Ryder telah berjalan selama satu jam, hanya monster serigala dan ular kecil yang terus berkeliaran di sekitarnya. Tidak ada hal yang menarik perhatiannya, namun beberapa detik kemudian, labirin dipenuhi kabut tebal yang menutupi jalan. Ryder terdiam dan mengamati sekelilingnya dengan tenang. Terlihat sebuah pergerakan di balik kabut itu, dengan cepat Ryder menarik pedangnya lalu berlari ke arah bayangan orang itu. Saat Ryder menyerangnya dengan pedang, orang itu menangkisnya dengan sihir es.
Dalam kabut, pergerakan keduanya terhambat. Tapi mereka berdua saling bertarung dengan insting mereka yang begitu kuat. Ryder mengakui kekuatan lawannya yang sangat kuat, namun pergerakan orang itu semakin lambat karena serangan Ryder yang bertubi-tubi.Saat kabut mulai menipis, Ryder dengan cepat mengakhiri pertarungan dengan mengunci pergerakan lawannya. Edward, pria itu berlutut di depan Ryder, pedang milik Ryder yang nyaris menusuknya membuat edward ketakutan."Kau sFreya menatap para penduduk yang berada dalam kurungan sihir, laporan dari para penjaga benar, seperti yang Freya bayangkan. Penyakit Ilium sangat persis dengan gejala yang diderita oleh mereka. Dari buku catatan kejadian di wilayah, Freya pernah membaca bahwa penyakit ilium akan menyebabkan kematian, meskipun secara lambat. Freya berjalan ke arah Daren dan teman-temannya."Kau sudah datang, bagaimana dengan perlombaannya," ucap Daren."Dibatalkan, itu bukanlah hal yang penting. Sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi pada mereka semua," ujar Freya."Hasil sampel darah mereka akan keluar sebentar lagi, tapi berdasarkan gejala yang terjadi mereka seperti terkena penyakit ilium," ucap Laila."Aku juga memikirkan hal yang sama," imbuh Freya.Wilayah utara dilanda kekacauan, sesuai rencana Zane. Tidak ada yang bisa menggagalkan rencana itu, sang penguasa yang kuat sebentar lagi akan mundur dari kejayaannya. Para penduduk yang terinfeksi sudah dipindahkan ke pe
Hari yang begitu panas, Ryder dan Natalia berjalan menuju arena desa Rigor. Setelah mendapat informasi dari para pedagang, mereka memutuskan untuk pergi bersama. "Kau yakin ingin ikut?" tanya Ryder."Iya, berhentilah bertanya Ryder," jawab Natalia."Hahah baiklah," Ryder tidak membawa pedangnya, takut orang-orang curiga. Sesampainya mereka di arena desa Rigor, suara sorakan banyak orang mulai terdengar begitu jelas. Ryder memperhatikan dengan seksama, teknik berpedang mereka sangat baik. Pertarungan antara 2 orang pria, Ryder yakin salah satu diantara mereka adalah Tuan Julian. Pergerakan pria dengan pedang berwarna gelap itu, sangat cepat dibanding lawannya. Ryder melihat aura berwarna putih di sekeliling pria itu, dengan sekali tebasan di udara baju yang dikenakan lawan terkoyak begitu saja. Seketika suara tawa penonton memenuhi arena, seperti yang dikatakan para warga kemarin lalu.Natalia menatap Ryder yang begitu serius, pria dengan sebutan Tuan
Sudah tengah malam, Ryder dan Natalia masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. "Kamu masih memikirkan kejadian tadi?" tanya Natalia."Iya, ini sangat menggangguku," jawab Ryder serius."Aku paham, tapi rumah itu memiliki energi sihir yang sangat kuat. Lebih baik kita menanyakannya pada ayah Yuna," ucap Natalia."Ide bagus, besok pagi aku akan ke arena bertarung lagi. Kamu tetaplah disini, jika aku tidak kembali carilah aku di tempat yang tadi," sahut Ryder."Kamu yakin ingin pergi sendiri?" seru Natalia."Iya, lebih baik kamu disini." ucap Ryder.Natalia berdecak kesal, sambil menghabiskan sarapannya. Ryder memilih untuk pergi sendiri, demi keselamat Natalia. Mengingat kejadian janggal yang terjadi, membuat Rydee merasa ada yang tidak beres dengan rumah itu. Sarapannya telah selesai, Ryder pergi berjalan menuju arena bertarung. Desa Rigor saat pagi penuh dengan warga pendatang yang ingin membeli pedang atau menjual benda berharga m
Ryder memegang sabuk pedangnya, untuk melepas segel itu pastilah harus menggunakan sihir penyegel pula. Ryder memutar otak, berfikir bahwa satu-satunya jalan untuk mematahkan sihir itu dengan merusak intinya. Ryder berhenti, dia lupa untuk menanyakan bentuk dari inti segel itu. Pria itu menghela nafas kasar, lalu merutuki dirinya sendiri yang begitu bodoh.Saat tiba di rumah tua milik Julian, Ryder memutuskan langsung masuk ke dalam, melalui pintu depan rumah. Dia tidak ingin lagi masuk ke dalam ruangan yang berada di ruang bawah tanah. Kondisi rumah itu tampak baik-baik saja di dalam, peralatan rumah yang tampak bersih dari debu, meskipun ada cahaya matahari yang masuk melalui cela dinding yang sudah rusak. Ryder berjalan menuju titik aman yang dipetakan oleh Julian, namun ketika Ryder melangkah maju, suara langkah kaki mengikutinya dari belakang. Awalnya Ryder mengira itu hanyalah halusinasi saja dan Ryder melirik ke belakang. Tidak ada seorang pun yang berada d
Ryder menghembuskan nafasnya pelan, seketika ruangan itu menjadi semakin gelap. Aura kegelapan memancar ke seluruh rantai, Ryder menarik kedua pedangnya. Dengan cepat dia memutar badannya dan memutus rantai pertama, lalu berlari memutus dua rantai berikutnya. Detak jantung Ryder tiba-tiba tak karuan, sebuah ingatan tentang Julian yang mendorong istrinya jatuh ke dalam sihir sang penguasa kegelapan. Ryder mengepalkan tangannya, mengumpulkan seluruh kekuatan aura pada pedangnya, dengan sekali tebas rantai terakhir itu berhasil terputus.Tiba-tiba rumah itu bergoyang hebat, tanah dan dindingnya mulai retak. Bola kristal iti mengeluarkan cahaya yang yang sangat menyilaukan, Ryder menatap dengan samar-samar sebuah pedang berwarna hitam pekat tergeletak di tengah ruangan. Cahaya itu semakin menghilang, Ryder menelan air liurnya. Sembari berjalan mengambil pedang itu, Ryder melihat keatas, bangunan rumah itu mulai hancur, namun Ryder tidak ingin meninggalkan rumah itu begitu saja.
"Apa yang terjadi? Kamu terlihat pucat," sahut Ryder."Oh, aku baik-baik saja. Ayo kita ke sana," jawab Natalia.Ryder dan Natalia berjalan santai menuju pusat kota, namun saat mereka tiba di tengah pusat kota. Mereka berdua terdiam, seorang pria tergantung di atas pohon besar dan banyak mayat di bawahnya. Natalia menutup mulutnya, dia dengan cepat memalingkan wajahnya. Kondisi ini begitu parah dari perkiraannya, Ryder memegang tangan perempuan itu untuk menenangkannya. Disaat yang sama, Freya berlari ke arah tempat itu. Diikuti oleh para pasukan penjaga, Daren, Laila dan Evan. Dengan nafas memburu, Freya mengepalkan tangannya emosi."Bajingan, siapa yang melakukan ini!!" pekik Freya."Nona, tenanglah. Kami sedang melakukan penyelidikan," ucap Norman."Kalian tidak tahu mengapa ini bisa terjadi? Hanya satu orang yang bisa melakukan ini kepada penduduknya sendiri," tegas Freya."Jangan bertindak gegabah," sela Daren.Norman menatap Ryder, lalu me
Freya begitu sedih, keluarga yang dimilikinya sekarang hanyalah ayah dan Hana adiknya. Sejak perlombaan pewaris gelar penguasa, Hana mengalami penyakit langka yang hingga saat ini perenpuan itu hanya bisa berada di dalam ruang kesehatan. Penyakit Hana berada pada tubuhnya yang juga lumpuh karena kekuatan sihirnya yang menghilang, hal itulah yang membuat hana harus dibantu oleh alat sihir agar tetap hidup. Keluarga Freya yang sangat dia sayangi, sekarang mereka semua harus terbaring lemah tak berdaya. "Ayah tenang saja, Freya akan berusaha dengan baik menjaga wilayah ini," ucap Freya tenang.Di balik jendela itu, Zane tersenyum puas. Rencananya berhasil berkat bantuan seseorang yang berkhianat di dalam anggota dewan. Untuk sementara waktu Ryder dan Freya tidak akan bisa bertemu, karena Freya akan sibuk mengurus wilayahnya yang semakin kacau, berkat pria yang di sukainya Ryder. Freya keluar dari kamar sang ayah menuju ruang rapat dewan, untuk sementara w
Freya dan dua orang penjaga sedang memindahkan jasad monster itu ke arah hutan besar pinggir wilayah. Tiba-tiba kedua orang penjaga yang bersama Freya melayang dan terhempas begitu jauh menabrak beberapa pohon besar hingha tewas. Freya diam tak berkutik, hanya sepersekian detik nyawa mereka telah menghilang. Dengan tajam Freya menatap kesembilan monster besar yang sedang menatapnya denhan buas."Aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian semua, sialan!!" teriak Freya.Freya mengeluarkan sihir api pada pedangnya, lalu menyerang monster yang mulai berjalan ke arah gerbang timur. Salah satu monster memiliki duri di sekujur tubuhnya dan menusuk lengan dan kaki Freya. Menghadapi sembilan monster sekaligus membuat perempuan itu kewalahan, mustahil baginya meninggalkan gerbang karena para monster itu akan menerobos masuk dengan mudah. Sekarang Freya harus menahan sebisa mungkin para monster itu.Freya kembali menyerang dengan pedangnya, permukaan kulit moster itu cukup ke