Setelah Ryder dan Natalia mengetahui Festival itu, mereka berdua semakin bersemangat untuk membalas dendam pada penguasa wilayah.
"Wah itu berita bagus Ryder," sahut Natalia."Benar, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini," seru Ryder.Kesempatan itu akan dimanfaatkan oleh Ryder, terutama Zane yang sedang mempersiap sebuah hadiah untuk Ryder. Sudah lama pria itu sangat ingin melihat penggabungan kekuatan kegelapan dan aura kematian yang dimiliki Ryder. Zane berdiri di dekat patung batu penguasa wilayah selatan, sambil memandangi bulan yang begitu bersinar terang. Pria itu sudah berusaha dengan sangat keras untuk menduduki posisi kepala dewan wilayah selatan, dengan cara jahat dan keji. Zane membunuh kedua orang tuanya demi mendapatkan posisi itu, bahkan dia telah mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menerima kekuatan dari pasukan bayangan.Patung batu yang berbentuk manusia itu, adalah tubuh sang penguasa wilayah selatan yang telah diracuni oleh paPot bunga kecil yang di pegang Freya terjatuh dari tangannya, setelah melihat keadaan Ryder yang di rantai."Apa yang kalian lakukan padanya," teriak Freya."Freya tenanglah, kita hanya menahan kekuatan aura kegelapan Ryder yang meluap," tutur Ibu Alice."Benarkah? Bagaimana ini bisa terjadi," lirih Freya.Daren hanya terdiam melihat Freya yang begitu sedih, perempuan itu masih sangat mengharapkan Ryder untuk berada disisinya sampai kapanpun itu. Freya mendekat ke arah tubuh Ryder, lalu mengeluarkan sihir cahaya suci yang merupakan kekuatan sang dewi. Semua orang mundur perlahan, Freya tengah berjuang untuk menyelamatkan pria yang telah menghianati perasaanya."Aku mohon Ryder, jangan sampai kau melukai banyak orang lagi," gumam Freya.Cahaya yang begitu terang, terus menekan asap hitam yang keluar dari tubuh Ryder. Tiba-tiba Freya merasakan energi kegelapan yang, sebuah teriakan yang begitu nyaring menggema dalam kepalanya. Ingatan Ryder tentang pe
Ryder pergi meninggalkan Natalia yang masih tertidur, lalu membawa pedangnya ke tepi sungai. Suara ayunan pedang di malam hari, selalu terdengar di tepi sungai. Ryder merutinkan dirinya belajar teknik pedang ilusi dengan menggunakan aura. Seketika Ryder sadar, dia harus melakukan sesuatu sebelum Festival dimulai. Ryder berlari dengan cepat, lalu mengeluarkan sebotol air. Pria itu tersenyum senang, sudah berapa lama dia tidak mencoba merawat tanaman seperti dulu sewaktu kakek dan kedua orang tuanya masih hidup. Mengingat mereka telah pergi meninggalkan Ryder dengan nasib buruknya, sekarang pria itu tengah berjuang untuk membalaskan dendamnya pada orang yang telah merenggut kebahagiaan Ryder. Pria itu melempar botol air itu dengan kasar. Kunang-kunang kecil hinggap di bunga yang Ryder sirami air."Mereka tampak bahagia," gumam Ryder.Hari Festival wilayah telah dimulai, banyak gerai toko yang membuka makanan dari seluruh wilayah, Ryder dan Natalia menyusuri kota
Ryder telah berjalan selama satu jam, hanya monster serigala dan ular kecil yang terus berkeliaran di sekitarnya. Tidak ada hal yang menarik perhatiannya, namun beberapa detik kemudian, labirin dipenuhi kabut tebal yang menutupi jalan. Ryder terdiam dan mengamati sekelilingnya dengan tenang. Terlihat sebuah pergerakan di balik kabut itu, dengan cepat Ryder menarik pedangnya lalu berlari ke arah bayangan orang itu. Saat Ryder menyerangnya dengan pedang, orang itu menangkisnya dengan sihir es. Dalam kabut, pergerakan keduanya terhambat. Tapi mereka berdua saling bertarung dengan insting mereka yang begitu kuat. Ryder mengakui kekuatan lawannya yang sangat kuat, namun pergerakan orang itu semakin lambat karena serangan Ryder yang bertubi-tubi.Saat kabut mulai menipis, Ryder dengan cepat mengakhiri pertarungan dengan mengunci pergerakan lawannya. Edward, pria itu berlutut di depan Ryder, pedang milik Ryder yang nyaris menusuknya membuat edward ketakutan. "Kau s
Freya menatap para penduduk yang berada dalam kurungan sihir, laporan dari para penjaga benar, seperti yang Freya bayangkan. Penyakit Ilium sangat persis dengan gejala yang diderita oleh mereka. Dari buku catatan kejadian di wilayah, Freya pernah membaca bahwa penyakit ilium akan menyebabkan kematian, meskipun secara lambat. Freya berjalan ke arah Daren dan teman-temannya."Kau sudah datang, bagaimana dengan perlombaannya," ucap Daren."Dibatalkan, itu bukanlah hal yang penting. Sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi pada mereka semua," ujar Freya."Hasil sampel darah mereka akan keluar sebentar lagi, tapi berdasarkan gejala yang terjadi mereka seperti terkena penyakit ilium," ucap Laila."Aku juga memikirkan hal yang sama," imbuh Freya.Wilayah utara dilanda kekacauan, sesuai rencana Zane. Tidak ada yang bisa menggagalkan rencana itu, sang penguasa yang kuat sebentar lagi akan mundur dari kejayaannya. Para penduduk yang terinfeksi sudah dipindahkan ke pe
Hari yang begitu panas, Ryder dan Natalia berjalan menuju arena desa Rigor. Setelah mendapat informasi dari para pedagang, mereka memutuskan untuk pergi bersama. "Kau yakin ingin ikut?" tanya Ryder."Iya, berhentilah bertanya Ryder," jawab Natalia."Hahah baiklah," Ryder tidak membawa pedangnya, takut orang-orang curiga. Sesampainya mereka di arena desa Rigor, suara sorakan banyak orang mulai terdengar begitu jelas. Ryder memperhatikan dengan seksama, teknik berpedang mereka sangat baik. Pertarungan antara 2 orang pria, Ryder yakin salah satu diantara mereka adalah Tuan Julian. Pergerakan pria dengan pedang berwarna gelap itu, sangat cepat dibanding lawannya. Ryder melihat aura berwarna putih di sekeliling pria itu, dengan sekali tebasan di udara baju yang dikenakan lawan terkoyak begitu saja. Seketika suara tawa penonton memenuhi arena, seperti yang dikatakan para warga kemarin lalu.Natalia menatap Ryder yang begitu serius, pria dengan sebutan Tuan
Sudah tengah malam, Ryder dan Natalia masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. "Kamu masih memikirkan kejadian tadi?" tanya Natalia."Iya, ini sangat menggangguku," jawab Ryder serius."Aku paham, tapi rumah itu memiliki energi sihir yang sangat kuat. Lebih baik kita menanyakannya pada ayah Yuna," ucap Natalia."Ide bagus, besok pagi aku akan ke arena bertarung lagi. Kamu tetaplah disini, jika aku tidak kembali carilah aku di tempat yang tadi," sahut Ryder."Kamu yakin ingin pergi sendiri?" seru Natalia."Iya, lebih baik kamu disini." ucap Ryder.Natalia berdecak kesal, sambil menghabiskan sarapannya. Ryder memilih untuk pergi sendiri, demi keselamat Natalia. Mengingat kejadian janggal yang terjadi, membuat Rydee merasa ada yang tidak beres dengan rumah itu. Sarapannya telah selesai, Ryder pergi berjalan menuju arena bertarung. Desa Rigor saat pagi penuh dengan warga pendatang yang ingin membeli pedang atau menjual benda berharga m
Ryder memegang sabuk pedangnya, untuk melepas segel itu pastilah harus menggunakan sihir penyegel pula. Ryder memutar otak, berfikir bahwa satu-satunya jalan untuk mematahkan sihir itu dengan merusak intinya. Ryder berhenti, dia lupa untuk menanyakan bentuk dari inti segel itu. Pria itu menghela nafas kasar, lalu merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh.Saat tiba di rumah tua milik Julian, Ryder memutuskan langsung masuk ke dalam, melalui pintu depan rumah. Dia tidak ingin lagi masuk ke dalam ruangan yang berada di ruang bawah tanah. Kondisi rumah itu tampak baik-baik saja di dalam, peralatan rumah yang tampak bersih dari debu, meskipun ada cahaya matahari yang masuk melalui cela dinding yang sudah rusak. Ryder berjalan menuju titik aman yang dipetakan oleh Julian, namun ketika Ryder melangkah maju, suara langkah kaki mengikutinya dari belakang. Awalnya Ryder mengira itu hanyalah halusinasi saja dan Ryder melirik ke belakang. Tidak ada seorang pun yang berada d
Ryder menghembuskan nafasnya pelan, seketika ruangan itu menjadi semakin gelap. Aura kegelapan memancar ke seluruh rantai, Ryder menarik kedua pedangnya. Dengan cepat dia memutar badannya dan memutus rantai pertama, lalu berlari memutus dua rantai berikutnya. Detak jantung Ryder tiba-tiba tak karuan, sebuah ingatan tentang Julian yang mendorong istrinya jatuh ke dalam sihir sang penguasa kegelapan. Ryder mengepalkan tangannya, mengumpulkan seluruh kekuatan aura pada pedangnya, dengan sekali tebas rantai terakhir itu berhasil terputus.Tiba-tiba rumah itu bergoyang hebat, tanah dan dindingnya mulai retak. Bola kristal iti mengeluarkan cahaya yang yang sangat menyilaukan, Ryder menatap dengan samar-samar sebuah pedang berwarna hitam pekat tergeletak di tengah ruangan. Cahaya itu semakin menghilang, Ryder menelan air liurnya. Sembari berjalan mengambil pedang itu, Ryder melihat keatas, bangunan rumah itu mulai hancur, namun Ryder tidak ingin meninggalkan rumah itu begitu saja.