Home / Fantasi / Sang Penguasa / 6. Awan Perang dan Bayangan yang Mengerikan

Share

6. Awan Perang dan Bayangan yang Mengerikan

Author: Alyssa123
last update Last Updated: 2024-09-22 20:20:22

Matahari belum sepenuhnya terbit ketika suara genderang perang mulai bergema di kejauhan. Pasukan Almarik yang terluka kembali ke kota Castelon dalam keputusasaan. Namun, pertempuran di luar hanyalah permulaan dari permainan kekuasaan yang lebih besar, di mana sihir kuno, ambisi politik, dan kekacauan masyarakat bertemu.

Kesepakatan Rahasia di Balik Tirai

Di istana Castelon, Lord Valerian melangkah dengan langkah ringan menuju ruang rahasia tempat pertemuan yang sangat dinantikan akan segera berlangsung. Bayangan intrik politik semakin pekat saat Valerian mengatur pertemuan dengan Ratu Lyana. Ia tahu bahwa kekuatan Lyana, yang selama ini tersembunyi di bawah bayang-bayang Almarik, bisa menjadi kunci untuk menggulingkan raja tiran tersebut.

Ketika Valerian memasuki ruangan, Lyana sudah menunggu. Wajahnya yang cantik terpahat dalam topeng ketenangan, tetapi di balik matanya, ada kekuatan yang tertahan.

"Kau datang," kata Lyana tanpa emosi, matanya menatap Valerian tajam.

"Aku selalu tahu, Ratu, bahwa kekuasaan yang sebenarnya tak pernah ada di tangan Almarik," Valerian tersenyum licik. "Aku datang untuk menawarkan aliansi."

Lyana terdiam sejenak. "Dan apa yang kau tawarkan?"

Valerian mencondongkan tubuhnya ke depan. "Aku bisa menggulingkan Almarik. Aku memiliki dukungan dari bangsawan dan pasukan yang cukup untuk membuatnya jatuh. Tapi aku butuh dirimu, Lyana. Jika kita bergabung, kau bisa memerintah kerajaan ini setelah dia tersingkir."

Mata Lyana menyipit. "Dan apa yang kau inginkan sebagai gantinya, Valerian? Kekuasaan semata?"

Valerian tersenyum licik. "Kekuasaan adalah alat, tapi yang kuinginkan adalah stabilitas. Dengan Almarik, kita berada di ambang kehancuran. Tapi denganmu di atas takhta, aku bisa membantu menciptakan kerajaan yang lebih stabil, meskipun itu berarti menggunakan jalan yang kejam."

Lyana menimbang kata-katanya. Dia tahu bahwa kekuasaan bukanlah hadiah yang bisa diraih dengan mudah. Tapi tawaran Valerian memberinya kesempatan untuk membebaskan dirinya dari cengkeraman Almarik, sekaligus meraih kekuatan yang selama ini dia idamkan.

"Baiklah," kata Lyana akhirnya. "Kita akan bekerja sama. Tapi ingat, Valerian, aku tidak akan menjadi alat bagi siapa pun."

Valerian tersenyum. "Kita akan lihat, Yang Mulia."

Kesepakatan itu mengukuhkan konspirasi yang semakin dalam. Dua sosok paling berbahaya di istana kini bersatu dalam tujuan yang sama: menggulingkan Almarik dan membentuk kerajaan baru yang mereka impikan.

Peperangan dan Sihir Tua yang Bangkit

Di luar kota, pasukan pemberontak Elira terus berjuang menghadapi kekuatan Almarik. Namun, tidak hanya manusia yang terlibat dalam pertempuran ini. Bayangan yang menyertainya, yang dikenal sebagai Bayangan Kegelapan, mulai memperlihatkan kekuatan sebenarnya.

Ketika senja datang dan medan perang menjadi sunyi, Elira berdiri di antara prajuritnya yang terluka. Ia merasakan keputusasaan, tetapi kehadiran Bayangan memberinya sedikit harapan.

"Apa yang sebenarnya kau cari?" tanya Elira, akhirnya menanyakan pertanyaan yang telah mengganggu pikirannya.

Bayangan memandang ke arah cakrawala yang memudar. "Aku bukan dari sini, Elira. Aku berasal dari dunia yang terpecah akibat kekuatan sihir kuno yang sama seperti yang dimiliki Almarik. Sihir itu telah mencemari segala sesuatu di kerajaan ini, dan jika dibiarkan, akan membawa kehancuran total."

"Jadi ini bukan hanya tentang Almarik?" Elira merasa ketakutan, namun sekaligus penasaran.

"Tidak," jawab Bayangan. "Ini tentang menjaga keseimbangan kekuatan antara dunia manusia dan sihir. Ketika Almarik menggunakan sihir kuno yang ia temukan, dia membuka pintu menuju kehancuran yang lebih besar. Pasukan kita hanya bisa menang jika kita menghancurkan sumber sihir itu."

Elira menggigit bibirnya, memahami betapa besar taruhannya. "Di mana kita bisa menemukan sumber sihir itu?"

Bayangan mengangkat tangannya dan menunjukkan arah utara. "Di dalam istana Castelon, di bawah tanah, ada artefak kuno yang memberi kekuatan kepada Almarik. Jika kita menghancurkannya, sihirnya akan melemah, dan kita bisa mengalahkannya."

Elira merasakan dadanya berdegup kencang. Ini bukan hanya peperangan fisik, tapi juga pertempuran dengan kekuatan yang tak kasat mata. "Lalu apa yang akan terjadi pada dunia kita setelah itu?"

"Jika kita gagal, dunia ini akan jatuh ke dalam kegelapan abadi," jawab Bayangan, suaranya penuh kewaspadaan. "Dan tak ada yang bisa menghentikan kehancuran itu."

Keruntuhan Distopia

Di dalam tembok Castelon, rakyat semakin merasakan dampak kekejaman Almarik. Pasukan kerajaan terus memungut pajak dari penduduk yang kelaparan, dan banyak yang mulai berbisik tentang pemberontakan. Namun, ketakutan akan hukuman membuat banyak orang enggan bertindak.

Sorrel, seorang pemimpin pemberontak di desa Ravar, berdiri di hadapan rakyatnya. Mereka sudah lama hidup di bawah penindasan Almarik, tapi kini mereka semakin tak sanggup menanggungnya. "Kita tidak bisa terus hidup seperti ini," kata Sorrel dengan suara gemetar. "Rakyat mulai mati kelaparan, dan kita hanya menunggu giliran."

Seorang pemuda di antara kerumunan, Rehan, bangkit dengan amarah di wajahnya. "Apa gunanya menunggu pemberontak? Mereka belum datang! Kita harus melakukan sesuatu sekarang!"

Sorrel menatap Rehan. "Aku tahu, tapi melawan tanpa strategi akan membuat kita semua mati. Kita harus menunggu sinyal dari pemberontak di Castelon."

Rehan menggertakkan giginya. "Kita sudah menunggu terlalu lama. Dunia ini sudah mati. Almarik telah merusaknya, dan kita adalah korban dari kebrutalan itu."

Sorrel menunduk, tahu bahwa Rehan benar. Kehidupan di bawah tirani Almarik telah membawa rakyat Karstiel ke jurang kehancuran. Banyak desa telah jatuh, dan kota-kota besar menjadi tempat yang tak lagi aman bagi rakyat kecil. Pekerja paksa, kelaparan, dan ketidakadilan merajalela, membuat masyarakat merasa seolah hidup mereka hanya bayangan dari dunia yang lebih baik.

Meskipun rasa putus asa mulai merambat, Sorrel tetap berusaha memegang kendali. "Pemberontakan ini akan datang, Rehan. Dan ketika saatnya tiba, kita akan mengakhiri kekuasaan Almarik."

Namun, di dalam hati kecilnya, Sorrel juga takut bahwa mungkin sudah terlambat. Distopia telah mencengkeram kerajaan, dan harapan semakin memudar.

Related chapters

  • Sang Penguasa    7. Persimpangan Takdir

    Kabut tebal masih menyelimuti medan perang, namun di istana dan di antara rakyat jelata, keputusan-keputusan besar mulai diambil. Masing-masing pihak yang terlibat kini semakin dekat menuju takdir mereka yang akan menentukan masa depan kerajaan Karstiel.Perjalanan ke Jantung KegelapanElira bersama Bayangan Kegelapan memimpin sekelompok kecil prajurit pemberontak menuju perbatasan Castelon. Mereka kini tahu bahwa kunci untuk mengalahkan Almarik terletak di bawah istana, di dalam ruang rahasia tempat artefak sihir kuno disimpan.“Aku tak pernah berpikir kita akan sampai sejauh ini,” ujar Elira dengan suara rendah saat mereka mendekati hutan yang memisahkan perbatasan kota dan medan perang.Bayangan tetap diam, namun matanya terfokus pada jalan di depan. Dalam diamnya, Bayangan merasakan kehadiran sesuatu yang lebih besar, lebih gelap, yang sedang mengintai dari balik kegelapan. “Jalan kita menuju istana tidak akan mudah. Almarik akan menjaga artefak itu dengan kekuatan penuh. Dan sihi

    Last Updated : 2024-09-22
  • Sang Penguasa    8. pertemuan tiga kekuatan

    Kabut malam mulai turun ketika pasukan Elira, bersama Bayangan Kegelapan, berhasil mendekati tembok Castelon. Keheningan yang aneh menyelimuti medan, dan di atas mereka, istana Castelon menjulang, suram dan megah, bagai menunggu kehancuran yang akan datang. "Kita hampir sampai," ujar Bayangan Kegelapan dengan suara yang nyaris terdengar, mata tajamnya memindai sekeliling. "Namun di sini, kekuatan sihir Almarik paling kuat. Kita tidak boleh lengah." Elira mengangguk, merasakan ketegangan yang mencekam. Pasukannya tampak lelah, tetapi semangat mereka tetap menyala. Mereka tahu bahwa ini mungkin menjadi kesempatan terakhir untuk membebaskan Karstiel. Di dalam istana, situasi memanas. Valerian berjalan cepat melalui koridor menuju ruang pribadi Almarik, diikuti oleh beberapa pengawal setia. Dia telah memutuskan untuk mempercepat rencananya. Jika Almarik jatuh malam ini, Valerian bisa mengambil kendali sebelum pemberontak mencapai tembok istana. "Pastikan penjaga menggandakan kekua

    Last Updated : 2024-09-24
  • Sang Penguasa    9. Di Ambang Kekuasaan dan Kehancuran

    Di bawah tanah istana Castelon, energi yang dilepaskan dari artefak kuno terus bergemuruh, membuat tembok-tembok di sekelilingnya bergetar hebat. Elira, Valerian, dan Lyana merasakan aura kekuatan yang begitu kuat dan liar, seperti angin badai yang tak terkendali. Bayangan Kegelapan berdiri di tengah-tengah, mantranya telah selesai, dan kini semua bergantung pada hasil dari sihir kuno yang mereka hadapi. "Kita harus memutuskan ini sekarang," ujar Valerian, suaranya keras namun gemetar, matanya tajam menatap Elira dan Bayangan. "Jika kita biarkan ini terus berlanjut, Karstiel akan runtuh bersamaan dengan kekuasaan Almarik." Elira menatap Valerian, lalu melihat ke arah Lyana yang berdiri dengan penuh wibawa. "Tidak ada yang akan berakhir dengan baik jika kekuasaan tetap ada di tangan kalian. Aku berjuang untuk kebebasan rakyat, bukan untuk takhta atau kekuasaan." "Dan apa yang akan terjadi setelah Almarik jatuh?" balas Lyana dengan nada sinis. "Rakyatmu akan terbagi, dipimpin oleh ke

    Last Updated : 2024-09-24
  • Sang Penguasa    10. Keruntuhan yang Tak Terhindarkan

    Langit di atas Karstiel berwarna merah darah, dihiasi dengan kilatan-kilatan petir yang tidak alami. Istana Castelon yang megah, lambang kekuasaan mutlak Raja Almarik, mulai hancur sedikit demi sedikit. Namun, meskipun gemuruh kehancuran memenuhi udara, suasana penuh ketegangan di dalam istana justru semakin terasa.Di bawah tanah, di jantung kekuatan sihir kuno, Elira tersungkur di lantai berdebu, tubuhnya terasa berat, dan napasnya terengah-engah. Ledakan dari artefak telah mengguncang tubuhnya, membuat kesadaran hampir meninggalkannya. Namun, suara gemuruh dari dinding yang retak memaksanya membuka mata. Di depannya, Valerian berusaha bangkit dari reruntuhan, sementara Bayangan Kegelapan sudah tidak terlihat lagi."Kita tidak bisa tinggal di sini," gumam Elira dengan napas tersengal, meskipun kakinya masih gemetar saat mencoba berdiri. Tatapan matanya menyapu ruangan yang mulai hancur, menyadari bahwa waktu mereka hampir habis.Valerian, yang perlahan bangkit dengan tubuh berdarah,

    Last Updated : 2024-09-24
  • Sang Penguasa    11 : Jejak Kekuatan

    Langit yang memerah kini penuh dengan petir biru yang tak henti-hentinya membelah udara, menyilaukan setiap mata yang menatapnya. Suasana Karstiel diliputi kekacauan. Di bawah kilatan-kilatan itu, Elira dan Valerian berlari menembus reruntuhan istana yang kian rapuh. Mereka tahu tak ada waktu untuk berdebat atau ragu. Setiap langkah adalah perjuangan menuju satu tujuan: menghentikan Lyana, yang kini menggenggam kekuatan kuno yang tak terbayangkan."Kita sudah dekat!" teriak Valerian di antara suara gemuruh kehancuran. Tubuhnya luka parah, darah mengalir di sekujur lengannya, tapi tekadnya tetap bulat. Elira bisa melihat sorotan tegas di matanya, meskipun beban pertempuran sebelumnya tampak jelas melemahkannya."Jangan berhenti! Jika kita biarkan dia terus menguasai kekuatan itu, Karstiel akan musnah," Elira balas dengan nada keras, meskipun hatinya dipenuhi ketakutan. Apa yang Lyana lakukan bukan hanya akan menghancurkan musuh mereka—tetapi dunia yang telah mereka kenal.Di ujung loro

    Last Updated : 2024-09-25
  • Sang Penguasa    12: Kabut Kekuasaan

    Di tengah reruntuhan istana Karstiel, kabut tebal yang gelap mulai melayang dari gulungan kuno yang dipegang Lyana. Cahaya suram memancar dari gulungan itu, memantulkan kegelapan yang menelan ruangan dan sekitarnya. Udara di sekitar mulai terasa berat, seperti tarikan napas terakhir dunia yang sekarat. Kegelapan ini bukanlah sihir biasa; ini adalah kekuatan purba yang telah lama tersembunyi, menunggu saat untuk dibangkitkan. Rehan, Valerian, dan Sorrel berdiri berjajar di depan Lyana, merasakan getaran gelap yang keluar dari dirinya. Meski mereka telah melalui pertempuran yang berat, kini tantangan di hadapan mereka terasa jauh lebih mengerikan. Kekuasaan yang dimiliki Lyana kini tak lagi hanya tentang sihir kuno yang dia ambil dari kristal, melainkan sesuatu yang lebih dalam dan lebih jahat. "Apa ini?" tanya Valerian, napasnya tersengal, matanya tak lepas dari gulungan yang dipegang Lyana. "Ini bukan kekuatan sihir biasa," jawab Sorrel dengan ketegangan yang tak bisa ia sembunyika

    Last Updated : 2024-09-25
  • Sang Penguasa    13: Kekacauan dan Kebangkitan

    Saat debu dari ledakan itu perlahan-lahan turun, istana Karstiel kini menjadi bayangan dari kebesarannya. Dinding yang dulu megah kini runtuh, dan suasana di sekeliling berubah sunyi—hanya suara langkah kaki dan angin yang menyapu sisa-sisa reruntuhan. Di tengah kekacauan ini, sisa-sisa sihir masih menggantung di udara seperti bayangan tak kasat mata, mengisyaratkan peristiwa besar yang baru saja terjadi. Elira terduduk di lantai, tubuhnya penuh luka. Dia menatap langit yang kini kembali gelap, seolah kekuatan sihir yang besar telah hilang dari dunia. Valerian berada di dekatnya, memegangi sisi tubuhnya yang terluka, namun tatapan matanya tidak lepas dari tubuh Lyana yang kini tergeletak di tengah ruangan. "Kita berhasil?" Elira bertanya dengan napas tersengal, masih sulit percaya bahwa semuanya telah berakhir. Valerian menatap Lyana yang tak bergerak, wajahnya kini tanpa aura kekuasaan. "Kristal itu hancur. Dia... tak punya kekuatan lagi." Namun, meskipun dia mengatakan itu, ada k

    Last Updated : 2024-09-26
  • Sang Penguasa    14: Bayangan Masa Depan

    Setelah jatuhnya Lyana dan gulungan kegelapan yang hancur, suasana istana Karstiel yang porak-poranda terasa sunyi. Tidak ada lagi gemuruh pertempuran, dan langit yang sebelumnya gelap mulai terbuka sedikit, menampakkan secercah cahaya matahari yang enggan muncul. Namun, meskipun langit mulai cerah, hati rakyat Karstiel masih dibayangi oleh peristiwa yang baru saja terjadi.Di tengah reruntuhan istana, Valerian berdiri dengan luka yang memenuhi tubuhnya. Dia menatap sisa-sisa kekuasaan Lyana yang kini tak berarti. Di sebelahnya, Elira terlihat pucat, duduk dengan napas berat. Meskipun kemenangan telah diraih, keduanya tahu bahwa ini hanyalah awal dari tantangan baru yang jauh lebih berat."Apa sekarang sudah berakhir?" tanya Elira, suaranya hampir seperti bisikan.Valerian tidak segera menjawab. Dia menatap reruntuhan istana dan sisa-sisa pasukan rakyat yang berkumpul di luar. "Mungkin pertempuran ini telah berakhir," jawabnya pelan, "tapi apa yang akan datang setelah ini... aku tidak

    Last Updated : 2024-09-28

Latest chapter

  • Sang Penguasa    bab 49: Awal Kehidupan yang Berbeda

    Masa bayi Luna dan putra Raja Rehan berjalan dalam dua dunia yang berbeda. Di istana, putra Rehan tumbuh dikelilingi oleh kemewahan dan kemuliaan. Setiap langkahnya diawasi oleh pelayan dan pengasuh yang setia, sementara para ahli dan penasihat kerajaan mengawasi perkembangan mental dan fisiknya dengan teliti. Setiap suara tangis dari sang pangeran akan disambut dengan segera oleh orang-orang yang siap menenangkan, memberinya kenyamanan dan perlindungan penuh.Di sisi lain, Luna tumbuh di rumah sederhana di pinggir istana, di dalam lingkungan yang tenang namun jauh dari kemewahan. Ibunya, Rose, menyayanginya dengan segenap jiwa. Meski tidak memiliki semua keistimewaan yang dimiliki pangeran, Luna tumbuh dengan cinta yang tulus. Rose mengajarkan Luna tentang kehidupan sederhana, kerja keras, dan kebijaksanaan. Dari hari ke hari, kecantikan Luna semakin terpancar, dan di balik matanya yang cerah tersimpan rasa ingin tahu yang tak terpadamkan.Perbedaan Nasib dan Awal PertemuanWaktu ber

  • Sang Penguasa    bab 48: Hadiah untuk Rose dan Kelahiran Luna

    Di luar istana, suasana pagi tak kalah meriah. Di hari yang sama dengan kelahiran pewaris takhta kerajaan Edholm, seorang bayi perempuan lain dilahirkan di dalam benteng pelayan. Bayi itu, meski tidak lahir dari keluarga bangsawan, membawa kebahagiaan yang sama besarnya bagi ibunya, Rose, seorang pelayan setia yang telah mengabdi kepada keluarga kerajaan selama bertahun-tahun.Bayi itu diberi nama Luna, sebuah nama yang diambil dari sinar rembulan yang menerangi malam kelahirannya. Luna lahir dengan kecantikan alami yang segera membuat banyak orang terpesona. Matanya yang cerah dan kulitnya yang lembut seperti porselen menjadi anugerah bagi Rose, seorang ibu yang penuh cinta dan kebanggaan.Kehamilan yang Diketahui oleh Raja RehanBeberapa bulan sebelum kelahiran ini, Raja Rehan sendiri mengetahui tentang kehamilan Rose secara tidak sengaja ketika ia sedang berkeliling memeriksa persiapan di istana. Melihat perut Rose yang mulai membesar, Raja Rehan berhenti dan menanyakan keadaannya.

  • Sang Penguasa    bab 47: Hadiah dari Kerajaan Tetangga

    Pagi itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan dan antusiasme. Setelah berita kelahiran pewaris takhta tersebar ke seluruh kerajaan, utusan dari berbagai wilayah tetangga mulai berdatangan membawa hadiah sebagai tanda penghormatan dan perayaan. Setiap kerajaan, besar maupun kecil, ingin menunjukkan dukungan dan rasa hormat kepada Raja Rehan dan Ratu Natasya. Mereka mengirim hadiah-hadiah istimewa yang menggambarkan kebesaran dan kekayaan negeri masing-masing.Di aula besar istana, Natasya duduk di kursi kebesarannya, bayi kecilnya beristirahat dalam dekapan lembut. Sementara Rehan berdiri di sisinya, mengawasi jalannya upacara penyerahan hadiah dengan wajah penuh kebanggaan.Hadiah dari Kerajaan EldoriaUtusan pertama yang datang adalah dari Kerajaan Eldoria, salah satu kerajaan tetangga yang paling kuat dan makmur. Mereka dikenal akan seni dan keahlian kerajinan tangan yang luar biasa. Utusan tersebut, seorang pria berusia lanjut dengan jubah keemasan yang disulam dengan

  • Sang Penguasa    bab 46: Hari Pertama Natasya Menjadi Seorang Ibu

    Fajar menyingsing dengan lembut di atas istana Edholm, memandikan dunia dengan sinar keemasan yang hangat. Hari itu, tidak ada yang lebih berarti bagi Natasya selain keheningan pagi yang baru saja pecah oleh suara-suara kecil dari sang bayi yang tengah menggeliat di dalam dekapan hangatnya. Matanya belum terbuka penuh, tapi tubuh mungilnya sudah mencari kehangatan ibunya, insting alami yang menyatukan mereka berdua dalam keajaiban yang begitu murni.Natasya, yang kini telah menjadi seorang ibu, duduk di atas ranjang berkanopi sutra. Wajahnya tampak lelah setelah malam yang panjang, namun kelelahan itu tertutupi oleh cahaya lembut yang terpancar dari sorot matanya. Ia memandangi wajah bayinya—wajah yang begitu sempurna, dengan pipi halus dan bibir mungil yang sesekali bergerak, seolah menggumamkan janji-janji masa depan.Bayi itu adalah anugerah bagi Natasya, namun ia juga membawa tanggung jawab yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dunia yang dulu terasa begitu luas dan penuh petua

  • Sang Penguasa    bab 45: Perayaan Sang Pewaris

    Pagi di Edholm kali ini berbeda. Matahari memanjat langit dengan keagungan yang lebih cerah dari biasanya, cahayanya menyinari seluruh sudut kerajaan, menyentuh lembah-lembah hijau dan bukit-bukit emas, memberikan kehangatan yang tak biasa. Udara dipenuhi semerbak bunga musim semi yang dibawa angin lembut, dan di atas sana, burung-burung berkicau seakan turut merayakan peristiwa yang paling ditunggu-tunggu oleh segenap rakyat Edholm.Di seluruh penjuru kerajaan, rakyat bersuka cita. Suara lonceng besar di menara pusat berdentang keras, mengirimkan kabar gembira bahwa anak Raja Rehan dan Permaisuri Natasya telah lahir. Seluruh Edholm bergetar dalam gemuruh perayaan, tak ada seorang pun yang bisa melawan dorongan hati untuk bersorak bahagia. Sebuah era baru telah dimulai, dan bersama kelahiran bayi kerajaan, muncul harapan baru yang begitu dinantikan oleh rakyat yang selama ini hidup dalam bayang-bayang ketidakpastian.Rakyat Edholm Bersuka CitaDi pasar-pasar yang biasanya dipenuhi ter

  • Sang Penguasa    bab 44: Sang Cahaya Baru di Langit Edholm

    Malam di Edholm terasa berbeda dari biasanya. Bintang-bintang tampak lebih terang, seolah alam semesta menyaksikan momen yang begitu agung. Angin malam berhembus pelan, menyelusup lembut di antara pepohonan istana, membawa bisikan-bisikan dari zaman yang telah lama berlalu. Di istana megah itu, waktu seakan terhenti; segenap kehidupan seolah tertumpu pada satu titik—di mana Natasya, permaisuri tercinta, tengah berada di ambang keajaiban yang telah lama dinantikan. Di dalam kamar yang dipenuhi cahaya lilin lembut, Natasya terbaring, matanya memancarkan kekuatan dari dalam dirinya. Ia telah melewati perjalanan yang panjang, sembilan bulan yang penuh cinta, harapan, dan impian. Kini, waktunya telah tiba. Tubuhnya adalah samudra yang menggulung gelombang, setiap tarikan napasnya seperti pasang yang naik, memanggil kehidupan yang akan segera hadir. Rehan berada di sisinya, menggenggam erat tangan Natasya, seolah tak ingin melepaskannya pada detik-detik genting ini. Wajahnya tegang, namun

  • Sang Penguasa    bab 43: Dalam Penantian Sang Pewaris

    Malam itu, bulan menggantung rendah di langit Edholm, membasahi tanah istana dengan cahayanya yang lembut dan tenang. Di balkon utama, Raja Rehan duduk seorang diri, memandang horizon yang seolah tak bertepi. Dedaunan di taman istana berbisik pelan dihembus angin malam, namun hati Rehan tak pernah sepi dari suara-suara yang bergemuruh di dalam dirinya.Ia menanti. Penantian yang panjang dan penuh gairah, namun juga penuh kecemasan yang terselubung dalam harapan.Di dalam istana yang megah ini, di kamar yang penuh kehangatan dan cinta, Natasya beristirahat. Perutnya yang membesar adalah bukti dari kehidupan baru yang tumbuh di dalamnya, buah cinta yang lahir dari ikatan mereka berdua—seorang anak, seorang pewaris, seorang yang akan membawa nama Edholm ke masa depan.Rehan sering bertanya dalam hati, bagaimana rasanya memeluk darah dagingnya sendiri untuk pertama kali? Bagaimana wajah anaknya kelak, apakah ia akan mewarisi senyum lembut Natasya, atau mata tajam yang ia miliki? Setiap ma

  • Sang Penguasa    bab 42: Pengumuman Sang Raja - Bebas Pajak Selama Satu Tahun

    Suasana pagi itu di ibu kota Edholm terasa berbeda dari biasanya. Angin sejuk berhembus lembut, membawa serta aroma embun pagi yang menyegarkan. Warga berkumpul di alun-alun utama di depan istana, wajah-wajah mereka dipenuhi dengan rasa penasaran dan antisipasi. Kabarnya, Raja Rehan akan memberikan pengumuman penting hari ini, sebuah kabar yang berpotensi mengguncang seluruh kerajaan.Rehan, yang biasanya tampak tegas dan berwibawa, hari itu terlihat penuh kebahagiaan. Berdiri di balkon istana bersama Natasya yang tengah hamil, ia memandang lautan rakyatnya dengan senyum hangat. Suara lonceng besar istana berdentang, menandakan bahwa saatnya bagi Rehan untuk berbicara."Rakyat Edholm yang aku cintai," suara Rehan bergema di seluruh alun-alun, menarik perhatian ribuan warga yang menunggu kata-katanya. "Hari ini, aku membawa kabar gembira yang tidak hanya akan mempengaruhi istana, tetapi juga seluruh kerajaan kita."Sorak-sorai kecil terdengar dari kerumunan. Warga mulai saling berbisik

  • Sang Penguasa    bab 41: Kabar Kehamilan Natasya

    Hari itu, suasana istana Edholm dipenuhi dengan kegembiraan yang tak biasa. Bukan karena kemenangan militer atau keberhasilan diplomasi yang berhasil Rehan raih, melainkan berita yang jauh lebih personal dan mendalam bagi kerajaan. Natasya, kekasih dan pendamping setia Raja Rehan, mengandung anak pertama mereka.Berita itu pertama kali sampai ke telinga Rehan saat ia sedang duduk di ruang singgasananya, memeriksa laporan dari dewan penasihat ekonomi. Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka, dan Natasya berjalan masuk dengan senyum tipis di wajahnya, matanya berkilau dengan emosi yang tidak biasa."Ada yang harus aku sampaikan, Rehan," ucapnya pelan, namun penuh arti.Rehan, yang biasanya selalu fokus pada urusan kerajaan, langsung menghentikan pekerjaannya dan memandang Natasya dengan penuh perhatian. Ada sesuatu dalam ekspresi kekasihnya yang membuatnya sadar bahwa ini bukanlah kabar biasa."Apa yang terjadi, Natasya?" tanyanya, dengan nada suara lembut namun penuh dengan rasa ingin tahu.N

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status