akan menjawab dengan ramah. Kai berharap, Semoga ia mendapatkan apa yang ia butuhkan di tempat ini.Kakinya melangkah menuju bangunan yang menjulang tinggi di depannya, yaitu Van Derrick Corp. Ia memiliki urusan dengan pemimpinnya karena perintah dari Daniel.Saat berada di persimpangan jalan, Kai merasakan ponselnya bergetar, menandakan adanya panggilan yang masuk. Karena penasaran, Kai merogoh sakunya untuk melihat siapa yang meneleponnya.Di layar ponselnya, tertulis nama [kitten Miu]. Kai tentu saja kebingungan. Kenapa orang itu menelepon dirinya disaat ia sedang bertugas?Karena rasa penasaran yang membludak, Kai menggulirkan jarinya pada layar ponselnya untuk mengangkat panggilan itu. "Halo?""Kai!"Kai menjauhkan ponsel yang ia pegang dari telinganya saat mendengar suara melengking milik Miu.
Bab 016 : Laporan "Dimana Terry?""Apa maksudmu?"Kai menoleh ke arah belakang. Matanya memperhatikan pria bermata heterochromia itu dari atas sampai bawah, memindai dengan seksama. Keningnya mengerut dalam dengan garis bibir yang terlihat turun. Ia tak senang dengan pertanyaan darinya."Tak usah berpura pura tidak tahu, Kai," "Tapi aku memang tak tahu apa yang kau bicarakan, Ben,"Ben mengatupkan bibirnya. Rahangnya terlihat mengetat dengan dada yang terasa sangat sesak. Sejujurnya, emosinya sudah berada di puncak kepala saat ini. Bicara dengan Kai harus memiliki banyak stok kesabaran."Aku tahu kalau kau membawa Terry," Ben kembali berkata dengan tangan mengepal di kedua sisi tubuhnya.Kai menggelengkan kepalanya dengan helaan napas kasar. "Ben, kau nampaknya tak berubah,""Apa maksudmu?""Kau selalu menuduhku tanpa bukti. Maksudku, Terry yang mana yang kau bicarakan? Kau tahu kan kalau aku baru pulang dari Jerman?" Tanya Kai bertubi tubi.Ben terdiam selama beberapa saat. Kepalan
Bab 001 : Hinaan"Terry, ini gaji milikmu,"Terry yang sedang melamun di sudut ruangan tersentak kaget saat namanya dipanggil. Matanya mengerjap selama beberapa saat, mengumpulkan kembali fokus yang sempat terburai. Dengan cepat, ia berjalan menghampiri Jake, manager di tempatnya bekerja.Terry mengambil amplop dari tangan Jake dengan perasaan senang. Senyuman tipis terukir di bibirnya. Ia segera memasukkan amplop itu ke dalam saku celananya yang lusuh."Terima kasih, tuan Jake,""Sama sama," Jake tersenyum tipis. Ia menepuk bahu Terry dengan cukup keras. Membuat Terry yang akan pulang menghentikan langkahnya."Ada apa lagi, tuan Jake?" Tanya Terry sopan. "Apa anda membutuhkan sesuatu?""Tidak. Aku hanya ingin mengingatkan. Jangan lupa untuk pekerjaan tambahan nanti malam." Jake menjeda sejenak ucapannya dan menyenggol lengan Terry seperti kawan lama." Sekedar informasi, Aku rasa kau akan dipromosikan oleh bos kita untuk menjadi pegawai tetap,"Wajah Terry terlihat terkejut mendengar