Beranda / Sci-Fi / Sang Penguasa Dunia / BAB 1. Penemuan Berharga

Share

Sang Penguasa Dunia
Sang Penguasa Dunia
Penulis: macayp

BAB 1. Penemuan Berharga

Penulis: macayp
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Malam sudah sangat larut. Kebanyakan manusia saat ini pasti sedang terbuai dalam mimpi. Tapi berbeda dengan yang lainnya, dua orang lelaki masih terjaga. Bahkan saat ini mereka tidak berada di rumah. Kedua lelaki itu masih berada di tempat kerja. Laboratorium penelitian tepatnya. Dan kini mereka sedang asyik memperhatikan sesuatu.

"Sedikit lagi Prof, kali ini pasti berhasil. Kita hanya perlu mengatur intensitas lumen yang tepat." Kata salah seorang dari mereka.

"Baiklah, Richard. Aku akan mengurangi power-nya sedikit agar intensitas energinya tidak menghancurkan. Tapi mungkin waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama." Kata Profesor Morati mengikuti permintaan rekannya.

"Tidak apa-apa Prof, yang penting proses konversi nya berjalan sempurna."

Profesor Morati kemudian mengkalibrasi lagi alat ciptaannya. Setelah alat itu siap, Richard kemudian mengambil sekeping logam besi. Logam itu kemudian diletakkan di depan komponen alat yang berbentuk seperti moncong senjata. Setelah alat itu dinyalakan, moncong itu mengeluarkan sinar terang yang menyinari logam di depannya. Beberapa menit kemudian, logam yang sebelumnya hitam legam kini menjadi kuning berkilauan.

"Kita berhasil Prof. Logam itu tidak hancur." Richard berkata dengan ceria.

"Ya. Sepertinya logam itu sudah berubah menjadi Au. Meski aku masih harus memeriksa nomor atomnya, bahkan juga nilai karatnya.

Dengan semangat Richard merangkul bahu rekan kerjanya lalu berkata.

"Selamat, Anda sudah berhasil memiliki angsa bertelur emas. Kita akan cepat kaya raya."

÷÷÷÷÷÷÷÷÷

Matahari siang bersinar sangat terik. Panasnya menembus sampai ke balik pakaian yang dikenakan. Namun hal itu tidak membuat Ahmad tertarik untuk berteduh. Apalagi setelah dia menemukan alamat yang dituju. Dengan bergegas Ahmad menuju tempat itu, meski harus menembus kerumunan pedagang asongan yang sedang berjualan di pinggir jalan.

Ahmad tidak habis pikir, kenapa Profesor Morati tinggal di tempat seperti ini. Rumah kontrakan yang ia sewa terletak di daerah padat penduduk yang kumuh. Ahmad sampai harus bertanya beberapa kali untuk menemukan rumah itu. Padahal kakak iparnya itu memiliki rumah mewah di kawasan elite Jakarta. Tapi memang urusan ini sulit dimengerti. Tidak pernah sebelumnya Profesor Morati meneleponnya, apalagi meminta ia datang secepatnya.

Kini, setelah sampai di rumah yang ia tuju, Ahmad langsung mengetuk pintu. Tak lama kemudian Profesor Morati muncul dari balik pintu lalu mempersilakan ia masuk. Untuk seorang profesor yang sudah diakui kepakarannya, tempat itu sangat tidak layak dijadikan tempat tinggal.

"Apa yang Anda lakukan di tempat seperti ini? Di mana para keponakanku?" Ahmad langsung mencecar setelah dia berada di dalam dan pintu sudah ditutup.

"Anak-anakku berada di tempat yang aman." jawab Profesor Morati. Dia lalu mempersilakan Ahmad duduk dan mengambilkan air minum.

"Apa yang terjadi? apakah ada masalah yang menimpa Anda?" Ahmad bertanya lagi setelah meneguk minuman beberapa kali.

Profesor Morati diam sejenak. Setelah beberapa lama baru dia bicara, namun bukan untuk menjawab pertanyaan Ahmad.

"Apa kau tahu perbedaan emas dengan besi?" tanya Profesor Morati.

"Ya, tentu." jawab Ahmad. "Sekitar 60 dollar per gram."

Mendengar jawaban itu, Profesor Morati langsung tertawa terbahak-bahak. Saking kencangnya, suara tawanya sampai terdengar dari luar rumah.

"Kau sama saja seperti Richard rekanku. Bagi pengusaha seperti kalian, semua materi hanya dilihat dari nilainya. Sedangkan ilmuwan seperti kami melihat sesuatu apa adanya. Bagi kami, perbedaan emas dan besi adalah pada jumlah proton maupun elektron unsur tersebut."

"Ya, Anda mungkin benar." kata Ahmad. "Tapi masyarakat tidak peduli berapa jumlah elektron emas, mereka hanya mempedulikan nilai jualnya."

"Karena itu kalian memperebutkan emas? Perbuatan yang bodoh. Lihatlah aku. Karena aku melihat perbedaan mereka hanya pada inti atomnya, aku melihat kemungkinan untuk mengubah suatu unsur ke unsur lain. Dan akhirnya aku berhasil menciptakan alatnya."

Mendengar itu, Ahmad langsung menegakkan posisi duduknya.

"Anda bisa mengubah besi menjadi emas?"

"Bukan hanya besi, praktis semua unsur bisa diubah menjadi emas. Hanya butuh pengaturan tertentu, tergantung inti atomnya."

"Luar biasa. Dengan alat itu pasti Anda bisa menjadi kaya dengan mudah."

"Ya, itu juga yang ada di pikiran Richard. Dan itu yang aku khawatirkan. Sejak alat itu aku temukan, dia langsung mengambil alih semuanya. Entah sudah berapa banyak emas yang dia miliki sekarang. Kurasa saat ini dia sudah memiliki modal yang cukup untuk menguasai dunia."

"Maksud Anda, rekan Anda itu berkhianat dan ingin menguasai semua? Anda takut dia akan menyingkirkan Anda?"

"Tidak, tidak. Richard tidak akan membunuhku. Dia tidak akan berani mengambil risiko itu, karena akulah yang merancang alat itu. Tapi aku memiliki keluarga, dan Richard pasti ingin memiliki jaminan agar aku tidak macam-macam."

"Rekan Anda tahu tentang keponakanku?" suara Ahmad tergetar saat menanyakan hal itu. Kini dia tahu bahaya apa yang mengintai.

"Ya, dia pernah datang ke rumahku dan menemui mereka."

"Apalagi yang dia ketahui tentang Amira?" tanya Ahmad lagi dengan suara semakin tertahan.

"Adikmu itu adalah wanita pendiam. Hampir tidak ada temanku yang tahu latar belakangnya. Mereka hanya tahu bahwa dia adalah wanita yang aku nikahi saat ekspedisi ke pelosok. Apalagi aku bertemu Richard setelah Amira meninggal karena melahirkan si kembar. Kurasa Richard tidak tahu apa-apa tentang Amira."

"Syukurlah kalau begitu. Jadi kita bisa fokus untuk mengamankan keempat anakmu."

"Itulah sebabnya aku meneleponmu dan memintamu segera datang. Richard bisa menemukanku kapan saja, jadi kita diburu waktu."

"Di mana mereka?" tanya Ahmad.

Profesor Morati bangkit lalu mengambil tas kerjanya dari laci meja. Setelah itu dia menyerahkan tas itu pada Ahmad.

"Sejak aku menciptakan alat itu, aku mulai mengantisipasi akibat buruk yang mungkin terjadi. Aku lalu meninggalkan rumah. Tapi karena aku tidak mungkin mengasuh mereka sendiri, jadi aku menitipkan mereka ke tiga tempat yang berbeda."

Ahmad lalu membuka tas itu. Ternyata di dalamnya terdapat dua amplop besar.

"Amplop pertama berisi penjelasan di mana aku menitipkan keempat anakku dan surat kuasa untuk mengambil mereka. Dengan demikian kau bisa membawa mereka pergi ke tempat yang aman."

"Baiklah. Aku akan membawa mereka ke kampung kami. Semoga rekanmu memang tidak tahu apa-apa tentang asal-usul istrimu."

"Tidak." kata Profesor Morati tegas. "Aku sudah memiliki rencana sendiri untuk masa depan anakku. Pada amplop kedua kau akan menemukan penjelasan ke mana anak-anakku harus kau bawa."

Ahmad lalu membuka amplop kedua. Di sana terdapat empat amplop kecil seperti surat, dengan tulisan nama penerima dan alamat di luarnya. Ahmad melihat sekilas keempat alamat itu. Wajahnya langsung menunjukkan rasa terkejut.

"Anda ingin memisahkan anak Anda sejauh ini? Di tiga benua berbeda?"

"Ya. Dengan demikian mereka akan tumbuh dengan potensi yang maksimal. Kau pikir aku ingin hidup di bawah kendali Richard selamanya? Tentu tidak. Dan anak-anakku lah yang kelak akan membebaskanku."

"Bagaimana mungkin mereka bisa melakukan itu? Dengan jarak sejauh itu, peluang mereka saling bertemu bisa dikatakan mustahil. Bahkan mereka tidak akan mengenal ayahnya."

"Tepat. Karena itu kamulah kunci keberhasilan rencana ini. Setelah mengantar mereka ke tempat di mana mereka akan tumbuh, tujuh belas tahun kemudian kau harus menemui mereka lagi untuk menjelaskan siapa mereka. Aku yakin, tujuh belas tahun adalah waktu yang cukup untuk menumbuhkan potensi mereka. Dan jika mereka bekerja sama, tidak akan sulit bagi mereka untuk meruntuhkan siapa saja sekali pun dia adalah sang penguasa dunia."

Bab terkait

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 2. Negara Tiga Benua

    Tempat penitipan anak di pusat kota biasanya terletak di sebuah gedung kantor atau apartemen. Tapi tempat seperti itu hanya menerima penitipan selama jam kerja orang tua saja, tidak sampai berhari-hari. Padahal Profesor Morati ingin menitip anaknya entah sampai berapa lama. Jadi akhirnya dia menitipkan anak-anak itu tidak di tempat penitipan resmi, tapi di beberapa yayasan yang biasa menjadi pengasuh anak-anak.Anak sulung Profesor Morati dititipkan di rumah penghafal Quran. Anak itu sudah berusia lima tahun, jadi Ahmad tidak memiliki kesulitan saat menjemputnya. Anak itu langsung mengenali sang paman. Dan setelah dia menyerahkan surat kuasa kepada pimpinan di Rumah Quran itu, dia langsung diizinkan untuk membawa anak itu pergi.Masalah sedikit muncul saat Ahmad menjemput anak kedua. Anak itu baru berumur tiga tahun, dan dia dititipkan di rumah penampungan yatim piatu atau anak yang ditelantarkan orang tuanya. Yayasan itu memiliki aturan yang ketat dalam hal pengurusan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 3. Santri dari Indonesia

    Aula masjid di pesantren binaan Kyai Harun penuh sesak. Para jamaah antusias mengikuti kajian yang diadakan pesantren itu. Dan karena kajian tersebut terbuka untuk umum, banyak warga sekitar yang datang untuk menghadirinya.Sebenarnya kajian itu rutin dilakukan setiap pekan. Namun kali ini jumlah jamaah yang datang tidak seperti biasanya. Yang membuatnya istimewa adalah karena kajian ini diisi oleh ustadz yang baru pulang dari studinya di Mesir. Dan memang ustadz itu sudah lama menjadi kesayangan warga sekitar. Siapa lagi kalau bukan Malik, cucu dari Kyai Harun.Memang sejak kecil Malik telah menjadi santri favorit di pesantren itu karena budi pekertinya yang indah. Dia ringan tangan untuk membantu orang yang membutuhkan. Sikapnya santun, murah senyum dan kata-katanya selalu terjaga. Selain itu dia juga memiliki wajah yang tampan, blasteran karena memang ayahnya keturunan bangsa Arya dan ibunya berdarah Melayu. Tidak heran banyak gadis yang ingin dipersuntingnya. Sayan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 4. Pendekar Negeri Sakura

    Dojo yang terletak di pinggiran Kota Tokyo dipenuhi oleh murid-murid yang sedang berlatih. Kebanyakan dari mereka berlatih berpasangan atau berkelompok. Namun di tengah keramaian itu, ada satu area di mana banyak murid yang hanya sekedar menonton. Mereka sedang menyaksikan latihan pertandingan. Yang membuat latihan tanding itu menarik adalah karena pertandingan itu tidak dilakukan berpasangan, tapi satu lawan tiga.Aziz harus berkonsentrasi penuh untuk mengantisipasi serangan dari segalaarah. Tiga orang yang mengepungnya bisa menyerang kapan saja. Bahkan mereka bisa menyerang bersamaan, karena memang tidak ada aturan yang melarangnya. Apalagi tiga orang itu bukanlah murid kemarin sore. Mereka adalah murid senior yang sudah bertahun-tahun berlatih di Dojo ini.Dan ternyata ketiga murid itu memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka langsung mengambil posisi yang menyulitkan Aziz. Dua orang di kiri dan kanan mengambil posisi ke arah belakang di luar jangkauan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 5. Negosiator dari Amerika

    Suasana di salah satu Ball Room lantai 34 gedung Empire State, New York cukup mencekam. Saat ini adalah penentuan pemenang tender dari proyek bernilai milyaran dollar yang mencakup seluruh negara bagian di Amerika Serikat. Dari seleksi ketat yang sudah diadakan, kini hanya tersisa tiga perusahaan yang dianggap mampu menjalankan proyek itu.Karena besarnya nilai proyek yang ada, para pimpinan tertinggi perusahaan bersama tim terbaiknya datang langsung untuk berjuang memperebutkan proyek itu. Tentu saja sebelumnya mereka sudah menggunakan berbagai cara agar posisi perusahaan mereka lebih unggul dari yang lain, baik dengan cara resmi maupun lewat jalur belakang. Tapi karena ketiga perusahaan itu sama kuat, sampai saat ini belum terlihat siapa calon pemenangnya.Hal inilah yang membuat suasana menjadi tegang. Aura persaingan sangat kental terasa. Ketiga kelompok perusahaan itu saling memperhatikan satu sama lain untuk mengukur keunggulan dari rivalnya. Dan ketegan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 6. Master Negara Jerman

    Bandara Internasional John F. Kennedy di New York termasuk bandara yang paling sibuk di dunia. Jadi wajar jika bandara ini selalu ramai dipadati oleh penumpang baik di sesi liburan maupun di hari biasa. Antrean sering ditemukan mulai dari pintu masuk bandara, gate keberangkatan bahkan sampai tempat makan. Tapi ini tidak berlaku bagi keempat orang yang sedang menuju ke Jerman.Nicholas memimpin di depan rombongan itu. Setiap rombongan itu menemui antrean, pintu khusus selalu dibukakan untuk mereka. Para petugas juga selalu menyapa mereka dengan hormat. Dan tentu saja mereka tidak perlu repot membawa barang-barang karena semua sudah ditangani bahkan sejak limosin mereka sampai di area bandara."Jet baru siap setengah jam lagi." kata Nicholas pada rombongan. "Kalian mau makan di pesawat atau di ruang tunggu?""Terserah kau saja." Ahmad menjawab mewakili yang lain karena dia yang paling tua."Baiklah, sebaiknya kita makan di ruang tunggu saja. Perjal

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 7. Misi Rahasia

    Berlin adalah ibukota Jerman yang penduduknya paling padat di antara kota-kota lainnya. Karena itu, rumah di pinggiran kota juga sudah penuh sesak. Bisa dikatakan sulit menemukan lahan kosong di kota ini. Termasuk rumah besar milik Sadewa, sudah banyak rumah-rumah lain di sekitarnya. Tapi karena Sadewa membangunnya seperti bangunan kastil dengan pagar yang tinggi, jarang sekali ada pengunjung yang datang ke rumah itu.Tapi kini di rumah itu ada empat orang yang datang berkunjung. Tentu saja mereka bisa masuk atas izin pemiliknya. Setelah memperkenalkan diri sebentar, Sadewa mengajak mereka ke ruang pertemuan yang sejak rumah ini dibangun, baru kali ini digunakan. Sadewa memang jarang menerima tamu langsung. Biasanya dia berkomunikasi secara online.Di ruang pertemuan itu ada meja bulat yang alasnya berbentuk kaca. Ternyata kaca itu bukan hanya berfungsi sebagai alas, tapi juga memiliki kemampuan sebagai layar sentuh. Saat seseorang duduk, kaca di hadapannya la

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 8. Sang Penguasa Dunia

    Meja bundar beralaskan kaca di rumah besar pinggir Kota Berlin bersinar terang. Kaca pada meja itu memantulkan cahaya yang dipancarkan keempat batu yang diletakkan di atasnya. Cahaya yang keluar juga sesuai dengan warna batu. Putih, merah, hijau serta biru. Membuat komposisi warna yang indah, meski tak sebanyak warna pelangi. Dan meski batu itu berukuran kecil, hanya seukuran pil, tapi cahayanya cukup menyilaukan mata.Baru kali ini batu-batu itu memancarkan cahaya seterang itu, pasti karena diletakkan berdekatan. Lima pasang mata memandangnya dengan terpesona. Akhirnya, setelah beberapa lama, mereka terbebas dari pesona batu-batu itu dan kembali membicarakan misi mereka."Baik, simpan batu kalian kembali. Aku akan mulai bercerita." kata Ahmad pada keempat ponakannya.Para anak muda itu langsung menurut. Mereka mencondongkan badan untuk mengambil batu milik mereka. Kecuali Sadewa, secara mengagumkan batu miliknya bergerak sendiri lalu menyatu dengan telapak tang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Sang Penguasa Dunia   BAB 9. Rencana yang Sempurna

    Cuaca di Bandar Udara Soekarno Hatta sedang gerimis. Di siang hari yang teduh itu, beberapa pesawat sedang antre untuk mendarat karena padatnya jadwal penerbangan. Termasuk pesawat yang berasal dari Berlin, Jerman. Setelah mendapat izin dari otoritas Bandara, baru kemudian pesawat itu bersiap untuk mendarat. Tak lama setelah pesawat itu menginjak landasan, para penumpang pun turun.Di antara para penumpang pesawat itu ada rombongan penumpang dari bermacam kewarganegaraan. Dari lima orang anggota rombongan, hanya dua orang yang merupakan Warga Negara Indonesia. Sisanya adalah Warga Negara Jepang, Amerika dan Jerman. Hampir satu harian mereka menempuh perjalanan menuju Jakarta. Karena mereka memang naik pesawat komersial biasa, bahkan membeli tiket kelas ekonomi.Sebenarnya Nicholas telah menawarkan diri untuk menggunakan pesawat pribadi lagi. Tapi Ahmad menolaknya. Kantor pusat Richard berada di Jakarta, dan tidak ada yang tahu seberapa besar pengaruhnya saat ini. Mengg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 11. Oven yang Berbicara

    Apartemen di seberang kantor Richard termasuk gedung apartemen yang tinggi. Dan karena lokasinya sangat strategis, kebanyakan pemiliknya tidak tinggal di sana. Mereka membeli apartemen untuk kemudian menyewakannya pada orang lain. Meski demikian, suasana di apartemen itu tidak pernah sepi karena kamar-kamar di sana hampir semuanya terisi. Dan Ahmad serta keponakannya kini menempati salah satu kamar di lantai paling atas.Saat ini, di depan pintu apartemen tersebut, seorang petugas pengiriman sedang menekan bel. Dia membawa kardus besar berbentuk kotak. Setelah dua kali menekan bel, akhirnya terdengar suara pintu dibuka. Pria itu lalu melihat seorang pria muda berusia sekitar 20 tahun. Tanpa menunggu pria muda itu bertanya, petugas pengirim paket langsung berkata."Ada kiriman paket untuk Tuan Sadewa.""Ya, saya sendiri. Saya memang sedang menantinya."Petugas itu lalu menyerahkan kotak kardus yang dia bawa. Setelah itu dia meminta Sadewa menandatangani dokumen serah terima barang, kem

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 10. Mata-Mata

    Pusat perbelanjaan di kawasan elite kota Jakarta siang itu tidak terlalu ramai. Bukan hanya karena hari itu adalah hari kerja, tapi pusat perbelanjaan itu memang hanya bisa dijangkau oleh kalangan atas karena harga barang-barang yang diperjualbelikan di sana sangat mahal. Kebanyakan adalah barang bermerek yang diimpor dari luar negeri.Siang itu, seorang wanita muda berusia awal dua puluhan sedang berjalan di koridor pusat perbelanjaan tersebut. Dia telah mendapatkan barang yang dia perlukan yang dijinjing di tangan kanan, sedang di pundak kirinya tergantung tas kecil berisi dompet dan barang berharga lainnya. Wanita itu kemudian berbelok ke koridor yang agak sepi untuk naik lift. Di situlah dia berpapasan dengan seorang pria yang mengenakan sweter dan masker di wajahnya.Tiba-tiba saja pria yang wajahnya tertutup masker itu merampas tas miliknya. Sontak wanita itu mencoba mempertahankan tasnya, sehingga sejenak terjadi tarik menarik karena ternyata tali tas itu cukup kuat sehingga ti

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 9. Rencana yang Sempurna

    Cuaca di Bandar Udara Soekarno Hatta sedang gerimis. Di siang hari yang teduh itu, beberapa pesawat sedang antre untuk mendarat karena padatnya jadwal penerbangan. Termasuk pesawat yang berasal dari Berlin, Jerman. Setelah mendapat izin dari otoritas Bandara, baru kemudian pesawat itu bersiap untuk mendarat. Tak lama setelah pesawat itu menginjak landasan, para penumpang pun turun.Di antara para penumpang pesawat itu ada rombongan penumpang dari bermacam kewarganegaraan. Dari lima orang anggota rombongan, hanya dua orang yang merupakan Warga Negara Indonesia. Sisanya adalah Warga Negara Jepang, Amerika dan Jerman. Hampir satu harian mereka menempuh perjalanan menuju Jakarta. Karena mereka memang naik pesawat komersial biasa, bahkan membeli tiket kelas ekonomi.Sebenarnya Nicholas telah menawarkan diri untuk menggunakan pesawat pribadi lagi. Tapi Ahmad menolaknya. Kantor pusat Richard berada di Jakarta, dan tidak ada yang tahu seberapa besar pengaruhnya saat ini. Mengg

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 8. Sang Penguasa Dunia

    Meja bundar beralaskan kaca di rumah besar pinggir Kota Berlin bersinar terang. Kaca pada meja itu memantulkan cahaya yang dipancarkan keempat batu yang diletakkan di atasnya. Cahaya yang keluar juga sesuai dengan warna batu. Putih, merah, hijau serta biru. Membuat komposisi warna yang indah, meski tak sebanyak warna pelangi. Dan meski batu itu berukuran kecil, hanya seukuran pil, tapi cahayanya cukup menyilaukan mata.Baru kali ini batu-batu itu memancarkan cahaya seterang itu, pasti karena diletakkan berdekatan. Lima pasang mata memandangnya dengan terpesona. Akhirnya, setelah beberapa lama, mereka terbebas dari pesona batu-batu itu dan kembali membicarakan misi mereka."Baik, simpan batu kalian kembali. Aku akan mulai bercerita." kata Ahmad pada keempat ponakannya.Para anak muda itu langsung menurut. Mereka mencondongkan badan untuk mengambil batu milik mereka. Kecuali Sadewa, secara mengagumkan batu miliknya bergerak sendiri lalu menyatu dengan telapak tang

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 7. Misi Rahasia

    Berlin adalah ibukota Jerman yang penduduknya paling padat di antara kota-kota lainnya. Karena itu, rumah di pinggiran kota juga sudah penuh sesak. Bisa dikatakan sulit menemukan lahan kosong di kota ini. Termasuk rumah besar milik Sadewa, sudah banyak rumah-rumah lain di sekitarnya. Tapi karena Sadewa membangunnya seperti bangunan kastil dengan pagar yang tinggi, jarang sekali ada pengunjung yang datang ke rumah itu.Tapi kini di rumah itu ada empat orang yang datang berkunjung. Tentu saja mereka bisa masuk atas izin pemiliknya. Setelah memperkenalkan diri sebentar, Sadewa mengajak mereka ke ruang pertemuan yang sejak rumah ini dibangun, baru kali ini digunakan. Sadewa memang jarang menerima tamu langsung. Biasanya dia berkomunikasi secara online.Di ruang pertemuan itu ada meja bulat yang alasnya berbentuk kaca. Ternyata kaca itu bukan hanya berfungsi sebagai alas, tapi juga memiliki kemampuan sebagai layar sentuh. Saat seseorang duduk, kaca di hadapannya la

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 6. Master Negara Jerman

    Bandara Internasional John F. Kennedy di New York termasuk bandara yang paling sibuk di dunia. Jadi wajar jika bandara ini selalu ramai dipadati oleh penumpang baik di sesi liburan maupun di hari biasa. Antrean sering ditemukan mulai dari pintu masuk bandara, gate keberangkatan bahkan sampai tempat makan. Tapi ini tidak berlaku bagi keempat orang yang sedang menuju ke Jerman.Nicholas memimpin di depan rombongan itu. Setiap rombongan itu menemui antrean, pintu khusus selalu dibukakan untuk mereka. Para petugas juga selalu menyapa mereka dengan hormat. Dan tentu saja mereka tidak perlu repot membawa barang-barang karena semua sudah ditangani bahkan sejak limosin mereka sampai di area bandara."Jet baru siap setengah jam lagi." kata Nicholas pada rombongan. "Kalian mau makan di pesawat atau di ruang tunggu?""Terserah kau saja." Ahmad menjawab mewakili yang lain karena dia yang paling tua."Baiklah, sebaiknya kita makan di ruang tunggu saja. Perjal

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 5. Negosiator dari Amerika

    Suasana di salah satu Ball Room lantai 34 gedung Empire State, New York cukup mencekam. Saat ini adalah penentuan pemenang tender dari proyek bernilai milyaran dollar yang mencakup seluruh negara bagian di Amerika Serikat. Dari seleksi ketat yang sudah diadakan, kini hanya tersisa tiga perusahaan yang dianggap mampu menjalankan proyek itu.Karena besarnya nilai proyek yang ada, para pimpinan tertinggi perusahaan bersama tim terbaiknya datang langsung untuk berjuang memperebutkan proyek itu. Tentu saja sebelumnya mereka sudah menggunakan berbagai cara agar posisi perusahaan mereka lebih unggul dari yang lain, baik dengan cara resmi maupun lewat jalur belakang. Tapi karena ketiga perusahaan itu sama kuat, sampai saat ini belum terlihat siapa calon pemenangnya.Hal inilah yang membuat suasana menjadi tegang. Aura persaingan sangat kental terasa. Ketiga kelompok perusahaan itu saling memperhatikan satu sama lain untuk mengukur keunggulan dari rivalnya. Dan ketegan

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 4. Pendekar Negeri Sakura

    Dojo yang terletak di pinggiran Kota Tokyo dipenuhi oleh murid-murid yang sedang berlatih. Kebanyakan dari mereka berlatih berpasangan atau berkelompok. Namun di tengah keramaian itu, ada satu area di mana banyak murid yang hanya sekedar menonton. Mereka sedang menyaksikan latihan pertandingan. Yang membuat latihan tanding itu menarik adalah karena pertandingan itu tidak dilakukan berpasangan, tapi satu lawan tiga.Aziz harus berkonsentrasi penuh untuk mengantisipasi serangan dari segalaarah. Tiga orang yang mengepungnya bisa menyerang kapan saja. Bahkan mereka bisa menyerang bersamaan, karena memang tidak ada aturan yang melarangnya. Apalagi tiga orang itu bukanlah murid kemarin sore. Mereka adalah murid senior yang sudah bertahun-tahun berlatih di Dojo ini.Dan ternyata ketiga murid itu memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka langsung mengambil posisi yang menyulitkan Aziz. Dua orang di kiri dan kanan mengambil posisi ke arah belakang di luar jangkauan

  • Sang Penguasa Dunia   BAB 3. Santri dari Indonesia

    Aula masjid di pesantren binaan Kyai Harun penuh sesak. Para jamaah antusias mengikuti kajian yang diadakan pesantren itu. Dan karena kajian tersebut terbuka untuk umum, banyak warga sekitar yang datang untuk menghadirinya.Sebenarnya kajian itu rutin dilakukan setiap pekan. Namun kali ini jumlah jamaah yang datang tidak seperti biasanya. Yang membuatnya istimewa adalah karena kajian ini diisi oleh ustadz yang baru pulang dari studinya di Mesir. Dan memang ustadz itu sudah lama menjadi kesayangan warga sekitar. Siapa lagi kalau bukan Malik, cucu dari Kyai Harun.Memang sejak kecil Malik telah menjadi santri favorit di pesantren itu karena budi pekertinya yang indah. Dia ringan tangan untuk membantu orang yang membutuhkan. Sikapnya santun, murah senyum dan kata-katanya selalu terjaga. Selain itu dia juga memiliki wajah yang tampan, blasteran karena memang ayahnya keturunan bangsa Arya dan ibunya berdarah Melayu. Tidak heran banyak gadis yang ingin dipersuntingnya. Sayan

DMCA.com Protection Status