Share

Sang Penguasa
Sang Penguasa
Penulis: Alyssa123

bab 1: Kemunculan Dibalik Kabut

Langit di atas Kerajaan Ivernia berwarna kelabu, seolah-olah menumpahkan semua kemurungan dunia di bawahnya. Awan menggantung rendah, seakan-akan hendak menelan kota dalam kegelapan yang pekat. Kabut yang tebal melingkari ibu kota kerajaan, Castelon, menutup pandangan penduduk yang masih tersisa di kota itu.

Di jantung Castelon, berdiri Istana Karstiel, sebuah monumen kuno yang megah, namun terkesan seperti sisa-sisa masa lalu yang mulai lapuk. Di balik dinding batu tebal yang dingin, Sang Penguasa baru, Raja Almarik IV, duduk di atas singgasana peraknya. Sosoknya dingin dan tanpa ekspresi, seolah-olah terbuat dari baja seperti pedang yang selalu tergantung di pinggangnya. Namun, di balik matanya yang tajam tersembunyi ambisi yang tak terhingga.

Sudah tiga bulan sejak ia mengambil alih tahta dari ayahnya yang dibunuh dalam kudeta berdarah. Kudeta itu diatur dengan rapi, dimainkan oleh tangan-tangan tersembunyi yang tak pernah terlihat di permukaan. Namun semua orang tahu bahwa kekuasaan Almarik yang baru ini tak semata didapatkan melalui kekuatan, melainkan pengkhianatan, politik busuk, dan ancaman yang tersebar di setiap sudut istana.

“Apa perintah Yang Mulia?” tanya Lord Serafin, seorang penasihat tua dengan jubah hitam, melangkah maju dengan hati-hati ke depan singgasana. Matanya menatap penuh kehati-hatian, mencoba membaca pikiran rajanya yang baru.

“Perintah?” Almarik menggeram pelan, tangannya mengelus gagang pedangnya, “Yang kuinginkan hanyalah ketaatan tanpa pertanyaan. Yang harus kau lakukan hanyalah menjaga agar musuh-musuhku tetap berada di luar gerbang istana.”

Serafin membungkuk, tapi dalam hatinya, ia merasakan badai yang sebentar lagi akan datang. Kerajaan ini tak akan bertahan lama di bawah kekuasaan seorang pemimpin yang lebih tertarik pada kekuatan daripada kesejahteraan rakyatnya. Dia tahu, setiap penjuru kerajaan telah mulai bergerak. Pasukan-pasukan bayangan, para pemberontak, dan bahkan sekutu-sekutu lama sudah mulai menggeram dalam ketidakpuasan.

Di luar istana, di jalan-jalan kota Castelon, rakyat mulai merasakan dampak dari kekuasaan baru ini. Pajak dinaikkan dengan kejam, tentara berkeliaran dengan kejam, dan hukum-hukum baru ditegakkan tanpa ampun. Kota yang dulu penuh dengan kehidupan dan perdagangan kini berubah menjadi reruntuhan distopia. Kemiskinan dan kekacauan menguasai setiap sudut.

Di balik kabut tebal yang menyelimuti kerajaan, tersembunyi sebuah gerakan rahasia. Gerakan Perlawanan, yang dipimpin oleh seseorang yang hanya dikenal sebagai Bayangan, telah mulai merencanakan pemberontakan. Bayangan adalah sosok misterius yang dikatakan muncul dari reruntuhan kerajaan tetangga yang hancur dalam perang saudara. Tidak ada yang tahu siapa dia sebenarnya, tapi satu hal yang pasti: dia adalah ancaman terbesar bagi kekuasaan Almarik.

“Kita harus bertindak sebelum semuanya terlambat,” ucap Elira, seorang wanita muda dengan mata hijau yang bersinar tajam, salah satu pemimpin dalam gerakan perlawanan. Dia berdiri di depan peta besar Ivernia, menunjuk titik-titik strategis yang harus mereka ambil. “Jika kita tidak menghentikan Almarik sekarang, dia akan menghancurkan seluruh negeri ini.”

Di sekelilingnya, beberapa tokoh lain duduk dalam bayangan, mendengarkan dengan penuh perhatian. General Caelum, mantan komandan militer kerajaan yang sekarang bergabung dengan pemberontak, mengangguk perlahan.

“Kita harus menyerang pusat kekuatannya,” katanya. “Istana Karstiel. Jika kita bisa merebutnya, kita bisa mematahkan cengkeraman Almarik.”

Namun, Elira tahu ini bukan hanya soal kekuatan fisik. Almarik telah menguasai lebih dari sekadar tentara. Dia memiliki sekutu-sekutu rahasia di tempat-tempat yang tak terduga, dari para bangsawan korup hingga penyihir kelam yang siap membantunya mempertahankan kekuasaannya dengan segala cara.

“Ini bukan hanya soal merebut istana,” Elira memperingatkan. “Ini tentang mengungkap semua rahasia di balik kekuasaan Almarik. Hanya dengan cara itu kita bisa benar-benar menggulingkannya.”

Malam itu, di atas menara tertinggi istana, Almarik memandang keluar ke dalam kegelapan yang melingkupi kerajaan. Dia tahu musuh-musuhnya berkumpul, tetapi dia tidak gentar. Dengan tangan besinya, dia akan menguasai seluruh Ivernia. Tak ada yang bisa menghentikannya. Tidak pemberontak, tidak para bangsawan pengkhianat, dan tidak juga kekuatan kuno yang mulai terbangun dari tidurnya yang panjang.

“Aku adalah Sang Penguasa,” bisiknya pada dirinya sendiri. “Dan kerajaan ini adalah milikku.”

Namun, di kejauhan, suara angin berbisik, membawa firasat buruk tentang pertempuran yang akan datang, pertempuran yang akan menentukan nasib Ivernia dan semua penghuninya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status