Ryder melirik Freya yang begitu khawatir, dia memang sangat ingin mencari asal kekuatan itu, tapi tidak mungkin bagi Ryder untuk meninggalkan Freya sendiri. Pria itu mencubit pipi Freya pelan sambil tertawa."Tenanglah, aku tidak akan membiarkan siapapun menyentuhmu sedikit saja," bisik Ryder tersenyum hangat.Freya terdiam sejenak, wajahnya terasa panas dan memerah. Dia begitu malu, dengan cepat gadis itu menutup wajahnya."Hentikan itu, dasar bodoh," teriak Freya kesal. Melihat reaksi Freya yang begitu lucu, Ryder tersenyum lebar. Kekhawatirannya melihat Freya saat di ruang rapat telah hilang, ternyata Freya sama sekali tidak berubah sedikitpun padanya."Aku akan mengantarmu ke Lilian, ayo Freya," ajak Ryder sambil memegang tangan Freya lembut."Ryder, aku tidak ingin orang lain salah paham," ucap Freya."Tidak ada yang akan melihatnya, ayo kita segera pergi," bisik Ryder.Mereka berdua berlari bersama, di tengah keramaian kota malam bertabur bintang yang indah. Sedangkan dari jauh
Suara teriakan terdengar di luar pintu, para pengawal segera memeriksanya. Hingga Mel asisten Ryder masuk, dengan nafas yang memburu karena berlari."Apa yang terjadi?" tanya Ryder."Aulin di tangkap pasukan wilayah, aku tidak tahu penyebabnya tapi saat kembali ke kamar, Aulin di bawa oleh banyak pengawal," ungkap Mel panik.Ryder terkejut, itu diluar perhitungannya. Dia menarik pedangnya, dan menatap Atlas dengan tajam. Aulin adalah adik kecil yang Ryder jaga, dia sangat menghargai perempuan itu dan alasannya ikut dalam pertemuan wilayah untuk membantu Ryder."Atlas, aku tidak akan segan menebasmu jika kau melukai Aulin sedikit saja," tekan Ryder dengan emosi."Tenanglah Ryder, kita harus memikirkan ini dengan kepala dingin," ucap Freya."Aku tidak bisa tenang, saat rekanku berada dalam posisi tidak aman," tegas Ryder.Freya tersentak, untuk kesekian kalinya Ryder seperti kembali ke dirinya yang dulu. Hal itu membuat Freya mundur, dan hanya akan mendengarkan alasan dari Tuan wilayah
Ryder tertawa begitu keras, sangat lega mendengar perkataan Daren. Dia mengambil sebuah tongkat kayu, lalu mengarahkannya pada Daren."Aku tidak lagi mengingat kejadian di masa lalu, sekarang yang kita butuhkan adalah bagaimana cara menghadapi masa depan. Aku percaya pada kalian semua, seperti kalian percaya padaku. Itulah jawabanku sobat," ungkap Ryder sambil tersenyum.Daren terdiam, dari wajah dan setiap ucapan Ryder begitu tampak tulus di mata Daren, Sungguh pemimpin yang luar biasa. Daren ikut tersenyum, lalu mendorong tongkat kayu Ryder."Kalian berdua, berhentilah melakukan hal bodoh. Ayo kita segera menyusun rencana," ucap Layla kesal.Di wilayah perbatasan, Freya memutuskan berdiam diri di kamar sesuai perintah Lilian dan Edward. Dia, tidak begitu yakin dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi melihat Ryder dan Pengawalnya kabur dari wilayah, membuat Freya khawatir. Edward dalam mode siaga, tak ada yang terlepas dari jangkauan sihir pelacak miliknya. Se
"Ryder, cepatlah datang, ku mohon," lirih Freya.Tuan Atlas menggaruk kepalanya, sambil berjalan ke arah Freya. Namun, langkahnya terhenti karena Lilian dan Edward menghadang pria itu, sebelum dekat dengan Freya."Nona, tetap berada di belakang kami," ucap Lilian serius."Hahaha, pengawal anda sangat overprotektif yah. Aku hanya ingin mendekat dan berbicara secara terbuka dengan nona Freya. Menyingkirlah kalian," ujar Atlas."Maaf tuan, kami akan menjaga nona dengan baik. Melihat kondisi sekarang yang sedikit kacau, maka lebih baik anda menja-,""Enyah dari hadapanku, atau kalian ingin melawan," tegas Atlas.Lilian dan Edward terhempas ke belakang, dengan tubuh yang menghantam dinding. Mata Freya membulat, dia sangat terkejut melihat kekuatan aneh yang keluar dari tubuh Atlas seperti aura kegelapan. Saat Freya hendak ingin berjalan membantu Lilian, suara ketukan pintu membuat semua orang terdiam.Melihat Lilian dan Edward tak sadarkan, menyulut amarah Freya. Bukan waktunya untuk memen
"Ridius," lirih Freya.Nafas perempuan itu tercekat, menghirup udara di sekitarnya yang bercampur dengan kutukan aura kegelapan. Freya terhuyung ke belakang, dengan cepat Billy menangkapnya dan membantu Freya berdiri. Sebagai seorang gadis yang memiliki kekuatan suci, Freya tidak mampu berada di tengah aura kegelapan yang sangat kuat, karena itu bisa membuat kekuatannya tidak stabil."Nona, apakah anda baik-baik saja? Ayo kita berpindah tempat dari sini, berpeganglah padaku," ucap Billy pelan.Ridius berdecak kesal, kekuatannya yang sudah sangat kuat mampu mendengar apapun dan dimanapun targetnya berada. Itu semua berkat, kutukan aura kegelapan yang Zane berikan pada Ridius. Kutukan aura kegelapan memiliki tingkat kesempurnaan yang tinggi, dimana kutukan itu akan mempengaruhi kesadaran, bahkan nyawa seseorang. Bukan hanya itu, wabah penyakit yang membuat ibunda Freya meninggal adalah karena kutukan aura kegelapan yang meledak dan tidak stabil, membuat masalah besar di wilayah utara."
Freya tersentak sebuah bayangan hitam berdiri tepat di belakangnya. Mengapa itu terjadi begitu cepat, bahkan Freya tak mampu melihat pergerakannya. Dengan sigap perempuan itu berlari ke depan, menjauh dari bayangan hitam itu namun seluruh badan Freya berhenti bergerak. "Apa yang terjadi padaku, kenapa aku tidak bisa bergerak!?" teriak Freya bingung."Hahahaha kau masuk sendiri ke dalam perangkapku, dasar bodoh," tawa Ridius.Ryder memukul pelindung itu, sambil melihat adakah aura kekuatan yang tipis untuk menghancurkannya. Tepat, matanya melihat bekas serangan Billy yang mulai menipis. Dengan cepat Ryder mengeluarkan kedua pedangnya, mengalirkan aura keemasan yang sangat kuat untuk menembus pelindung penjara emas itu.Seluruh kekuatannya mulai berpusat pada senjata, dengan sekali tarikan nafas Ryder menyerang sebanyak 10 kali tebasan pada pelindung penjara emas itu dengan cepat. Freya meringis kesakitan, kutukan darah milik Ridius berhasil mengambil alih tubuhnya. Seakan seluruh ger
Ryder membuka pintu dengan tergesa-gesa, lalu melihat seorang anak kecil dengan surat di tangannya. Daren menahan Ryder, lalu mengambil surat itu. Memeriksa apakah surat itu di beri mantra kutukan atau sebuah jebakan yang mematikan."Ini aman, ayo bukalah cepat," ucap Daren.Ryder membaca dengan seksama isi surat itu, lalu meremasnya emosi. Anak kecil yang membawa pesan itu menatap Ryder takut, melihatnya membuat Ryder mengontrol emosinya. "Aku ingin kalian membawa seluruh orang di wilayah ini pergi sekarang, tanpa terkecuali. Penjelasannya akan aku beri tahu saat selesai, aku akan membawa Freya juga ke depan gerbang. Kita bertemu disana, cepat laksanakan!!" teriak Ryder."Tuan, apakah aku bisa ikut denganmu?" tanya anak kecil itu."Pergilah bersama mereka, kau akan aman. Daren aku percayakan dia padamu," Jawab Ryder lalu bergegas ke kamar Freya.Daren menarik anak kecil itu, lalu berlari keluar kantor wilayah, diikuti oleh semua orang. Mereka berhambur keluar dan segera melakukan pe
Ryder membuka matanya, kamar yang familiar dengan dekorasi yang begitu banyak. Dia segera bangun dan duduk, sambil menatap ke luar jendela. Kejadian yang terjdi di wilayah perbatasan berlalu begitu saja, tanpa harus membunuh siapapun. Tapi, kesedihan tentang anak-anak kecil yang menjadi bahan penelitian itu, membuat Ryder terpukul, dia harus lebih memperhatikan kondisi setiap pelosok wilayah tanpa terkecuali agar hal tersebut tidak akan terulang lagi."Anda sudah bangun tuan, silahkan membersihkan diri anda terlebih dahulu," sapa Billy yang baru saja muncul di balik pintu."Billy, bisakah kamu membawakan secangkir teh kayu manis," ucap Ryder."Baik tuan, saya akan kembali segera," jawab Billy.Ryder beranjak dari tempat tidur, lalu mengambil sebuah koran di meja. Berita wilayah perbatasan sedang hangat diperbincangkan, karena ada lima ratus lebih orang yang harus diberikan tempat bernaung saat ini. Billy masuk membawa secangkir teh kayu manis, diikuti oleh Daren dan Edward."Kau sudah
"Nino, bukankah itu sangat lucu?" ucap Ryder."Tidak sayang, nama itu terlalu kuno untuk bayi kita. Pilihlah nama yang keren dan jarang ditemukan dimanapun," terang Freya.Ryder memelas tak bersemangat, sudah seribu kali mereka menyebutkan nama dan tidak ada satupun diantara nama itu yang pas. Billy membawakan secangkir teh, sambil membawa beberapa berkas pada Ryder."Tuan, sebentar lagi wakil dari wilayah utara akan datang untuk membawa kontrak penyediaan batu sihir," ucap Ryder.Ryder hanya diam, tak bergeming sama sekali. "Tuan, jadwal anda besok menjenguk nona-""Benar, aku harus pergi bertemu Layla dan Lilian agar mereka mau membujuk Freya," seru Ryder tiba-tiba."Tuan, kumohon fokuslah pada pekerjaan dulu," keluh Billy.Ryder mengangguk dan menyusun laporan, tanpa peduli pada Billy sedikitpun. "Kalau begitu, saya permisi tuan," pamit Billy.Ryder keluar dari ruangannya tergesa-gesa, tapi menabrak Daren yang ternyata datang sebagai perw
Daren menarik Billy dengan paksa, menyeretnya agar berani menjelaskan apa yang terjadi padanya saat mendengar ucapan Freya kemarin. Ryder dan Freya yang sedang sarapan, melihat Billy yang tiba-tiba muncul membuat Freya terkejut, sedangkan Ryder hanya menatap pria itu dingin."Bicaralah kawan, katakan maksud dan tujuanmu datang kemari," ucap Daren."Daren, sepertinya dia merasa tidak enak badan. Wajahnya begitu pucat," tutur Freya khawatir."Dia terlalu takut, sampai tidak bisa tidur semalaman hahahaha. Tunjukkan. Keberanianmu kawan," sela Daren.Ryder yang menggendong bayi kecil, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Billy maju ke depan Freya, walaupun pria itu tidak bisa mengucapkan isi kepalanya pada semua orang tapi Billy sangat ingin berbaikan dengan Freya dan Ryder."Billy, tenanglah dan jangan takut. Aku sama sekali tidak marah dengan apa yang terjadi kemarin," tutur Freya mencoba menenangkan Billy yang sedang gemetar."Freya. Jangan terlalu baik pada seoran
"Apa nona tidak tahu? Selama ini Tuan Ryder menjaga kekuatannya untuk membantu siapapun, bahkan dia sangat senang dengan kekuatannya. Lantas kenapa anda tidak membantunya untuk memilih cara lain!!" teriak Billy."Itu tidak seperti yang kamu dengar Billy, aku juga ti-""Bukankah nona ingin Tuan Ryder bahagia?!" seru Billy.Daren yang baru masuk menahan Billy mundur bersama Ryder, karena Billy tampak begitu kesal pada Freya. Layla yang melihat Freya menahan air matanya, melenggang masuk dan menampar Billy dengan keras."Jangan pernah melukai perasaan Freya, ingat itu bajingan!!" teriak Layla kesal."Daren bawa Billy keluar, aku akan menjaga Freya," ucap Ryder.Daren menarik lengan Billy paksa, menyeretnya keluar dari ruang tersebut. Ryder memeluk Freya pelan, tangis perempuan itu pecah dan membuat semua orang ikut khawatir. Bayi kecil yang mendengar teriakan itu, menangis begitu keras hingga Lilian segera membawanya ke ruangan lain untuk menenangkannya."Lepaskan aku, dasar brengsek jan
"Freya, bukankah hari ini kita akan pergi ke wilayah utara menghadiri upacara pembukaan aula akademi baru," ujar Layla sambil merengek."Aku akan mendiskusikan ini dengan Ryder, jangan memasang wajah lugu itu," cibir Freya."Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempat Ryder sekarang!!" seru Layla semangat."Ryder sedang rapat bersama para tetua, itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik kita menunggunya selesai," sela Freya."Huuuhh... Ryder menyebalkan sekali, aku akan mengatakannya pada Billy," ucap Layla spontan.Freya menghela nafas panjang, kegigihan Layla untuk membawanya berjalan-jalan di wilayah utara sangat sulit di bantah."Pergilah mandi dan bersiap bersama bayi kecil, aku akan segera kembali dengan izin Ryder!!" teriak Layla lalu pergi dari rumah menuju kantor wilayah tempat Ryder."Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Freya.Ryder menumpuk beberapa kertas, sambil menuliskan setiap kekurangan dari laporan tersebut. Dia mengambil banyak pekerjaan sebelum akhir pekan, karena ing
"Ayo segera kesana, maaf Freya aku harus pergi memeriksa desa. Aku akan kembali setelah memeriksa keamanan disana," tutur Ryder tergesa-gesa pergi ke luar.Freya yang ingin ikut pergi bersama Ryder, di tahan oleh Edward. Terpaksa dia harus berada di rumah saja menunggu Ryder menyelesaikan pekerjaannya.Ryder tiba di depan gerbang desa, memeriksa rumah sakit yang menampung para korban keracunan. Sekitar 100 orang lebih terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. Ryder segera meminta bantuan Billy untuk memeriksa sumber masalah. "Kami makan dengan teratur, saat anak-anak membawa sebotol air dari sungai yang ada di ujung desa, kami mulai muntah dan pusing karena mengkonsumsi cukup banyak," terang seorang pria."Gildan, memberi tahu kami bahwa sungai itu sepertinya tercemar oleh sesuatu dari hutan perbatasan. Tuan, tolong kami untuk menyelesaikan masalah ini," sosor seorang wanita tua."Gildan? Siapa yang anda maksud?" tanya Ryder."Dia seorang peramal muda dengan badan besar seperti anda t
Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan
"Ryder selamat yah, kamu telah resmi menjadi suami Freya,"Ryder terbangun dari tidurnya, dia tertawa kecil dan memijit pelipisnya karena bermimpi menikah dengan Freya. "Haaa, sepertinya aku menjadi gugup karena waktunya sudah dekat," lirih Ryder sambil menghela nafas panjang.Ryder bangkit dari tempat tidurnya, menghirup udara pagi yang segar. Kejadian yang terjadi kemarin cukup membuat Ryder terguncang, tapi dia harus lebih berusaha lagi agar bisa sepenuhnya menjaga Freya dan Bayi kecil. Billy membawa secangkir teh, di ikuti oleh Freya dan Bayi kecil mendekat ke arah Ryder."Freya, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Ryder sembari mengambil Bayi kecil dari gendongan Freya."Aku baik-baik saja Ryder, kamu tampak pucat. Apa perlu aku buatkan obat herbal untukmu?" jawab Freya."Tidak perlu, aku hanya kurang istirahat saja. Besok adalah hari bahagia kita. Aku ingin membuatnya segera terjadi, ini adalah bukti dari rasa cintaku padamu," bisik Ryder.Freya tertawa kecil, lalu pergi membe
Daren menepuk pundak Ryder, menyadarkannya untuk tidak terhanyut dalam emosi dan berpikir lebih tenang. Freya yang terus menangis, tertidur di dalam pelukan Layla. Saat Layla dan Lilian membawa Freya ke kamarnya, Ryder keluar dari rumah dan mencari apakah ada seseorang yang sedang memata-matai mereka."Tuan, saya akan membawa beberapa pengawal untuk berjaga di sekitar rumah ini," ujar Billy."Tidak, aku yang akan mencari langsung perempuan itu dan menghabisinya," tekan Ryder."Hey tenanglah kawan, Freya tidak menginginkanmu melakukan hal segila itu," sela Daren.Ryder melacak sekitarnya, mencari sisa aura yang ada tapi nihil. "Lebih baik kita berpencar, aku akan pergi lebih dulu," ucap Ryder berlari secepat kilat."Huh, tidak ada petunjuk sama sekali-"Daren berhenti, dia mendengar suara rumput yang terinjak di bagian pohon belakang rumah. Dengan tersenyum kecil, Daren menarik lengan Billy menjauh dari rumah. Billy yang kesal, melepaskan pegangan Daren
Ryder melepas tangan Freya pelan, lalu berjalan ke arah pria tersebut. Meskipun perasaannya sangat kesal mendengar ucapan pria itu, Ryder harus tetap bijaksana dalam mengurus semua hal berkaitan penduduknya.“Permisi tuan, Aku sebagai Pemimpin wilayah ini merasa keberatan dengan ucapan anda. Melihat, anda sepertinya bukanlah orang yang menyaksikan perang yang terjadi di wilayah perbatasan. Anda tidak berhak mengatakan hal sekeji itu kepada calon istriku,” tekan Ryder.“Tu-tuan penguasa, saya merasa kasihan pada anda yang tertipu oleh perempuan itu. Tapi-”“Billy, beri tuan ini sedikit pelajaran tentang apa yang terjadi pada saat perang di perbatasan. Dan, untuk penduduk sekalian, Freya adalah perempuan yang menjadi seorang prajurit demi wilayahnya, sebagai seorang pemimpin dan perempuan dia telah menanggung banyak tanggung jawab. Jadi, perhatikan mulut kalian saat ingin berkata kepadanya,” tegas Ryder.Billy menerima perintah tuannya, dia segera pergi menyeret pria itu menjauh bersama