Freya dan dua orang penjaga sedang memindahkan jasad monster itu ke arah hutan besar pinggir wilayah. Tiba-tiba kedua orang penjaga yang bersama Freya melayang dan terhempas begitu jauh menabrak beberapa pohon besar hingha tewas. Freya diam tak berkutik, hanya sepersekian detik nyawa mereka telah menghilang. Dengan tajam Freya menatap kesembilan monster besar yang sedang menatapnya denhan buas.
"Aku tidak punya waktu untuk meladeni kalian semua, sialan!!" teriak Freya.Freya mengeluarkan sihir api pada pedangnya, lalu menyerang monster yang mulai berjalan ke arah gerbang timur. Salah satu monster memiliki duri di sekujur tubuhnya dan menusuk lengan dan kaki Freya. Menghadapi sembilan monster sekaligus membuat perempuan itu kewalahan, mustahil baginya meninggalkan gerbang karena para monster itu akan menerobos masuk dengan mudah. Sekarang Freya harus menahan sebisa mungkin para monster itu.Freya kembali menyerang dengan pedangnya, permukaan kulit moster itu cukup ke"Zane, apa yang kamu lakukan disini," sahut Natalia cemas."Natalia, kamu diam saja. Aku yang akan berbicara dengannya," ucap Ryder serius."Pergilah dari sini, ambilkan kami minuman segar untuk menyegarkan pikiran," tutur Zane sambil menatap tajam ke arah Natalia.Natalia dengan cepat pergi meninggalkan kamar itu, dia ketakutan melihat Zane yang pasti sedang marah padanya. Suasana di dalam kamar Ryder begitu tegang, Zane memulai pembicaraan mereka dan menjelaskan tentang tindakannya di masa lalu pada Ryder. Ryder menjadi semakin emosi, dia sama sekali tidak menerima permintaan maaf pria itu. Namun, Ryder bisa mendapatkan bantuan untuk menghancurkan wilayah utara termasuk sang penguasa."Sekarang kau hanya memiliki kekuatan yang kecil, saat ini kau bisa dengan mudah dikalahkan oleh para penyihir kuat dari wilayah. Ingatlah Ryder, jika kau ingin menghancurkan bos sebuah kelompok, maka anggotanya itu tidak akan tinggal diam," jelas Zane."Aku tahu soal itu, pe
Ekspresi wajah Ryder menjadi tegang, dia melirik Evan lalu menyeringai pada pria itu. "Aku sudah mengatakan pada kalian, bahwa aku akan menghancurka kalian semua termasuk Freya," ucap Ryder sinis."Kurang ajar, selama ini Freya selalu membelamu dan membuat orang-orang percaya kalau kau bukanlah penjahat," sahut Evan kesal."Hahahahaha, perempuan itu memang sangat naif. Orang bodoh seperti dia pasti akan berumur pendek," celetuk Ryder.Daren memegang pedang Ryder dengan tangan kosong, membuat telapak tangan pria itu berlumuran darah. Matanya begitu merah karena emosi, Ryder hanya terkekeh pelan lalu menarik pedangnya kembali. "Aku sama sekali tidak pernah mengira bahwa kau akan menjadi orang yang seburuk ini Ryder," lirih Daren."Hahahaha kalian semua terlalu naif, karena itulah aku dengan gampang mengelabui kalian semua," tutur Ryder tersenyum tipis."Aku rela mati demi melindungi wilayahku, maka kau harus rela kehilangan nyawamu nanti saat kita be
Ryder mengamati sekelilingnya, tampak sebuah hutan lebat dengan kesan menyeramkan. Mata Ryder melirik ke arah kanan, menahan Natalia agar tidak menjauh darinya lalu menarik pedangnya keluar. Seekor serigala besar dengan tanduk besar di kepalanya muncul di tengah hutan perbatasan. Zane dan Ridius segera bersiap menyiapkan alat pengekang yang akan menundukkan jiwa monster itu. Sementara Ryder menyerang monters serigala untuk melumpuhkan pergerakannya. "Ryder mundur!!" teriak Zane.Dengan cepat Ryder meloncat ke belakang, menjaga keamanan Natalia. Ridius melempar tali rantai yang diselimuti oleh api berwarna biru. Zane segera merapalkan mantranya, lalu sebuah cahaya yang terang membuat monster itu menggeram. Setelah beberapa menit, serigala itu diam dan tidak menyerang mereka lagi. Ryder takjub melihat sihir Zane, Natalia malah merasa ketakutan melihat kejadian itu. Setelah berjalan cukup jauh ke dalam hutan perbatasan, Ryder dan timnya telah mendapat sepul
Keesokan harinya, perjalanan Ryder dan rekannya ke wilayah selatan. Pasukan mereka sudah cukup kuat, Zane juga meminta Ryder untuk menggunakan pedang penguasa cahaya milik ketua wilayah selatan. Memang itu bukanlah hak Ryder, tapi Natalia juga mengizinkan Ryder menggunakan pedang itu. Setiba mereka di gerbang wilayah selatan, Zane segera membuat surat pergantian ketua wilayah selatan. Melihat kondisi pasukan dan Ryder sudah siap untuk menghabisi para penyihir kuat di utara. Penetapan pemilihan ketua wilayah membuat Ryder cemas. Ada beberapa penduduk wilayah selatan yang menolak dengan keras Zane dan Ryder menjadi ketua dan wakil wilayah selatan. Bukan hanya itu, beberapa orang juga memiliki dendam pada Ryder karena telah membuat malu tetua yudistira di masa lalu dengan melakukan kontrak darah yang melanggar aturan wilayah."Kami tidak menerima pecundang itu datang kemari lagi!!" teriak salah seorang penduduk."Benar, mengapa harus Ryder si pecundang yang menjadi wa
Freya dan Laila melangkah dengan cepat ke arah Daren dan teman-temannya. Mereka semua sedang bersiap untuk membuat lingkaran sihir. Kekuatan Pak Zack dan Daren akan digabungkan untuk membuat pelindung sihir agar bisa menghalau serangan dan mendeteksi sihir yang mendeket. "Freya, apa keadaan ayahmu sudah membaik?" tanya Edward."Tidak, ayahku masih tidak menunjukkan perkembangan sama sekali sejak menerima pengobatan dari tim medis. Mungkin sekarang aku hanya bisa menunggu kabar baik dari ini semua," ucap Freya sedih."Tenanglah Freya, kami akan selalu membantumu," tutur Laila memegang tangan Freya lembut.Mereka semua kembali membuat lingkaran sihir raksasa, Pak Zack dan Pak Damian segera ikut begabung setelah mereka menenangkan para penduduk yang terkena penyakit ilium. Pusat kota wilayah utara telah menjadi kota yang sunyi senyap, tidak ada tawa dan teriakan kegembiraan di tengah kota. Hampir setengah dari jumlah penduduk yang terkena penyakit ilium, membuat k
Ryder berdecak kesal, dia sama sekali tidak ingin untuk melawan Daren dan Evan. Melihat Ryder yang enggan melawan mereka, Ridius mengeluarkan sihir hitam miliknya, berpindah tempat ke samping Evan lalu menyerangnya dengan sebuah pedang es berlumuran racun buatannya. Evan segera melompat menjauh, sekarang mereka menjadi dua lawan dua. Daren tersenyum pelan, lalu melangkah ke arah Ryder. Mereka yang dulunya adalah rekan bertarung sekarang menjadi musuh. Ryder menarik kedua pedangnya, mata Daren seketika membulat terkejut. Pedang cahaya milik penguasa selatan, konon tidak ada yang bisa menggunakan pedang itu selain ketua dan wakil dari wilayah selatan."Sepertinya kau diterima dengan baik sekarang," sahut Daren."Benar, aku telah mendapatkan tempat yang lebih baik daripada bersama kalian," ucap Ryder serius."Apakah kau menjual dirimu sendiri sebagai boneka mereka? Huh, sangat disayangkan kau memiliki bakat tapi terkekang oleh emosionalmu sendiri," tutur Daren.Ryd
Daren terus memikirkan cara untuk mengalahkan Ryder, di tengah tubuhnya yang sudah lemas tak berdaya, Daren hanya bisa menatap langit yang begitu cerah. Ryder menancapkan kedua pedangnya ke tanah, lalu menendang perut Daren dengan keras. "Kau pikir bisa mengalahkanku dengan kekuatanmu yang lemah itu?" ejek Ryder."Aku pasti bisa mengalahkanmu," lirih Daren.Meski Daren sudah terluka begitu parah, dia terus memaksa tubuhnya untuk bangkit. Pria itu mengambil sebuah pil yang ada di saku celananya dan memakan pil itu bulat-bulat. Sebenarnya Laila memberinya pil yang bisa menambah kekuatan sihir secara singkat meskipun itu bisa membuat organ tubuh penggunanya hancur. Ryder mundur dari tempatnya, seketika udara disekitarnya menjadi sedingin es. Daren berdiri sambil menatap Ryder tajam. Saat Ryder ingin mengambil pedangnya, batu es yang besar menyelimuti pedang Ryder. "Kurang ajar kau!! Apa kau tidak menyayangi nyawamu?!" pekik Ryder kesal."Hahaha, demi melindu
"Tutup mulutmu, kau pikir menjadi penguasa itu hal yang sepele hah? Itu sangat beresiko," ucap Freya sambil memasang wajah kesalnya."Aku tidak berkata begitu, kau sendiri yang berkata demikian. Apa sekarang kau ingin menyerangku?" tanya Ryder sambil menyeringai."Aku akan membuatmu sadar Ryder, kau telah termakan omong kosong dari Zane dan juga Natalia. Mereka hanya menjadikan dirimu sebagai alat!!" teriak Freya."Ahahaha lucu sekali, kaulah yang berkata omong kosong. Dasar tak tahu diri, entah apa yang ayahmu lakukan hingga kau dibutakan oleh sikap arogan ayahmu," ketus Ryder."Ayahku adalah penguasa yang hebat, dia tidak mungkin membunuh orang lain yang tidak bersalah," tutur Freya.Mereka berdebat begitu lama, hingga kesabaran Freya mulai habis akibat Ryder yang terus-terusan menghina ayah dan juga wilayahnya. Freya menarik pedangnya ke arah Ryder, mereka berdua mulai saling menyerang satu sama lain. Sihir es Freya membuat pergerakan Ryder terganggu sam
"Nino, bukankah itu sangat lucu?" ucap Ryder."Tidak sayang, nama itu terlalu kuno untuk bayi kita. Pilihlah nama yang keren dan jarang ditemukan dimanapun," terang Freya.Ryder memelas tak bersemangat, sudah seribu kali mereka menyebutkan nama dan tidak ada satupun diantara nama itu yang pas. Billy membawakan secangkir teh, sambil membawa beberapa berkas pada Ryder."Tuan, sebentar lagi wakil dari wilayah utara akan datang untuk membawa kontrak penyediaan batu sihir," ucap Ryder.Ryder hanya diam, tak bergeming sama sekali. "Tuan, jadwal anda besok menjenguk nona-""Benar, aku harus pergi bertemu Layla dan Lilian agar mereka mau membujuk Freya," seru Ryder tiba-tiba."Tuan, kumohon fokuslah pada pekerjaan dulu," keluh Billy.Ryder mengangguk dan menyusun laporan, tanpa peduli pada Billy sedikitpun. "Kalau begitu, saya permisi tuan," pamit Billy.Ryder keluar dari ruangannya tergesa-gesa, tapi menabrak Daren yang ternyata datang sebagai perw
Daren menarik Billy dengan paksa, menyeretnya agar berani menjelaskan apa yang terjadi padanya saat mendengar ucapan Freya kemarin. Ryder dan Freya yang sedang sarapan, melihat Billy yang tiba-tiba muncul membuat Freya terkejut, sedangkan Ryder hanya menatap pria itu dingin."Bicaralah kawan, katakan maksud dan tujuanmu datang kemari," ucap Daren."Daren, sepertinya dia merasa tidak enak badan. Wajahnya begitu pucat," tutur Freya khawatir."Dia terlalu takut, sampai tidak bisa tidur semalaman hahahaha. Tunjukkan. Keberanianmu kawan," sela Daren.Ryder yang menggendong bayi kecil, tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi di sekitarnya. Billy maju ke depan Freya, walaupun pria itu tidak bisa mengucapkan isi kepalanya pada semua orang tapi Billy sangat ingin berbaikan dengan Freya dan Ryder."Billy, tenanglah dan jangan takut. Aku sama sekali tidak marah dengan apa yang terjadi kemarin," tutur Freya mencoba menenangkan Billy yang sedang gemetar."Freya. Jangan terlalu baik pada seoran
"Apa nona tidak tahu? Selama ini Tuan Ryder menjaga kekuatannya untuk membantu siapapun, bahkan dia sangat senang dengan kekuatannya. Lantas kenapa anda tidak membantunya untuk memilih cara lain!!" teriak Billy."Itu tidak seperti yang kamu dengar Billy, aku juga ti-""Bukankah nona ingin Tuan Ryder bahagia?!" seru Billy.Daren yang baru masuk menahan Billy mundur bersama Ryder, karena Billy tampak begitu kesal pada Freya. Layla yang melihat Freya menahan air matanya, melenggang masuk dan menampar Billy dengan keras."Jangan pernah melukai perasaan Freya, ingat itu bajingan!!" teriak Layla kesal."Daren bawa Billy keluar, aku akan menjaga Freya," ucap Ryder.Daren menarik lengan Billy paksa, menyeretnya keluar dari ruang tersebut. Ryder memeluk Freya pelan, tangis perempuan itu pecah dan membuat semua orang ikut khawatir. Bayi kecil yang mendengar teriakan itu, menangis begitu keras hingga Lilian segera membawanya ke ruangan lain untuk menenangkannya."Lepaskan aku, dasar brengsek jan
"Freya, bukankah hari ini kita akan pergi ke wilayah utara menghadiri upacara pembukaan aula akademi baru," ujar Layla sambil merengek."Aku akan mendiskusikan ini dengan Ryder, jangan memasang wajah lugu itu," cibir Freya."Baiklah, kalau begitu ayo kita ke tempat Ryder sekarang!!" seru Layla semangat."Ryder sedang rapat bersama para tetua, itu akan memakan banyak waktu. Lebih baik kita menunggunya selesai," sela Freya."Huuuhh... Ryder menyebalkan sekali, aku akan mengatakannya pada Billy," ucap Layla spontan.Freya menghela nafas panjang, kegigihan Layla untuk membawanya berjalan-jalan di wilayah utara sangat sulit di bantah."Pergilah mandi dan bersiap bersama bayi kecil, aku akan segera kembali dengan izin Ryder!!" teriak Layla lalu pergi dari rumah menuju kantor wilayah tempat Ryder."Baiklah, aku akan menunggumu," ucap Freya.Ryder menumpuk beberapa kertas, sambil menuliskan setiap kekurangan dari laporan tersebut. Dia mengambil banyak pekerjaan sebelum akhir pekan, karena ing
"Ayo segera kesana, maaf Freya aku harus pergi memeriksa desa. Aku akan kembali setelah memeriksa keamanan disana," tutur Ryder tergesa-gesa pergi ke luar.Freya yang ingin ikut pergi bersama Ryder, di tahan oleh Edward. Terpaksa dia harus berada di rumah saja menunggu Ryder menyelesaikan pekerjaannya.Ryder tiba di depan gerbang desa, memeriksa rumah sakit yang menampung para korban keracunan. Sekitar 100 orang lebih terbaring lemah dengan wajah pucat pasi. Ryder segera meminta bantuan Billy untuk memeriksa sumber masalah. "Kami makan dengan teratur, saat anak-anak membawa sebotol air dari sungai yang ada di ujung desa, kami mulai muntah dan pusing karena mengkonsumsi cukup banyak," terang seorang pria."Gildan, memberi tahu kami bahwa sungai itu sepertinya tercemar oleh sesuatu dari hutan perbatasan. Tuan, tolong kami untuk menyelesaikan masalah ini," sosor seorang wanita tua."Gildan? Siapa yang anda maksud?" tanya Ryder."Dia seorang peramal muda dengan badan besar seperti anda t
Keringat dingin mengalir begitu banyak di dahi Ryder, kegugupan luar biasa itu membuatnya ingin terus buang air kecil. Daren dan Billy sudah kelelahan memperbaiki baju dan dandanan Ryder yang selalu berantakan. Di tempat lain, Freya sudah siap dengan gaun panjang yang indah berwarna biru muda seperti langit. Bayi kecil tertidur dalam gendongan Lilian, sementara Layla mengajak Freya mengobrol untuk menghilangkan kegugupannya. "Nona, sebentar lagi anda harus berjalan menuju altar. Silahkan bersiap," ucap seorang pengawal."Tuan, silahkan menuju altar, karena sumpah pernikahan akan segera berlangsung," kata seorang pengawal.Ryder mengambil kedua pedangnya, memantapkan hatinya dan berjalan menuju altar diikuti oleh dua orang pengawal. Setelah beberapa menit, semua orang berdiri menyambut mempelai perempuan. Ryder berbalik ke arah pintu, melihat gaun biru yang menyejukkan mata. Nafasnya tercekat, senyum indah di wajah Freya membuat Ryder terpaku, tak bisa berpaling sedikitpun. Perempuan
"Ryder selamat yah, kamu telah resmi menjadi suami Freya,"Ryder terbangun dari tidurnya, dia tertawa kecil dan memijit pelipisnya karena bermimpi menikah dengan Freya. "Haaa, sepertinya aku menjadi gugup karena waktunya sudah dekat," lirih Ryder sambil menghela nafas panjang.Ryder bangkit dari tempat tidurnya, menghirup udara pagi yang segar. Kejadian yang terjadi kemarin cukup membuat Ryder terguncang, tapi dia harus lebih berusaha lagi agar bisa sepenuhnya menjaga Freya dan Bayi kecil. Billy membawa secangkir teh, di ikuti oleh Freya dan Bayi kecil mendekat ke arah Ryder."Freya, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Ryder sembari mengambil Bayi kecil dari gendongan Freya."Aku baik-baik saja Ryder, kamu tampak pucat. Apa perlu aku buatkan obat herbal untukmu?" jawab Freya."Tidak perlu, aku hanya kurang istirahat saja. Besok adalah hari bahagia kita. Aku ingin membuatnya segera terjadi, ini adalah bukti dari rasa cintaku padamu," bisik Ryder.Freya tertawa kecil, lalu pergi membe
Daren menepuk pundak Ryder, menyadarkannya untuk tidak terhanyut dalam emosi dan berpikir lebih tenang. Freya yang terus menangis, tertidur di dalam pelukan Layla. Saat Layla dan Lilian membawa Freya ke kamarnya, Ryder keluar dari rumah dan mencari apakah ada seseorang yang sedang memata-matai mereka."Tuan, saya akan membawa beberapa pengawal untuk berjaga di sekitar rumah ini," ujar Billy."Tidak, aku yang akan mencari langsung perempuan itu dan menghabisinya," tekan Ryder."Hey tenanglah kawan, Freya tidak menginginkanmu melakukan hal segila itu," sela Daren.Ryder melacak sekitarnya, mencari sisa aura yang ada tapi nihil. "Lebih baik kita berpencar, aku akan pergi lebih dulu," ucap Ryder berlari secepat kilat."Huh, tidak ada petunjuk sama sekali-"Daren berhenti, dia mendengar suara rumput yang terinjak di bagian pohon belakang rumah. Dengan tersenyum kecil, Daren menarik lengan Billy menjauh dari rumah. Billy yang kesal, melepaskan pegangan Daren
Ryder melepas tangan Freya pelan, lalu berjalan ke arah pria tersebut. Meskipun perasaannya sangat kesal mendengar ucapan pria itu, Ryder harus tetap bijaksana dalam mengurus semua hal berkaitan penduduknya.“Permisi tuan, Aku sebagai Pemimpin wilayah ini merasa keberatan dengan ucapan anda. Melihat, anda sepertinya bukanlah orang yang menyaksikan perang yang terjadi di wilayah perbatasan. Anda tidak berhak mengatakan hal sekeji itu kepada calon istriku,” tekan Ryder.“Tu-tuan penguasa, saya merasa kasihan pada anda yang tertipu oleh perempuan itu. Tapi-”“Billy, beri tuan ini sedikit pelajaran tentang apa yang terjadi pada saat perang di perbatasan. Dan, untuk penduduk sekalian, Freya adalah perempuan yang menjadi seorang prajurit demi wilayahnya, sebagai seorang pemimpin dan perempuan dia telah menanggung banyak tanggung jawab. Jadi, perhatikan mulut kalian saat ingin berkata kepadanya,” tegas Ryder.Billy menerima perintah tuannya, dia segera pergi menyeret pria itu menjauh bersama