Beranda / Urban / Sang Pewaris yang Terbuang / Bab 002 : Pengkhianatan?

Share

Bab 002 : Pengkhianatan?

Penulis: Taehyunie05
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-03 11:37:55

Bab 002 : Pengkhianatan?

Terry memperhatikan dengan seksama kedua sepatu yang ada di rak. Sepatu pertama, Terry merasa familiar dan ia mengenalinya. Namun untuk sepatu kedua, ia merasa asing.

Pasalnya, sepatu yang satunya lagi terlihat begitu mewah meskipun dengan modelnya sederhana. Sepatu itu terbuat dari bahan yang sangat bagus. Terry bisa menduga jika pemilik sepatu ini adalah orang berada.

Melihat sepatu itu, pikiran negatif langsung menyerbu kepala Terry tanpa henti. Batinnya berbisik ada yang tak beres dengan hal ini.

Maka dari itu, Terry putuskan untuk masuk ke dalam rumah untuk mencari tahu siapa yang bertamu ke apartemennya. Karena seingatnya, Meghan tak memiliki satupun teman pria.

Terry berjalan mengendap ngendap layaknya pencuri. Ia tak ingin ketahuan. Saat melewati ruang tamu, seseorang menegurnya. Membuat tubuhnya membeku secara tiba tiba.

"Terry?"

Terry menoleh, menemukan sosok pria yang berusia 6 tahun lebih muda darinya. Dia adalah Dylan Trainor, adik Meghan.

"Oh, halo Dylan," Terry menyapa sembari memaksakan senyumnya pada adik iparnya itu. "Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Berkunjung," 

Terry menaikkan alisnya. Ia tahu jika ia dan keluarga Meghan memiliki hubungan yang sangat buruk. Apalagi, Dylan termasuk orang yang sangat membencinya karena ia bukanlah manusia berada. Jadi, kenapa pria itu ada disini?

"Tumben kau berkunjung kemari,""

"Aku merasa bosan berada di rumah. Memang aku tak boleh berkunjung kemari?" Tanya Dylan balik dengan nada sinis dan tajam, seperti yang biasa ia lakukan padanya.

"Oh, bukan seperti itu. Aku-"

"Lupakan. Aku tak ingin mendengar alasan murahanmu," sela Dylan cepat. Terry menghembuskan napas kasar, berusaha memaklumi tindakan adik iparnya yang kurang ajar.

"Omong omong, apa yang ada dalam paper bag di tanganmu? Selain itu, mengapa kau pulang jauh lebih cepat dari biasanya?" Tanya Dylan

Matanya terlihat gelisah. Ekspresinya juga sedikit berubah, meskipun Dylan mencoba menutupinya. Beberapa kali kepalanya melongok ke arah pintu bercat putih yang berada di ujung ruangan dengan cemas.

"Oh, itu karena toko tempatku bekerja sudah di sewa untuk mengadakan semacam pesta. Makanya aku pulang dulu untuk beristirahat sebentar." Kata Terry. Mencoba untuk tak terusik dengan tindakan Dylan yang nampak aneh.

"Apa kau akan pergi lagi setelah ini?"

Terry mengerutkan keningnya. Alisnya terlihat naik dengan tatapan heran. "Tentu saja. Aku diminta oleh manager untuk hadir menjadi pegawai saat pesta itu berlangsung. Kenapa kau bertanya?"

"Hanya penasaran,"

Hening kini melanda keduanya. Baik Terry maupun Dylan, keduanya terjebak dalam pikiran masing masing.  Terry sibuk memikirkan kemana perginya Meghan karena tak menyambutnya. Sedangkan Dylan dengan pikirannya sendiri.

Tak ingin terlalu lama terdiam bersama orang yang tak ia suka, Terry pun kembali membuka mulutnya. "Omong omong, sepatu siapa di depan? Dimana Meghan?"

Dylan tampak menggigit bibirnya, terlihat ragu. Ia mengetik sesuatu di ponselnya tanpa menjawab pertanyaan Terry.

Hal ini tentu membuat Terry kesal. Ia merasa di abaikan. "Hey, aku bertanya padamu!"

Dylan kembali memfokuskan matanya ke arah kakak iparnya dengan helaan napas kasar. "Ya, aku mendengarnya. Kau tak perlu berteriak seperti orang utan di sini,"

"Itu karena kau mengacuhkan aku," Terry berkata kesal dengan nada naik beberapa oktaf. Tangannya terlipat di depan dada.

"Sekarang katakan, siapa pemilik sepatu itu? Dimana Meghan?"

"Sepatu itu milikku. Aku tak mungkin menggunakan sandal kemari,"

"Jangan bersikap bodoh, Dylan! Di rak ada dua pasang sepatu. Kau tak mungkin menggunakan keduanya sekaligus," gertak Terry dengan tatapan tajam, yang mana membuat Dylan merasa terintimidasi. Ini pertama kalinya Dylan merasa takut pada kakak iparnya itu.

"Siapa pemilik sepatu yang satu lagi? Cepat katakan padaku sebelum aku kehabisan kesabaran,"

Dylan menghela napas, lalu berbalik dan memunggungi Terry. "Kalau kau ingin tahu jawabannya, ayo, ikuti aku,"

Terry mengerutkan keningnya. Apalagi yang Dylan rencanakan? Dia mau dibawa kemana? Pikiran itu terus berputar putar di atas kepalanya tanpa henti.

Tak ingin berpikir terlalu rumit, Terry mengikuti Dylan dari belakang dengan perasaan berkecamuk. Hatinya resah tak karuan. Pikiran negatif yang sedari tadi hinggap di kepalanya menyerbu tanpa henti. Namun Terry mencoba untuk menepisnya.

Dylan berhenti di depan pintu bercat putih pudar yang berada di sudut apartemen ini. Ini adalah kamarnya dan sang istri. Kenapa Dylan mengajaknya kemari?

Dari luar, Terry bisa mendengar suara desahan saling bersahutan, mengejar kenikmatan dunia. Suara wanita yang ada di dalam sana tampak familiar di telinganya. Jangan bilang jika....

"Jawabanmu ada di dalam sana," tunjuk Dylan.

Terry meneguk ludahnya, menyiapkan hati untuk kemungkinan terburuk. Tangannya yang bergetar meraih gagang pintu, membukanya dengan perlahan. 

Begitu dibuka, matanya membulat. Paper bag yang berisi hadiah untuk sang istri terjatuh begitu saja di lantai.

Tubuh Terry membeku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Wajahnya terlihat pucat dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Bibirnya bergetar hebat.

Di depan matanya, istrinya sedang bercinta dengan pria lain. Tubuh istrinya terlihat dipeluk dengan erat di balik selimut yang mereka menutupi tubuh keduanya. Baju milik sang istri dan pria asing itu berceceran di lantai.

"Meghan?"

Pasangan yang kini sedang bercinta itu menolehkan kepalanya ke belakang. Mata keduanya membola, terkejut dengan kehadiran Terry yang datang tanpa diundang. Aktivitas  panas itu terhenti begitu saja. Keduanya memisahkan diri dan sedikit berjauhan satu sama lain.

"Ada apa?" Tanya Meghan datar, seolah tak terjadi apapun. Wanita itu memungut pakaiannya yang tercecer di lantai dan memasangnya di tubuh polosnya.

"Siapa dia?"

"Dia kekasihku. Namanya Matthias," sahut Meghan santai.

Terry menahan napas. Rasa sakit itu berubah menjadi kemarahan. Dadanya naik turun dengan cepat. Matanya menyalang tajam, mengintimidasi seolah siap menerkam mangsa.

"Kenapa kau membawa pria asing itu ke kamar kita?"

"Karena-"

"Karena kau tak bisa memuaskannya," Matthias menjawab pertanyaan Terry, menyela pembicaraan diantara pasangan suami istri itu. Ia pun memungut bajunya di lantai, memasangnya di tubuh atletisnya.

"Apa?"

"Kau tak mendengar ucapanku?" Matthias kembali bertanya dengan nada mengejek. "Kau tak bisa memuaskannya, baik secara finansial maupun di ranjang."

Ego Terry tersentil. Jiwanya memberontak mendengar ejekan yang merendahkan harga dirinya. Emosi dalam dirinya memberontak, berada di atas kepala.

Terry maju dengan langkah penuh kemarahan. Begitu berada di hadapan Matthias, ia menyeret Matthias dari ranjang dan meninju rahangnya. Matthias pun terjatuh karena tak bisa menyeimbangkan diri.

"Brengsek!" Maki Terry kesal.

"Terry, apa yang kau lakukan? Kenapa kau memukulnya?!" Teriak Meghan histeris.

"Dia pantas mendapatkannya!" 

Terry berkata dengan nada dingin. Lalu menatap tajam Meghan yang saat ini malah membantu Matthias daripada membela dirinya.

"Kenapa kau malah membantunya?!"

"Karena dia adalah kekasihku yang bisa memberiku segalanya. Tidak sepertimu yang memberiku kesengsaraan!" Meghan berkata dengan nada tinggi. Ia membantu Matthias berdiri dan menatap Terry dengan tatapan menusuk. 

"Kau kejam sekali meninju orang yang tak bersalah."

"Apa? Kau bilang aku kejam?!" Terry membentak Meghan dengan mata melotot. Tangannya berada di pinggang. 

"Kau pikir aku harus diam saja saat istriku bercinta dengan pria lain? Apa kau pikir itu pantas dilakukan oleh seorang istri saat suaminya sedang bekerja?"

"Tentu saja,"

"Kenapa kau berkata seperti itu?"

"Aku muak hidup miskin denganmu. Bagiku, kau tak lebih dari kesialan salam hidupku. Aku menyesal menikah denganmu!"

Terry membulatkan matanya. Hatinya terasa hancur mendengar keluhan istrinya. "Meghan, apa yang kau ucapkan? Tarik kembali ucapanmu!"

"Aku tidak mau!"

"Apa?!"

Bab terkait

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 003 : Dua Kejadian Beruntun

    Bab 003 : Dua Kejadian BeruntunTerry menahan napas saat Meghan kembali melawannya. Napasnya menjadi berat. Emosi yang sudah ia tahan sedari tadi siap lepas kapan saja. Wajahnya memerah dan kepalan tangannya kian menguat, hingga kuku melukai telapak tangannya."Apa?!""Aku tak ingin hidup dengan pria miskin sepertimu! Aku ingin meminta cerai!"Dada Terry terasa di remas mendengar kalimat mengerikan itu keluar dari mulut Meghan. Sendi sendi di tubuhnya seolah lepas menjadi jelly, terlampau terkejut dengan permintaan sang istri. "Apa? Kenapa kau meminta cerai? Bukankah dalam janji pernikahan kalau kau akan-""Pokoknya aku meminta cerai!" Sela Meghan cepat. Ia berjalan ke arah laci yang berada di sisi tempat tidur dan mengambil sesuatu dari sana. Sebuah kertas perceraian. "Tanda tangani ini. Dengan begitu aku bisa lepas darimu!" Meghan melempar kertas perceraian itu ke wajah Terry, begitu juga dengan pena nya.Terry memungut kertas itu dengan perasaan kecewa. Tangannya bergetar saat m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 004 : Ben Clayton

    Bab 004 : Ben Clayton"Matthias brengsek!" Terry menggeram dan mengumpat dengan suara rendah. Tangannya kembali mengepal dengan kuat. Kuku miliknya kembali menancap di telapak tangannya, ditempat yang sama, membuat luka itu semakin dalam.Pria itu memalingkan wajahnya ke arah lain, berusaha untuk terlihat kuat di hadapan Jake. Akan tetapi, Jake melihat semua itu. Ia juga marah pada orang yang berkuasa di atas sana. Namun ia tak bisa membantu apapun."Maaf, aku tak bisa mencegah bos kita untuk memecat mu," Jake berkata dengan nada bersalah. Ia menepuk nepuk punggung Terry, berharap bisa menghibur pria itu.Terry menolehkan kepalanya ke arah Jake. Kemudian menyunggingkan senyuman tipis sebagai respon. "Terima kasih sudah menghibur dan memberitahuku fakta ini,"Keduanya terdiam lagi. Kebetulan, tak ada siapapun di ruangan itu selain mereka berdua. Suasana begitu canggung dan aneh. Jake sendiri kebingungan harus berkata apa untuk mencairkan suasana.Terry sedang berpikir. Sejauh apa keku

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 005 : jebakan 

    bab 005 : jebakan "Eh? Bagaimana kau bisa tahu?"Terry membulatkan matanya menyadari perkataannya. Ia keceplosan Jantungnya berdetak lebih cepat daripada biasanya. Wajahnya terlihat pucat, lebih dari sebelumnya. Tubuhnya membeku selama beberapa detik. Selain itu, keringat sebesar biji jagung mulai mengalir dari pelipisnya. Terry menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Matanya bergerak gelisah dengan ekspresi wajah panik. Astaga, apa yang ia katakan pada pria asing itu?Terry memalingkan wajahnya ke arah lain dengan telinga memerah, merasa malu pada dirinya sendiri yang bertindak ceroboh. "Maaf, aku salah bicara."Ben tersenyum tipis, lalu menatap Terry dengan tatapan menyelidik. "Benarkah?""Ya," Terry menjawab singkat karena tak ingin beradu argumen lebih lama."Wah, sayang sekali." Ben terdengar kecewa. Suaranya terdengar jauh lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya. "Padahal aku sedang mencari putra bungsu keluarga Walter. Aku kira kau adalah orangnya. Ternyata bukan y

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 006 : Target

    bab 006 : Target Seorang pria berambut pirang melangkah dengan langkah lebar di sebuah lorong kantor. Ia mengenakan setelan serba hitam, dari ujung kepala sampai ujung kaki. Yang paling mencolok darinya adalah, ia memiliki mata berwarna amber dengan anting panjang sebahu dengan ujung berbentuk tanda X. Di tangannya, terdapat sebuah berkas yang berisi beberapa dokumen penting.Pria itu tak berjalan sendirian. Ia ditemani oleh dua orang yang berpenampilan sama sepertinya. Bedanya, kedua pria itu memiliki pistol yang terletak di kaki kiri mereka. Wajah kedua pria yang di kenali sebagai bodyguard itu terlihat datar.Begitu berada di depan pintu, pria berambut pirang itu segera masuk tanpa perlu mengetuknya terlebih dahulu. "Tuan Daniel kita sudah mendapatkan target,"Pria lain berambut platina yang bernama Daniel memutar kursinya. Yang tadinya menghadap jendela menuju ke lawan bicara yang ada di depannya. Daniel mengenakan setelan berwarna navy. Tangannya terlipat di depan dada dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 007 : Keluarga Trainor (1)

    bab 007 : Keluarga Trainor (1) Ben keluar dari kamar mandi setelah urusannya dengan Steve selesai. Ia melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukan pukul 8.15. pm. Itu artinya Steve meneleponnya selama satu jam!Ben segera berlari ke arah mejanya, takut Terry meninggalkannya. Terlebih, ia belum bisa dekat dan menyakinkan pria itu dan membawanya pulang ke keluarga Walter.Jika hal ini terjadi, maka misi yang sedang ia jalankan akan gagal. Dan ia terpaksa mendapatkan konsekuensi yang mengerikan dari tuan Walter. Terlebih, keluarga itu memiliki kelemahannya.Begitu sampai di mejanya, Ben bernapas lega saat melihat Terry yang masih duduk disana. Dengan dua gelas jus dan satu cangkir kopi yang terlihat kosong."Ah, syukurlah kau masih ada disini,"Terry mendelik ke arah Ben. Tangannya terlipat di atas dada dengan rahang mengetat. "Kenapa lama sekali?""Ada beberapa hal yang harus aku urus dengan rekan kerjaku." Ben berkata dengan nada ramah. Ia du

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 008 : Keluarga Trainor (2)

    bab 008 : Keluarga Trainor (2)"Oh, Madam Yessa," Terry menyapa dengan sopan ibu Meghan yang baru saja keluar dari kamar pribadinya. Wanita paruh baya itu mengenakan pakaian mewah dengan warna merah menyala."Selamat malam. Maafkan saya jika kedatangan saya mengganggu anda,"Yessa mengalihkan tatapannya ke arah Terry. Bibirnya tertarik keatas, membentuk senyuman sinis. Tatapan tajam dan merendahkan itu ia layangkan pada Terry yang saat ini mencoba mempertahankan senyumannya."Kalau kau tahu kedatanganmu menggangguku, kenapa malah tetap kemari?" Yessa bertanya dengan nada sarkas.Tangannya yang penuh dengan gelang emas terlipat di depan dada. Seolah ingin menunjukan aset apa saja yang ia punya. Seingat Terry, Yessa tak memiliki perhiasan. Lalu darimana semua perhiasan itu?Terry terdiam sesaat, mencoba mencari alasan yang sekiranya bisa membuat ibu mertuanya menerima kedatangannya. "Saya kemari ingin mengunjungi anda.""Hanya mengunjungiku?" Tanya Yessa lagi. "Kau yakin niatmu hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 009 : Anggota Keluarga

    bab 009 : Anggota Keluarga Setelah mengantar Terry pulang ke apartemennya, Ben melajukan mobilnya ke arah markasnya. Ia mengemudikan mobil miliknya dengan kecepatan sedang. Tak sampai 10 menit, Ben sampai di sebuah hutan yang letaknya jauh dengan pemukiman penduduk. Ia menyimpan mobil Porche kesayangannya di salah satu tempat yang sudah ia tandai, mengingat mobil tak akan masuk ke dalam jalan setapak yang akan ia lalui."Hah, kadang aku malas untuk datang ke markas karena aksesnya yang sangat buruk," gerutu Ben. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan menyalakan lampu senter sebagai sumber penerangan, lalu mulai berjalan menuju jalan setapak yang membentang sekitar 200 meter ke depan.Begitu sampai di sebuah bangunan tua, Ben masuk ke dalamnya tanpa permisi. Ia melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak samping pintu. Isi dari bangunan itu sangat berbeda dengan luarnya."Kau datang terlambat dari jam perjanjian kita," komentar seseorang yang saat ini tengah fokus pada komput

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-17
  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 010 : Teman lama?

    bab 010 : Teman lama?"Siapa kau?""Aku?"Pria berambut pirang dengan mata amber itu menunjuk dirinya sendiri. Matanya membulat selama beberapa saat, sebelum akhirnya menyunggingkan senyuman lebar yang penuh makna."Aku ini salah satu temanmu saat kita masih SD. Apa kau sudah lupa denganku?"Terry mengerutkan keningnya. Ia berpikir sejenak sembari mengingat pria yang berada di hadapannya ini. Jujur saja, Terry kesulitan mengingat wajah orang, apalagi jika sudah lama tak bertemu.Selain itu, matanya memindai penampilan pria itu. Rambut pirang, mata amber, anting panjang sebahu dengan tanda x di ujungnya, lalu setelan hitam yang nampak mahal dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pria ini berasal dari kalangan atas."Maaf, aku tak mengingatmu. Kau mungkin salah orang,"Pria bermata amber itu mendengkus kesal, lalu berjalan ke arah Terry dan mengalungkan tangannya di bahu pria itu."Aku Kai. Teman sebangku mu sebelum aku pindah ke Jerman mengikuti ayahku." Pria itu memperkenalkan dirinya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19

Bab terbaru

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 016 : Laporan

    Bab 016 : Laporan "Dimana Terry?""Apa maksudmu?"Kai menoleh ke arah belakang. Matanya memperhatikan pria bermata heterochromia itu dari atas sampai bawah, memindai dengan seksama. Keningnya mengerut dalam dengan garis bibir yang terlihat turun. Ia tak senang dengan pertanyaan darinya."Tak usah berpura pura tidak tahu, Kai," "Tapi aku memang tak tahu apa yang kau bicarakan, Ben,"Ben mengatupkan bibirnya. Rahangnya terlihat mengetat dengan dada yang terasa sangat sesak. Sejujurnya, emosinya sudah berada di puncak kepala saat ini. Bicara dengan Kai harus memiliki banyak stok kesabaran."Aku tahu kalau kau membawa Terry," Ben kembali berkata dengan tangan mengepal di kedua sisi tubuhnya.Kai menggelengkan kepalanya dengan helaan napas kasar. "Ben, kau nampaknya tak berubah,""Apa maksudmu?""Kau selalu menuduhku tanpa bukti. Maksudku, Terry yang mana yang kau bicarakan? Kau tahu kan kalau aku baru pulang dari Jerman?" Tanya Kai bertubi tubi.Ben terdiam selama beberapa saat. Kepalan

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 015 : Tawaran (Berbahaya)

    Bab 015 : Tawaran (Berbahaya)Kai turun dari mobil Bentley dengan membawa beberapa berkas di tangannya. Bibirnya melengkung ke atas dengan aura ramah. Saat ada orang yang menyapanya, ia akan menjawab dengan ramah. Kai berharap, Semoga ia mendapatkan apa yang ia butuhkan di tempat ini.Kakinya melangkah menuju bangunan yang menjulang tinggi di depannya, yaitu Van Derrick Corp. Ia memiliki urusan dengan pemimpinnya karena perintah dari Daniel.Saat berada di persimpangan jalan, Kai merasakan ponselnya bergetar, menandakan adanya panggilan yang masuk. Karena penasaran, Kai merogoh sakunya untuk melihat siapa yang meneleponnya.Di layar ponselnya, tertulis nama [kitten Miu]. Kai tentu saja kebingungan. Kenapa orang itu menelepon dirinya disaat ia sedang bertugas?Karena rasa penasaran yang membludak, Kai menggulirkan jarinya pada layar ponselnya untuk mengangkat panggilan itu. "Halo?""Kai!"Kai menjauhkan ponsel yang ia pegang dari telinganya saat mendengar suara melengking milik Miu.

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 014 : Daniel

    Bab 014 : Daniel"Tuan?"Terry menoleh ke arah belakang, di ikuti oleh Miu yang tampaknya familiar dengan suara itu. Terry melihat seorang pria dewasa yang berjalan ke arahnya.Pria itu mengenakan pakaian formal, dengan kemeja putih yang dilapisi oleh setelan jas berwarna biru gelap, serta menggunakan dasi berwarna senada, dengan jam tangan dari merek ternama yang melingkar di tangan kirinya. Jangan lupakan kacamata yang bertengger di hidungnya. Terry bisa memperkirakan usia pria itu lebih dari 60 tahun.Pria itu berjalan mendekat, dan kini berdiri di hadapan Terry maupun Miu."Miu, siapa yang mengizinkanmu untuk menawarkan pekerjaan serendah itu pada tamuku?" Pria itu menyilangkan tangannya di depan dada, dengan tatapan tajam yang terarah pada gadis berambut platina itu.Miu meneguk ludahnya. Mata ambernya bergulir ke arah lain, enggan bertatapan dengannya. Tubuhnya bergetar hebat, begitu juga dengan suaranya. "Itu..."Suasana yang tadinya ramah dan hangat berubah menjadi canggung

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 013 : Informasi

    Bab 013 : Informasi Saat ini, Ben berada di kantor pusat Walter Group. Ia dan Steve akan memberikan laporan pada Frank tentang perkembangannya membujuk Terry pulang. Ben berjalan sendirian karena Steve pergi ke kamar mandi dulu sekaligus membeli minuman. Langkahnya begitu lebar seolah tengah di kejar oleh waktu. "Ben,"Ben menghentikan langkahnya. Ia menoleh ke arah sumber suara. Tangannya menyeka keringat yang mengalir dari pelipisnya. Napasnya tersengal dengan wajah memerah. "Ya, ada apa, Tuan Ethan?" Tanyanya dengan sopan dengan senyuman tipis, mengabaikan rasa lelahnya."Dimana Terry?" Ethan langsung bertanya pada hal inti. "Mengapa ia tak bersama kamu?"Senyuman Ben luntur, berganti menjadi raut wajah menyesal. "Aku gagal mendapatkannya,"Ethan terkejut mendengarnya. Namun ia tak banyak memberikan reaksi. Wajahnya terlihat datar, begitu pula dengan garis bibirnya. Tatapan tajamnya kian intens menatap lantai mendengar perkataan Ben."Tuan?" Ben memanggil dengan ragu. Detak j

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 012 : Tempat asing

    Bab 012 : Tempat asing"Kai, apa kau yakin ini adalah tempat yang aman?" Tanya Terry. Ia mengedarkan matanya melihat sekeliling. Halaman bangunan itu nampak berantakan, dengan sampah dan dedaunan yang bersebaran. Sulur yang tumbuh subur di dinding, menjuntai di tiap sisi tembok. Cat tembok yang kusam dan mengelupas, serta rumput liar yang tumbuh tinggi, sekitar selutut.Kai menghentikan kegiatannya mengetik di ponselnya. Ia mengangkat kepalanya, menatap Terry dengan tatapan heran. "Apa maksudmu?"Kai mengerutkan keningnya hingga kedua alisnya terlihat menyatu. Senyum bibirnya yang terlihat lebar pun pudar secara perlahan.Terry menggaruk tengkuknya yang tak terasa gatal. Ia mengalihkan matanya coklatnya ke arah lain, dengan bertatapan dengan Kai yang saat ini sedang menunggu jawaban darinya."Itu..." Kata kata yang ada di pangkal lidah Terry seolah tertelan begitu saja. Otaknya terasa kosong. Dalam hati, ia merutuki dirinya sendiri. Astaga, apa yang baru ia katakan?"Terry?" Kai mem

  • Sang Pewaris yang Terbuang   Bab 011 : Dalam Perjalanan

    Bab 011 : Dalam PerjalananSepanjang perjalanan, suasana di mobil begitu hening. Baik Terry maupun Kai, keduanya larut dalam pemikiran masing masing.Terry menolehkan kepalanya ke arah jendela, melihat banyaknya gedung gedung tinggi di sepanjang jalan yang ia lewati.Terry terlihat bosan dengan keheningan ini. Terlebih, Kai tak mengatakan apapun tentang pekerjaan yang akan ia lakukan. Helaan napas kasar keluar dari bibirnya."Kai?" Terry memanggil setelah sekian lama terjebak dalam keheningan."Ada apa?" Kai menjawab. Ia tak menolehkan kepalanya ke arah Terry. Matanya masih fokus pada jalanan yang sedikit macet."Saat di kantor Van Derrick, aku akan bekerja sebagai apa?" Tanya nya dengan suara pelan. "Bagaimanapun, aku harus tahu dulu tentang pekerjaan yang akan aku jalani nanti," sambungnya.Kai terdiam. Mulutnya terkunci dengan rapat. Tangannya meremat setir cukup kuat, seolah menahan emosi yang kapan saja akan membludak. Hanya saja, ekspresi wajahnya tak berubah sedikit pun, terli

  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 010 : Teman lama?

    bab 010 : Teman lama?"Siapa kau?""Aku?"Pria berambut pirang dengan mata amber itu menunjuk dirinya sendiri. Matanya membulat selama beberapa saat, sebelum akhirnya menyunggingkan senyuman lebar yang penuh makna."Aku ini salah satu temanmu saat kita masih SD. Apa kau sudah lupa denganku?"Terry mengerutkan keningnya. Ia berpikir sejenak sembari mengingat pria yang berada di hadapannya ini. Jujur saja, Terry kesulitan mengingat wajah orang, apalagi jika sudah lama tak bertemu.Selain itu, matanya memindai penampilan pria itu. Rambut pirang, mata amber, anting panjang sebahu dengan tanda x di ujungnya, lalu setelan hitam yang nampak mahal dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pria ini berasal dari kalangan atas."Maaf, aku tak mengingatmu. Kau mungkin salah orang,"Pria bermata amber itu mendengkus kesal, lalu berjalan ke arah Terry dan mengalungkan tangannya di bahu pria itu."Aku Kai. Teman sebangku mu sebelum aku pindah ke Jerman mengikuti ayahku." Pria itu memperkenalkan dirinya d

  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 009 : Anggota Keluarga

    bab 009 : Anggota Keluarga Setelah mengantar Terry pulang ke apartemennya, Ben melajukan mobilnya ke arah markasnya. Ia mengemudikan mobil miliknya dengan kecepatan sedang. Tak sampai 10 menit, Ben sampai di sebuah hutan yang letaknya jauh dengan pemukiman penduduk. Ia menyimpan mobil Porche kesayangannya di salah satu tempat yang sudah ia tandai, mengingat mobil tak akan masuk ke dalam jalan setapak yang akan ia lalui."Hah, kadang aku malas untuk datang ke markas karena aksesnya yang sangat buruk," gerutu Ben. Ia mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya dan menyalakan lampu senter sebagai sumber penerangan, lalu mulai berjalan menuju jalan setapak yang membentang sekitar 200 meter ke depan.Begitu sampai di sebuah bangunan tua, Ben masuk ke dalamnya tanpa permisi. Ia melepaskan sepatunya dan menaruhnya di rak samping pintu. Isi dari bangunan itu sangat berbeda dengan luarnya."Kau datang terlambat dari jam perjanjian kita," komentar seseorang yang saat ini tengah fokus pada komput

  • Sang Pewaris yang Terbuang   bab 008 : Keluarga Trainor (2)

    bab 008 : Keluarga Trainor (2)"Oh, Madam Yessa," Terry menyapa dengan sopan ibu Meghan yang baru saja keluar dari kamar pribadinya. Wanita paruh baya itu mengenakan pakaian mewah dengan warna merah menyala."Selamat malam. Maafkan saya jika kedatangan saya mengganggu anda,"Yessa mengalihkan tatapannya ke arah Terry. Bibirnya tertarik keatas, membentuk senyuman sinis. Tatapan tajam dan merendahkan itu ia layangkan pada Terry yang saat ini mencoba mempertahankan senyumannya."Kalau kau tahu kedatanganmu menggangguku, kenapa malah tetap kemari?" Yessa bertanya dengan nada sarkas.Tangannya yang penuh dengan gelang emas terlipat di depan dada. Seolah ingin menunjukan aset apa saja yang ia punya. Seingat Terry, Yessa tak memiliki perhiasan. Lalu darimana semua perhiasan itu?Terry terdiam sesaat, mencoba mencari alasan yang sekiranya bisa membuat ibu mertuanya menerima kedatangannya. "Saya kemari ingin mengunjungi anda.""Hanya mengunjungiku?" Tanya Yessa lagi. "Kau yakin niatmu hanya

DMCA.com Protection Status