Ekspresi wajah Ryder menjadi tegang, dia melirik Evan lalu menyeringai pada pria itu.
"Aku sudah mengatakan pada kalian, bahwa aku akan menghancurka kalian semua termasuk Freya," ucap Ryder sinis."Kurang ajar, selama ini Freya selalu membelamu dan membuat orang-orang percaya kalau kau bukanlah penjahat," sahut Evan kesal."Hahahahaha, perempuan itu memang sangat naif. Orang bodoh seperti dia pasti akan berumur pendek," celetuk Ryder.Daren memegang pedang Ryder dengan tangan kosong, membuat telapak tangan pria itu berlumuran darah. Matanya begitu merah karena emosi, Ryder hanya terkekeh pelan lalu menarik pedangnya kembali."Aku sama sekali tidak pernah mengira bahwa kau akan menjadi orang yang seburuk ini Ryder," lirih Daren."Hahahaha kalian semua terlalu naif, karena itulah aku dengan gampang mengelabui kalian semua," tutur Ryder tersenyum tipis."Aku rela mati demi melindungi wilayahku, maka kau harus rela kehilangan nyawamu nanti saat kita beRyder mengamati sekelilingnya, tampak sebuah hutan lebat dengan kesan menyeramkan. Mata Ryder melirik ke arah kanan, menahan Natalia agar tidak menjauh darinya lalu menarik pedangnya keluar. Seekor serigala besar dengan tanduk besar di kepalanya muncul di tengah hutan perbatasan. Zane dan Ridius segera bersiap menyiapkan alat pengekang yang akan menundukkan jiwa monster itu. Sementara Ryder menyerang monters serigala untuk melumpuhkan pergerakannya. "Ryder mundur!!" teriak Zane.Dengan cepat Ryder meloncat ke belakang, menjaga keamanan Natalia. Ridius melempar tali rantai yang diselimuti oleh api berwarna biru. Zane segera merapalkan mantranya, lalu sebuah cahaya yang terang membuat monster itu menggeram. Setelah beberapa menit, serigala itu diam dan tidak menyerang mereka lagi. Ryder takjub melihat sihir Zane, Natalia malah merasa ketakutan melihat kejadian itu. Setelah berjalan cukup jauh ke dalam hutan perbatasan, Ryder dan timnya telah mendapat sepul
Keesokan harinya, perjalanan Ryder dan rekannya ke wilayah selatan. Pasukan mereka sudah cukup kuat, Zane juga meminta Ryder untuk menggunakan pedang penguasa cahaya milik ketua wilayah selatan. Memang itu bukanlah hak Ryder, tapi Natalia juga mengizinkan Ryder menggunakan pedang itu. Setiba mereka di gerbang wilayah selatan, Zane segera membuat surat pergantian ketua wilayah selatan. Melihat kondisi pasukan dan Ryder sudah siap untuk menghabisi para penyihir kuat di utara. Penetapan pemilihan ketua wilayah membuat Ryder cemas. Ada beberapa penduduk wilayah selatan yang menolak dengan keras Zane dan Ryder menjadi ketua dan wakil wilayah selatan. Bukan hanya itu, beberapa orang juga memiliki dendam pada Ryder karena telah membuat malu tetua yudistira di masa lalu dengan melakukan kontrak darah yang melanggar aturan wilayah."Kami tidak menerima pecundang itu datang kemari lagi!!" teriak salah seorang penduduk."Benar, mengapa harus Ryder si pecundang yang menjadi wa
Freya dan Laila melangkah dengan cepat ke arah Daren dan teman-temannya. Mereka semua sedang bersiap untuk membuat lingkaran sihir. Kekuatan Pak Zack dan Daren akan digabungkan untuk membuat pelindung sihir agar bisa menghalau serangan dan mendeteksi sihir yang mendeket. "Freya, apa keadaan ayahmu sudah membaik?" tanya Edward."Tidak, ayahku masih tidak menunjukkan perkembangan sama sekali sejak menerima pengobatan dari tim medis. Mungkin sekarang aku hanya bisa menunggu kabar baik dari ini semua," ucap Freya sedih."Tenanglah Freya, kami akan selalu membantumu," tutur Laila memegang tangan Freya lembut.Mereka semua kembali membuat lingkaran sihir raksasa, Pak Zack dan Pak Damian segera ikut begabung setelah mereka menenangkan para penduduk yang terkena penyakit ilium. Pusat kota wilayah utara telah menjadi kota yang sunyi senyap, tidak ada tawa dan teriakan kegembiraan di tengah kota. Hampir setengah dari jumlah penduduk yang terkena penyakit ilium, membuat k
Ryder berdecak kesal, dia sama sekali tidak ingin untuk melawan Daren dan Evan. Melihat Ryder yang enggan melawan mereka, Ridius mengeluarkan sihir hitam miliknya, berpindah tempat ke samping Evan lalu menyerangnya dengan sebuah pedang es berlumuran racun buatannya. Evan segera melompat menjauh, sekarang mereka menjadi dua lawan dua. Daren tersenyum pelan, lalu melangkah ke arah Ryder. Mereka yang dulunya adalah rekan bertarung sekarang menjadi musuh. Ryder menarik kedua pedangnya, mata Daren seketika membulat terkejut. Pedang cahaya milik penguasa selatan, konon tidak ada yang bisa menggunakan pedang itu selain ketua dan wakil dari wilayah selatan."Sepertinya kau diterima dengan baik sekarang," sahut Daren."Benar, aku telah mendapatkan tempat yang lebih baik daripada bersama kalian," ucap Ryder serius."Apakah kau menjual dirimu sendiri sebagai boneka mereka? Huh, sangat disayangkan kau memiliki bakat tapi terkekang oleh emosionalmu sendiri," tutur Daren.Ryd
Daren terus memikirkan cara untuk mengalahkan Ryder, di tengah tubuhnya yang sudah lemas tak berdaya, Daren hanya bisa menatap langit yang begitu cerah. Ryder menancapkan kedua pedangnya ke tanah, lalu menendang perut Daren dengan keras. "Kau pikir bisa mengalahkanku dengan kekuatanmu yang lemah itu?" ejek Ryder."Aku pasti bisa mengalahkanmu," lirih Daren.Meski Daren sudah terluka begitu parah, dia terus memaksa tubuhnya untuk bangkit. Pria itu mengambil sebuah pil yang ada di saku celananya dan memakan pil itu bulat-bulat. Sebenarnya Laila memberinya pil yang bisa menambah kekuatan sihir secara singkat meskipun itu bisa membuat organ tubuh penggunanya hancur. Ryder mundur dari tempatnya, seketika udara disekitarnya menjadi sedingin es. Daren berdiri sambil menatap Ryder tajam. Saat Ryder ingin mengambil pedangnya, batu es yang besar menyelimuti pedang Ryder. "Kurang ajar kau!! Apa kau tidak menyayangi nyawamu?!" pekik Ryder kesal."Hahaha, demi melindu
"Tutup mulutmu, kau pikir menjadi penguasa itu hal yang sepele hah? Itu sangat beresiko," ucap Freya sambil memasang wajah kesalnya."Aku tidak berkata begitu, kau sendiri yang berkata demikian. Apa sekarang kau ingin menyerangku?" tanya Ryder sambil menyeringai."Aku akan membuatmu sadar Ryder, kau telah termakan omong kosong dari Zane dan juga Natalia. Mereka hanya menjadikan dirimu sebagai alat!!" teriak Freya."Ahahaha lucu sekali, kaulah yang berkata omong kosong. Dasar tak tahu diri, entah apa yang ayahmu lakukan hingga kau dibutakan oleh sikap arogan ayahmu," ketus Ryder."Ayahku adalah penguasa yang hebat, dia tidak mungkin membunuh orang lain yang tidak bersalah," tutur Freya.Mereka berdebat begitu lama, hingga kesabaran Freya mulai habis akibat Ryder yang terus-terusan menghina ayah dan juga wilayahnya. Freya menarik pedangnya ke arah Ryder, mereka berdua mulai saling menyerang satu sama lain. Sihir es Freya membuat pergerakan Ryder terganggu sam
Ryder berdiri sambil memegangi punggung yang sakit, saat dia tengah berjalan untuk mencari Ridius sebuah serangan bola api dari arah belakang, menghentikan langkah Ryder. Awalnya Ryder mengira bahwa itu adalah Freya, namun sosok yang tampak di depannya adalah Edward."Jangan menghalangi jalanku!!" seru Ryder kesal."Kau sudah terluka parah, apakah kau masih bisa berjalan?" ucap Edward santai."Itu bukan urusanmu, minggir!!" tegas Ryder sambil berjalan dengan pincang.Edward mendorong tubuh Ryder ke tanah, membuatnya meringis kesakitan. Namun, Ryder yang semakin kesal dengan permainan Freya yang mengirim Edward untuk menahannya, menaikkan aura kegelapan Ryder hingga tumbuhan sekitarnya mulai layu. Edward melirik sekitarnya, lalu termenung memikirkan betapa hebatnya kekuatan aura Ryder.Tanpa basa-basi Ryder berdiri dan menarik kedua pedangnya. Edward telah siap dengan bola api besar di tangannya, hembusan nafas Ryder terdengar begitu keras, lalu Edward k
Evan dan Edwin saling menyerang, tubuh mereka menjadi terluka akibat serangan yang sangat cepat dari keduanya. Sihir cahaya yang begitu kuat, membuat mata Edwin sakit dan mengeluarkan darah."Haha bagus, kekuatan cahaya itu akan membunuh rekanmu sendiri," ledek Ridius.Saat Edwin ingin melemparkan panah es kearah Evan, Ridius menghentikan gerakan keduanya. Pria itu lalu melompat dengan santai ke atas pohon, mata Ridius terbelalak melihat sebuah tombak raksasa dari es menancap di sekitarnya. Di waktu yang sama Ridius merasa bahwa telah terjadi sesuatu pada Ryder, namun Ridius tetap ingin bermain dengan para bonekanya. Dia hanya membuang muka, turun ke arah Evan dan Edwin untuk membuat mereka berdua saling bertarung."Evan, bisakah kau mengunci kekuatanmu?" ucap Edwin sambil menahan sakit di bahunya."Tidak, dalam keadaan dikendalikan kita hanya bisa melakukan apa yang diperintahkan orang itu," terang Evan lemas."Dikendalikan, aaa sialan!!" seru Edwin kesal.