Langit di atas Kerajaan Ivernia berwarna kelabu, seolah-olah menumpahkan semua kemurungan dunia di bawahnya. Awan menggantung rendah, seakan-akan hendak menelan kota dalam kegelapan yang pekat. Kabut yang tebal melingkari ibu kota kerajaan, Castelon, menutup pandangan penduduk yang masih tersisa di kota itu. Di jantung Castelon, berdiri Istana Karstiel, sebuah monumen kuno yang megah, namun terkesan seperti sisa-sisa masa lalu yang mulai lapuk. Di balik dinding batu tebal yang dingin, Sang Penguasa baru, Raja Almarik IV, duduk di atas singgasana peraknya. Sosoknya dingin dan tanpa ekspresi, seolah-olah terbuat dari baja seperti pedang yang selalu tergantung di pinggangnya. Namun, di balik matanya yang tajam tersembunyi ambisi yang tak terhingga. Sudah tiga bulan sejak ia mengambil alih tahta dari ayahnya yang dibunuh dalam kudeta berdarah. Kudeta itu diatur dengan rapi, dimainkan oleh tangan-tangan tersembunyi yang tak pernah terlihat di permukaan. Namun semua orang tahu bahwa kek
Di balik dinding dingin Istana Karstiel, rencana-rencana tersembunyi mulai terbentuk, dan para pengkhianat mempersiapkan langkah mereka. Namun, tak seorang pun bisa memprediksi siapa lawan sebenarnya dalam permainan kekuasaan ini. Almarik telah duduk di singgasana dengan tangan besinya, tetapi semakin banyak musuh yang mengintai dari bayang-bayang. Di lorong gelap bawah tanah istana, Lord Serafin melangkah dengan langkah hati-hati, ditemani hanya oleh suara gemericik air yang mengalir dari saluran bawah tanah. Suasana di sana lembap dan penuh bau jamur yang menyengat. Tapi tempat ini adalah satu-satunya tempat yang aman bagi Serafin untuk bertemu dengan orang yang sudah lama bersembunyi dari pandangan dunia. Sesosok pria berdiri di ujung lorong. Wajahnya tersembunyi di balik jubah kelabu, dan hanya matanya yang tampak bersinar dalam gelap. Dia adalah Valerian, mantan penasihat raja yang dibunuh, ayah Almarik. Valerian diperkirakan sudah mati setelah kudeta, tetapi kenyataannya dia
Di puncak Menara Firdhan, yang menjulang di tengah-tengah Castelon, Raja Almarik IV berdiri memandang kerajaannya yang mulai retak. Dari ketinggian menara, ia bisa melihat kabut tebal yang menggantung di atas kota seperti kutukan yang tak berkesudahan. Di bawah, rakyatnya hidup dalam ketakutan, tercekik oleh pajak yang terus meningkat dan tentara yang berkeliaran dengan kekejaman. Namun, bagi Almarik, ini hanyalah awal dari kekuasaannya. Selama musuh-musuhnya belum berhasil menggulingkannya, segala cara sah untuk mempertahankan tahta. Dan malam ini, ia akan membuat pergerakan yang menentukan. Di balik Almarik, sosok tinggi tegap berjongkok dengan kepala tertunduk. Ia adalah Panglima Valdrik, komandan terkuat dan paling setia di antara pasukan kerajaan. Valdrik dikenal sebagai pria tanpa ampun, seorang ahli strategi militer yang tak pernah gagal dalam pertempuran. “Pasukan telah bersiap, Yang Mulia,” ujar Valdrik dengan nada dingin. Almarik berbalik, menatap Panglimanya dengan mata
Kerajaan Karstiel semakin terbelah antara tirani dan pemberontakan, namun kekuatan yang lebih dalam dan gelap mulai berperan. Di medan perang, di istana, dan di seluruh pelosok kerajaan, nasib semua orang bergantung pada permainan politik yang mematikan. Sementara itu, masyarakat berada di ambang kehancuran, merasakan dampak tirani yang semakin menyesakkan. Pertempuran di Tengah Kegelapan Bayangan malam turun dengan cepat di atas medan perang. Di tengah keributan prajurit yang terluka dan debu yang beterbangan, Elira berusaha mengendalikan situasi. Pasukan pemberontak masih bertahan, meskipun mereka kalah jumlah. Di dekatnya, Bayangan bergerak dengan ketenangan yang tak biasa, setiap langkahnya mematikan, setiap gerakannya tampak mengandung kekuatan yang tak bisa dijelaskan. Pertarungan antara Panglima Valdrik dan Bayangan berlangsung sengit. Valdrik, dengan pedang besar di tangan, terus menyerang, mencoba memojokkan lawannya. Namun, Bayangan melesat seperti angin, bergerak tanpa
Saat fajar mulai muncul, medan perang di luar Castelon terbungkus kabut tebal. Hening yang mencekam menggantikan hiruk-pikuk pertempuran malam sebelumnya. Di antara mayat-mayat yang berserakan, Bayangan berjalan perlahan. Setiap langkahnya seolah memisahkan dunia nyata dari sesuatu yang lebih gelap dan penuh misteri. Bayangan Kegelapan dan Kekuatan Ajaib Bayangan berdiri di puncak bukit, memandang ke arah medan pertempuran yang hancur di bawahnya. Elira mendekat, wajahnya penuh kelelahan, tetapi matanya masih menyala dengan api pemberontakan. “Kita berhasil menahan mereka malam ini,” ujar Elira. “Tapi aku tahu ini hanya permulaan. Pasukan Almarik tidak akan berhenti.” Bayangan tetap diam, memandangi langit yang mulai merah saat matahari terbit. “Aku bisa merasakan kekuatan yang lebih besar di balik semua ini, Elira. Bukan hanya Almarik yang menjadi ancaman.” Elira menyipitkan matanya. “Apa maksudmu?” “Ada sesuatu yang lebih tua, lebih gelap, yang sedang bangkit. Sesuatu yang tid
Matahari belum sepenuhnya terbit ketika suara genderang perang mulai bergema di kejauhan. Pasukan Almarik yang terluka kembali ke kota Castelon dalam keputusasaan. Namun, pertempuran di luar hanyalah permulaan dari permainan kekuasaan yang lebih besar, di mana sihir kuno, ambisi politik, dan kekacauan masyarakat bertemu.Kesepakatan Rahasia di Balik TiraiDi istana Castelon, Lord Valerian melangkah dengan langkah ringan menuju ruang rahasia tempat pertemuan yang sangat dinantikan akan segera berlangsung. Bayangan intrik politik semakin pekat saat Valerian mengatur pertemuan dengan Ratu Lyana. Ia tahu bahwa kekuatan Lyana, yang selama ini tersembunyi di bawah bayang-bayang Almarik, bisa menjadi kunci untuk menggulingkan raja tiran tersebut.Ketika Valerian memasuki ruangan, Lyana sudah menunggu. Wajahnya yang cantik terpahat dalam topeng ketenangan, tetapi di balik matanya, ada kekuatan yang tertahan."Kau datang," kata Lyana tanpa emosi, matanya menatap Valerian tajam."Aku selalu tah
Kabut tebal masih menyelimuti medan perang, namun di istana dan di antara rakyat jelata, keputusan-keputusan besar mulai diambil. Masing-masing pihak yang terlibat kini semakin dekat menuju takdir mereka yang akan menentukan masa depan kerajaan Karstiel.Perjalanan ke Jantung KegelapanElira bersama Bayangan Kegelapan memimpin sekelompok kecil prajurit pemberontak menuju perbatasan Castelon. Mereka kini tahu bahwa kunci untuk mengalahkan Almarik terletak di bawah istana, di dalam ruang rahasia tempat artefak sihir kuno disimpan.“Aku tak pernah berpikir kita akan sampai sejauh ini,” ujar Elira dengan suara rendah saat mereka mendekati hutan yang memisahkan perbatasan kota dan medan perang.Bayangan tetap diam, namun matanya terfokus pada jalan di depan. Dalam diamnya, Bayangan merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, yang sedang mengintai dari balik kegelapan. “Jalan kita menuju istana tidak akan mudah. Almarik akan menjaga artefak itu dengan kekuatan penuh. Dan sihi
Kabut malam mulai turun ketika pasukan Elira, bersama Bayangan Kegelapan, berhasil mendekati tembok Castelon. Keheningan yang aneh menyelimuti medan, dan di atas mereka, istana Castelon menjulang, suram dan megah, bagai menunggu kehancuran yang akan datang. "Kita hampir sampai," ujar Bayangan Kegelapan dengan suara yang nyaris terdengar, mata tajamnya memindai sekeliling. "Namun di sini, kekuatan sihir Almarik paling kuat. Kita tidak boleh lengah." Elira mengangguk, merasakan ketegangan yang mencekam. Pasukannya tampak lelah, tetapi semangat mereka tetap menyala. Mereka tahu bahwa ini mungkin menjadi kesempatan terakhir untuk membebaskan Karstiel. Di dalam istana, situasi memanas. Valerian berjalan cepat melalui koridor menuju ruang pribadi Almarik, diikuti oleh beberapa pengawal setia. Dia telah memutuskan untuk mempercepat rencananya. Jika Almarik jatuh malam ini, Valerian bisa mengambil kendali sebelum pemberontak mencapai tembok istana. "Pastikan penjaga menggandakan kekua
Masa bayi Luna dan putra Raja Rehan berjalan dalam dua dunia yang berbeda. Di istana, putra Rehan tumbuh dikelilingi oleh kemewahan dan kemuliaan. Setiap langkahnya diawasi oleh pelayan dan pengasuh yang setia, sementara para ahli dan penasihat kerajaan mengawasi perkembangan mental dan fisiknya dengan teliti. Setiap suara tangis dari sang pangeran akan disambut dengan segera oleh orang-orang yang siap menenangkan, memberinya kenyamanan dan perlindungan penuh.Di sisi lain, Luna tumbuh di rumah sederhana di pinggir istana, di dalam lingkungan yang tenang namun jauh dari kemewahan. Ibunya, Rose, menyayanginya dengan segenap jiwa. Meski tidak memiliki semua keistimewaan yang dimiliki pangeran, Luna tumbuh dengan cinta yang tulus. Rose mengajarkan Luna tentang kehidupan sederhana, kerja keras, dan kebijaksanaan. Dari hari ke hari, kecantikan Luna semakin terpancar, dan di balik matanya yang cerah tersimpan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan.Perbedaan Nasib dan Awal PertemuanWaktu ber
Di luar istana, suasana pagi tak kalah meriah. Di hari yang sama dengan kelahiran pewaris takhta kerajaan Edholm, seorang bayi perempuan lain dilahirkan di dalam benteng pelayan. Bayi itu, meski tidak lahir dari keluarga bangsawan, membawa kebahagiaan yang sama besarnya bagi ibunya, Rose, seorang pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.Bayi itu diberi nama Luna, sebuah nama yang diambil dari sinar rembulan yang menerangi malam kelahirannya. Luna lahir dengan kecantikan alami yang segera membuat banyak orang terpesona. Matanya yang cerah dan kulitnya yang lembut seperti porselen menjadi anugerah bagi Rose, seorang ibu yang penuh cinta dan kebanggaan.Kehamilan yang Diketahui oleh Raja RehanBeberapa bulan sebelum kelahiran ini, Raja Rehan sendiri mengetahui tentang kehamilan Rose secara tidak sengaja ketika ia sedang berkeliling memeriksa persiapan di istana. Melihat perut Rose yang mulai membesar, Raja Rehan berhenti dan menanyakan keadaannya.
Pagi itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan dan antusiasme. Setelah berita kelahiran pewaris takhta tersebar ke seluruh kerajaan, utusan dari berbagai wilayah tetangga mulai berdatangan membawa hadiah sebagai tanda penghormatan dan perayaan. Setiap kerajaan, besar maupun kecil, ingin menunjukkan dukungan dan rasa hormat kepada Raja Rehan dan Ratu Natasya. Mereka mengirim hadiah-hadiah istimewa yang menggambarkan kebesaran dan kekayaan negeri masing-masing.Di aula besar istana, Natasya duduk di kursi kebesarannya, bayi kecilnya beristirahat dalam dekapan lembut. Sementara Rehan berdiri di sisinya, mengawasi jalannya upacara penyerahan hadiah dengan wajah penuh kebanggaan.Hadiah dari Kerajaan EldoriaUtusan pertama yang datang adalah dari Kerajaan Eldoria, salah satu kerajaan tetangga yang paling kuat dan makmur. Mereka dikenal akan seni dan keahlian kerajinan tangan yang luar biasa. Utusan tersebut, seorang pria berusia lanjut dengan jubah keemasan yang disulam dengan
Fajar menyingsing dengan lembut di atas istana Edholm, memandikan dunia dengan sinar keemasan yang hangat. Hari itu, tidak ada yang lebih berarti bagi Natasya selain keheningan pagi yang baru saja pecah oleh suara-suara kecil dari sang bayi yang tengah menggeliat di dalam dekapan hangatnya. Matanya belum terbuka penuh, tapi tubuh mungilnya sudah mencari kehangatan ibunya, insting alami yang menyatukan mereka berdua dalam keajaiban yang begitu murni.Natasya, yang kini telah menjadi seorang ibu, duduk di atas ranjang berkanopi sutra. Wajahnya tampak lelah setelah malam yang panjang, namun kelelahan itu tertutupi oleh cahaya lembut yang terpancar dari sorot matanya. Ia memandangi wajah bayinya—wajah yang begitu sempurna, dengan pipi halus dan bibir mungil yang sesekali bergerak, seolah menggumamkan janji-janji masa depan.Bayi itu adalah anugerah bagi Natasya, namun ia juga membawa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia yang dulu terasa begitu luas dan penuh petua
Pagi di Edholm kali ini berbeda. Matahari memanjat langit dengan keagungan yang lebih cerah dari biasanya, cahayanya menyinari seluruh sudut kerajaan, menyentuh lembah-lembah hijau dan bukit-bukit emas, memberikan kehangatan yang tak biasa. Udara dipenuhi semerbak bunga musim semi yang dibawa angin lembut, dan di atas sana, burung-burung berkicau seakan turut merayakan peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Edholm.Di seluruh penjuru kerajaan, rakyat bersuka cita. Suara lonceng besar di menara pusat berdentang keras, mengirimkan kabar gembira bahwa anak Raja Rehan dan Permaisuri Natasya telah lahir. Seluruh Edholm bergetar dalam gemuruh perayaan, tak ada seorang pun yang bisa melawan dorongan hati untuk bersorak bahagia. Sebuah era baru telah dimulai, dan bersama kelahiran bayi kerajaan, muncul harapan baru yang begitu dinantikan oleh rakyat yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Rakyat Edholm Bersuka CitaDi pasar-pasar yang biasanya dipenuhi ter
Malam di Edholm terasa berbeda dari biasanya. Bintang-bintang tampak lebih terang, seolah alam semesta menyaksikan momen yang begitu agung. Angin malam berhembus pelan, menyelusup lembut di antara pepohonan istana, membawa bisikan-bisikan dari zaman yang telah lama berlalu. Di istana megah itu, waktu seakan terhenti; segenap kehidupan seolah tertumpu pada satu titik—di mana Natasya, permaisuri tercinta, tengah berada di ambang keajaiban yang telah lama dinantikan. Di dalam kamar yang dipenuhi cahaya lilin lembut, Natasya terbaring, matanya memancarkan kekuatan dari dalam dirinya. Ia telah melewati perjalanan yang panjang, sembilan bulan yang penuh cinta, harapan, dan impian. Kini, waktunya telah tiba. Tubuhnya adalah samudra yang menggulung gelombang, setiap tarikan napasnya seperti pasang yang naik, memanggil kehidupan yang akan segera hadir. Rehan berada di sisinya, menggenggam erat tangan Natasya, seolah tak ingin melepaskannya pada detik-detik genting ini. Wajahnya tegang, namun
Malam itu, bulan menggantung rendah di langit Edholm, membasahi tanah istana dengan cahayanya yang lembut dan tenang. Di balkon utama, Raja Rehan duduk seorang diri, memandang horizon yang seolah tak bertepi. Dedaunan di taman istana berbisik pelan dihembus angin malam, namun hati Rehan tak pernah sepi dari suara-suara yang bergemuruh di dalam dirinya.Ia menanti. Penantian yang panjang dan penuh gairah, namun juga penuh kecemasan yang terselubung dalam harapan.Di dalam istana yang megah ini, di kamar yang penuh kehangatan dan cinta, Natasya beristirahat. Perutnya yang membesar adalah bukti dari kehidupan baru yang tumbuh di dalamnya, buah cinta yang lahir dari ikatan mereka berdua—seorang anak, seorang pewaris, seorang yang akan membawa nama Edholm ke masa depan.Rehan sering bertanya dalam hati, bagaimana rasanya memeluk darah dagingnya sendiri untuk pertama kali? Bagaimana wajah anaknya kelak, apakah ia akan mewarisi senyum lembut Natasya, atau mata tajam yang ia miliki? Setiap ma
Suasana pagi itu di ibu kota Edholm terasa berbeda dari biasanya. Angin sejuk berhembus lembut, membawa serta aroma embun pagi yang menyegarkan. Warga berkumpul di alun-alun utama di depan istana, wajah-wajah mereka dipenuhi dengan rasa penasaran dan antisipasi. Kabarnya, Raja Rehan akan memberikan pengumuman penting hari ini, sebuah kabar yang berpotensi mengguncang seluruh kerajaan.Rehan, yang biasanya tampak tegas dan berwibawa, hari itu terlihat penuh kebahagiaan. Berdiri di balkon istana bersama Natasya yang tengah hamil, ia memandang lautan rakyatnya dengan senyum hangat. Suara lonceng besar istana berdentang, menandakan bahwa saatnya bagi Rehan untuk berbicara."Rakyat Edholm yang aku cintai," suara Rehan bergema di seluruh alun-alun, menarik perhatian ribuan warga yang menunggu kata-katanya. "Hari ini, aku membawa kabar gembira yang tidak hanya akan mempengaruhi istana, tetapi juga seluruh kerajaan kita."Sorak-sorai kecil terdengar dari kerumunan. Warga mulai saling berbisik
Hari itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan yang tak biasa. Bukan karena kemenangan militer atau keberhasilan diplomasi yang berhasil Rehan raih, melainkan berita yang jauh lebih personal dan mendalam bagi kerajaan. Natasya, kekasih dan pendamping setia Raja Rehan, mengandung anak pertama mereka.Berita itu pertama kali sampai ke telinga Rehan saat ia sedang duduk di ruang singgasananya, memeriksa laporan dari dewan penasihat ekonomi. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Natasya berjalan masuk dengan senyum tipis di wajahnya, matanya berkilau dengan emosi yang tidak biasa."Ada yang harus aku sampaikan, Rehan," ucapnya pelan, namun penuh arti.Rehan, yang biasanya selalu fokus pada urusan kerajaan, langsung menghentikan pekerjaannya dan memandang Natasya dengan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam ekspresi kekasihnya yang membuatnya sadar bahwa ini bukanlah kabar biasa."Apa yang terjadi, Natasya?" tanyanya, dengan nada suara lembut namun penuh dengan rasa ingin tahu.N