Pagi hari berikutnya, Henry menyapa Lily yang baru bangun tidur. Saat itu, Lily merintih kesakitan karena luka-luka di wajahnya sedang diobati oleh perawat.Henry menghampiri Lily dari sisi yang lain, berseberangan dengan perawat yang menangani lukanya.Dengan menampakkan senyum hangat, Henry mencoba menghibur istrinya. “Hari kedua umumnya luka-luka lebam seperti itu akan semakin terasa sakit, bersabarlah sedikit, setelah sarapan pagi perawat akan memberimu obat penghilang rasa sakit,” ucap Henry kepada Lily.Lily mengangguk tetapi masih merintih kesakitan. Sesaat berikutnya, ia tampak celingukan mencari sesuatu. Tahu apa yang Lily cari, Henry tersenyum lagi lantas menggelengkan kepalanya. “Kau tak akan menemukan ponselmu untuk saat ini. Aku menyerahkannya kepada temanku, mungkin terjadi sedikit kerusakan karena terkena air. Jika kamu mengkhawatirkan kewajibanmu di Emerald Group, aku sudah membereskannya.”Saat mendengar itu semua, Lily menghela napas dalam, merasa lega meski sebenarn
Sementara Lily membaca satu demi satu surat yang ia terima, Henry yang tengah merokok di balkon sesekali tampak menoleh ke belakang dan melirik ke arah Lily. Sesuai dugaan Henry, istrinya saat ini sedang menangis karena terharu.Pemandangan seperti itu terlihat indah di mata Henry mengingat sepanjang hidupnya, Lily lebih banyak menangis karena bersedih daripada menangis karena terharu dalam kebahagiaan.‘Berani-beraninya keluarga Wilson ingin memisahkanku dengan malaikat semanis dia,’ batin Henry seraya tersenyum melambaikan tangannya ke arah Lily. Saat itu, secara tak sengaja, Henry dan Lily sama-sama saling menoleh dan menatap satu sama lain, itu membuat keduanya refleks tersenyum.Di saat yang sama, pintu ruangan Lily diketuk dan terdengar seorang perawat meminta izin untuk membawakan sarapan pagi.“Masuklah,” balas Lily.Lily meletakkan tumpukan kartu ucapan ke atas meja, meski sudah membaca pesan-pesan itu, rasa hangat di hatinya membuat Lily ingin membaca surat-surat itu lagi. T
Siang itu, di dalam perjalanan menuju ke Skyline Summit Press Center, satu-satunya hal yang ada di pikiran Catherine Wilson adalah menghayalkan apa saja hal yang akan ia lakukan setelah mendapat lima juta dollar dari Louis White.Meski Louis menyebut jika bantuan dana yang ia berikan adalah investasi dan bukan hibah seperti sebelumnya, Catherine tak akan memedulikan hal itu. Asal ia menerima uang, baginya, ia memiliki hak penuh untuk menghambur-hamburkannya.Melihat Catherine menyeringai lebar sepanjang perjalanan, Jacob menepuk paha istrinya lalu mengerjapkan mata, “Catherine, jaga sikapmu!” ucap Jacob dengan ekspresi serius seperti mengancam.“Uhm…” Catherine tergeragap, ia lalu menarik napas berkali-kali, kepalanya mendongak ke atas lalu setelah tak terjadi apa-apa, tangannya meninju pahanya sendiri. “Sial! Dalam suasana gembira seperti ini, akan sulit bagiku untuk pura-pura menangis, bagaimana ini, Sayang?”Jacob melotot. “Aku tak mau tahu, yang jelas, air matamu harus keluar dan
Salah satu stasiun televise di kota Eastland dengan suka rela bersedia menyiarkan acara mediasi antara pihak Catherine dan Lily yang berlokasi di gedung Skyline Summit Press Center.Alasan mengapa stasiun TV tersebut bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan biaya untuk siaran langsung adalah karena direktur utama mereka yang memintanya. Dan, direktur utama dari stasiun TV tersebut adalah Dr. Louis White.Saat rombongan dari tim CBN (Capital Broadcast Network) tiba di auditorium, semua orang terkejut. Catherine dan Jacob juga nyaris tak percaya jika ada pihak televise yang bersedia menyiarkan agenda mereka.Awalnya, Catherine dan Jacob mengira jika yang akan datang ke sana hanyalah jurnalis majalah dan koran lokal saja. Mereka juga mengira jika orang yang akan memoderatori mediasi adalah jurnalis dari media lokal. Di luar prediksi mereka, saat ini mereka telah melihat kehadiran Lysa Nadjrov, seorang presenter kondang. Dalam hati Catherine dan Jacob, tak ada alasan lain Lysa datang ke aud
Salah seorang tim dari CBN TV berjalan menghampiri Lysa Nadjrov seraya mengulurkan sebuah amplop coklat yang masih tersegel rapat. Para jurnalis saling berbisik menerka-nerka apa isi amplop coklat itu sementara Jacob dan Catherine tampak berjuang keras menyembunyikan kegelisahan mereka.Jika amplop itu berisi barang bukti semisal riwayat aliran dana sogokan yang diberikan Catherine kepada beberapa HRD perusahaan, reputasi Catherine dan Jacob akan hancur dalam sehari.“Tuan dan Nyonya Wilson,” sapa Lysa saat ia berjalan dan duduk kembali di kursi talk show. Senyum Lysa terlihat sulit dimaknai ketika ia menentengkan amplop coklat itu dan menghadapkannya kepada Jacob dan Catherine, “Jika kalian merasa tak pernah mencurangi Tuan Henry James, kalian tak perlu mengkhawatirkan amplop ini.”Ada senyum kaku yang terpampang di wajah Jacob dan Catherine. Keduanya mengangguk bersamaan seraya berteriak nyaris bersama-sama, “kami tidak khawatir!”Louis White bertepuk tangan dengan antusias, dan hal
Henry mengendurkan cengkramannya di pergelangan tangan Catherine Wilson lalu menghempaskannya dengan kuat. Meski Henry menampakkan ekspresi tenang dan sedikit datar, otot di tangannya tak bisa menipu. Jelas sekali jika Henry marah setiap kali mendapati ada seseorang yang berniat melukai istrinya.Sebelum Catherine mengumpat atau merintih mencari simpati, Lysa Nadjrov segera memintanya duduk ke sofa.“Nah, karena semuanya telah duduk manis, bagaimana jika Tuan dan Nyonya Wilson menjawab pertanyaan Tuan James yang tadi? Jika anda lupa, biar saya ingatkan, Tuan James bertanya, kesalahan apa yang pernah diperbuat putri anda kepada anda sehingga anda menuntut permintaan maaf darinya?” tanya Lysa ke arah Catherine dan Jacob.“Tak terhitung banyaknya!” jawab Jacob cepat.“Seperti bintang di langit, ah, seperti pasir di lautan. Sebanyak itulah dosa-dosa Lily kepadaku,” jawab Catherine ketus, tetapi sedetik berselang ia mengubah ekspresinya. Dengan pandangan melunak, ia berujar lagi, “meski do
Sumpah dari John Wales terasa seperti petir yang menyambar jantung Catherine dan Jacob.“Ingat sekali lagi! Aku merasa telah membuat kesaksian yang sesuai fakta. Jika di kemudian hari kalian menemukan kesaksianku palsu, kalian juga bisa menjebloskanku ke penjara!” ungkap John Wales dengan penuh penekanan. Ia benar-benar terlihat serius dan tak ada tanda-tanda kebohongan sedikit pun dari raut wajahnya.Seketija, Bibir Catherine terkatup rapat sementara Jacob yang masih berdiri kini merasakan otot-otot di kakinya mulai melemah.Seiring dengan gunjingan penonton dan wartawan yang kian menjadi-jadi, Jacob tak sadar ia telah terhempas duduk di sofa, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga.Di waktu yang sama, Lysa Nadjrov meminta penonton untuk diam lalu berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada John Wales atas kedatangan dan kesaksiannya. Lysa tak memedulikan wajah pucat Catherine dan Jacob, ia kembali bertanya kepada mereka berdua.“Tuan dan Nyonya Wilson, Nyonya Lily sudah membuktikan bahwa
Tentu saja, sosok yang baru saja berdiri dan hendak memberi kesaksian tersebut adalah Louis White. Jacob dan Catherine selama ini beranggapan jika Louis White berada di pihak mereka. Tetapi setelah mendengar sambutan pendek dari pria itu, Jacob dan Catherine mulai kehilangan semangat untuk sekadar bernapas.“Aku, Louis White, bersedia untuk mempertaruhkan reputasiku demi mendukung Lily. Aku memiliki bukti yang cukup kuat mengenai kebaikan Lily dan kebusukan Tuan dan Nyonya Wilson. Lily adalah korban dari ….”“Hentikan! Tuan White, tolong hentikan… Kami akan menyelesaikan masalah ini dengan cara kami.” Catherine menjerit histeris, tak mau kehilangan reputasi, ia segera menarik lengan Jacob lalu mengajaknya untuk bersimpuh memohon maaf kepada Lily.‘Sekarang?’ tanya Jacob dalam bahasa isyarat.Catherine memelototi suaminya seolah sorot mata itu memili arti, ‘Tentu saja sekarang! Memangnya kapan lagi?’Jacob menelan ludah, ia bersama-sama dengan Catherine bersimpuh menghadap Lily. Keduan