"Gila? Kenapa kau sebut aku gila?" Keannu bertanya dengan tenang."Lihat sendiri apa yang sudah kau lakukan!" Monica terlihat tak percaya. Suaminya itu bahkan tak sedikit pun merasa bersalah.Keannu mengangkat bahu, "Apa salahnya? Aku hanya ingin melihat siapa yang terbaik. Mereka itu-""Jelas Jenderal Mackenzie lebih baik.""Belum tentu.""Apanya yang belum tentu? Kau memanggilnya lagi karena sadar dirinyalah yang bisa melindungi kerajaan kita lebih baik dibandingkan dengan Jody Gardner kan? Lalu, kenapa kau mengetesnya lagi?" Monica tampak tak bisa lagi menahan kemarahan.Keannu membalas dengan begitu tenang, "Aku tidak mengetes. Ketahuilah, Monica. Ini aku lakukan demi mencari Jenderal Perang terbaik untuk ke depannya.""Tapi kau mengirim mereka ke medan perang. Bagaimana kalau ... kalau ....""Kalau salah satu dari mereka kalah dalam perang?"Monica menatap sang suami dengan tajam. Kini Monica semakin mengerti bahwa Keannu Wellington memanglah tak terlalu menganggap penting nyawa
Jody Gardner tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh pada Bill yang berbicara dengan begitu tenang."Apa dia sudah tidak waras?" ucap salah satu pejabat istana."Dia pasti ingin bunuh diri.""Aku setuju. Apa dia tidak sayang nyawanya sendiri? Yang benar saja," ungkap seorang staf istana yang terlampau kaget setelah mendengar ucapan Bill.Akan tetapi, dari sekian orang yang kebingungan dan terkejut akan jawaban Bill, ada satu orang yang tampak begitu santai menanggapi keputusan sang Jenderal Perang itu. Orang itu adalah Andrew Reece.Tentu saja hal ini dikarenakan dia yang telah mengetahui sepak terjang sang legenda sekaligus tahu betul kemampuan jenderalnya tersebut.Seseorang yang duduk tepat di samping Andrew Reece, bahkan tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Reece, apa Jenderal Stewart tidak takut? Apa jangan-jangan beliau tidak tahu mengenai pasukan musuh?""Beliau tahu," jawab Andrew santai."Kalau begitu, kenapa beliau malah setuju hanya diberi 500 pasukan?" tanya sang t
"Aku bisa melakukannya," jawab Bill, terlihat begitu yakin. Amanda Clark melihat tatapan sang jenderal perang terkuat yang tak sedikit pun menyimpan keraguan. Bahkan, hanya dalam sekali lihat saja Amanda paham bila Bill bersungguh-sungguh akan apa yang dia katakan. "Kalau begitu, berjanjilah kau akan pulang dalam keadaan utuh, Bill!" ucap Amanda penuh permohonan. "Tentu saja, tak perlu cemas!" balas Bill. Bill tak pernah seyakin itu. Dia bukannya sombong akan kemampuannya sendiri tapi hal yang dia katakan merupaka tekad besar yang ingin dia wujudkan. Di masa lalu, masa di mana kejayaannya sebagai Jenderal Perang, Bill hampir bisa dikatakan mampu mempertahankan pasukannya dan sangat jarang sampai kehilangan banyak anak buahnya. Banyak yang menilai jika menjadi anak buah seorang William Mackenzie maka sama saja seorang pengawal seperti memiliki seorang pelindung dan nyawanya tidak akan mudah hilang begitu saja. Maka kali ini pun sama, Bill akan jauh lebih melindungi pasukannya seb
Selain Mark Donovan yang begitu bimbang akan siapa pemimpin yang harus dia ikuti, ratusan pasukan lain pun juga merasakan hal yang sama. Bahkan, ketika waktu hanya tinggal satu jam lamanya untuk mendaftar, masih begitu banyak pengawal yang belum mendaftar. Andrew Reece yang bertugas mengawasi pendaftaran itu menatap monitor dengan agak cemas. "Baru 208." Amanda Clark yang juga sedang bersamanya malah sudah stres sejak tadi, "Apakah kita tidak bisa meminta pada raja untuk langsung menentukan semua prajurit? Kenapa harus menunggu mereka mendaftar sendiri?" Andrew Reece membalas, "Mana bisa kita mengubah keputusan raja, Nona Clark?" "Tapi, tetap saja. Ini tidak adil. Sebentar, aku akan coba menghubungi pihak Jenderal Gardner." Kening Andrew sontak mengerut, "Untuk apa?" "Ya membandingkan, apa jangan-jangan mereka lebih banyak yang mendaftar ke sana dibanding ke sini." "Astaga, kalau itu ak perlu kau tanya lagi. Sudah jelas, mereka lebih banyak mendaftar ke sana," jawab Andrew den
Dengan amarah yang membara Howard pun membalas, "Tak usah. Tanpa kau pindahkan aku, aku sendiri yang akan keluar dari pasukan ini."Steven tertawa mengejek, "Bagus. Bagus. Ternyata kau cukup tahu diri juga.""Sana pergi!" usir Steven.Howard pun segera meninggalkan tempat itu dan bergerak menuju gedung Perang lalu mengatakan keinginannya. Dengan tangan terbuka, Andrew Reece menerima kehadiran satu pasukan tambahan itu.Pria itu langsung saja diarahakn untuk langsung menemui Bill Stewart yang kemudian dengan cepat memberinya arahan. Hal ini berdasarkan waktu yang mereka yang sangat terbatas. Mereka tak memiliki waktu lagi untuk melatih lebih banyak.Secara total, pasukan yang dimiliki Bill adalah 239, sementara Jody 2109. Bill mengambil Andrew sebagai wakilnya, sementara Steven dipilih sebagai wakil Jody. Di hari keberangkatan, sang raja Kerajaan Ans De Lou terlihat memberi pidato singkat, "Jenderal Perang, Jody Gardner dan Bill Stewart. Kami menanti kepulangan kalian dengan utuh."Ke
Tak mau tertipu akan bujuk rayu sang suami yang terkadang menyesatkan itu, Monica dengan begitu tenang membalas, "Tidak." Keannu yang awalnya menduga jika sang istri akan jatuh ke dalam perangkapnya itu menyahut dengan nada kecewa, "Ah, kau membuatku kecewa, Monica." "Kecewa karena aku ternyata lebih pintar dari dugaanmu?" ujar Monica. Keannu hanya tertawa dan kemudian memeluk istrinya itu, "Kecewa karena kau mengabaikan tawran dariku untuk bebas." "Aku tak pedului," ucap Monica, beranjak pergi dari tempat itu. Keannu hanya bisa menghela napas kecewa karena tak berhasil membujuk istrinya. Sementara itu, pesawat tempur Bill masih mengudara dan sedang menuju ke daerah yang akan menjadi pertumpahan darah. Dia menoleh pada anak buahnya di sekelilingnya, "Ingat apa yang sempat aku katakan pada kalian. Jangan pernah lupa jika kalian akan menang jadi jangan pernah takut dan ragu saat menyerang." Semua orang menjawab dengan serempak. Bill lanjut berbicara, "Dan satu lagi, ingat bahwa n
Andrio Hellfric yang awalnya terlihat tenang itu pun mulai merasa terganggu akan perkataan Jody Gardner. Kerpercayaan dirinya yang tinggi akan bisa mengalahkan Jody Gardner itu pun mulai menurun secara drastis.Namun, rupanya hal itu tidak dirasakan demikian oleh anak buah Andrio. Salah satu anak buahnya berjalan mendekat ke arah sang jenderal perang dan berbisik, "Jenderal, itu hanya trik dia untuk membuat Anda ragu.""Percayalah, lebih baik membunuhnya sekarang dari pada kita yang akan hancur.""Benar, Jenderal. Ini kesempatan yang sangat bagus untuk membunuhnya. Dengan terbunuhnya sang pemimpin mereka, mental mereka pasti akan jatuh dan akan dikalahkan dengan mudah, Jenderal."Andrio masih terdiam, belum membuat keputusan. Sang anak buah pun kembali berkata, "Jenderal, percayalah! Jody Gardner dikenal bermulut dingin. Semua yang dikatakan hanyalah jebakan. Lagi pula, kita juga bisa merahasiakannya, bukan? Kita bisa membunuhnya tapi tak perlu mengatakan atau mengumumkannya. Biarkan
Andrio Hellfric yang tidak pernah menyangka akan diserang dengan cara curang dan amat sangat pengecut itu membelalakkan mata kala melihat bilah pedang menembus dadanya. Dari dalam mulutnya seketika keluar darah dan hanya dalam beberapa detik pria itu kemudian menjumpai ajalnya.Jody Gardner yang telah berhasil mengalahkan sang Jenderal Perang Kerajaan Hellfric itu sontak mengacungkan perang dan berteriak, "Aku telah membunuh Andrio Hellfric."Bersamaan dengan itu tawanya pun menyembur. Jody Gardner terlihat begitu gembira.Semua anak buah Andrio Hellfric segera menghampiri sang pemimpin yang sudah tak bernyawa. Melihat itu, kemarahan mereka pun tersulut. Menyadari bila Jenderal Perang mereka dibunuh dengan cara yang tidak adil, mereka pun menggeram marah. Sadar saat nyawanya sedang terancam, Jody Gardner pun lari terbirit-birit hingga manyeret kakinya yang sempat terluka akibat bertarung dengan Andrio Hellfric.Sang wakil, Giorgino Hellfric yang merupakan sepupu dari Andrio Hellfric
Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun den
Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it
“Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i
“Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru
Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji
Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing
Sang prajurit sontak mendadak takut.Apalagi, sorot mata James Gardner tiba-tiba berubah tajam seolah sedang menusuk dirinya.Oh, dia sungguh hanya bermaksud untuk mengungkapkan apa yang sedang dia pikirkan. Dia tidak bermaksud menyinggung jenderal perang itu.Dia tentu saja tidak berani melawan James Gardner. Nyalinya pun seketika semakin menciut kala dia mendengar James berbicara kembali, “Ayo! Katakan padaku! Apa kau bermaksud mengatakan kalau Riley tidak mau bertemu denganku?”Prajurit bernama Joseph Zow itu dengan segera menggelengkan kepala kuat-kuat. “Tidak, Jenderal Gardner. Bukan itu maksud saya. Saya hanya-”“Lalu, apa? Bagaimana bisa kau berpikir Riley tidak ingin keluar dari tempat persembunyiannya?” kini nada suara James semakin terdengar frustasi.Tidak mau suasana di sana semakin tidak terkendali, Reiner segera mendekati sahabatnya itu dan berkata, “James, hentikan!&r
Reiner mengedipkan mata mendengar perkataan temannya tersebut. Lelaki itu pun menggelengkan kepala dengan tegas, “Masalah militer di istana? Kau gila? Masalah seperti apa?”“Tidak ada masalah perebutan kekuasaan di istana, James. Pangeran Xylan dan Putri Rowena memiliki hubungan yang sangat baik,” Reiner menjelaskan dengan alis terangkat akibat sangat heran.Belum sempat James menjawab penjelasan Reiner, Ben sudah buru-buru ikut berkata, “Reiner benar. Mereka berdua tidak pernah memiliki masalah. Tidak mungkin mereka bertengkar.”“Tentu saja. Bahkan, Putri Rowena selalu mendukung Pangeran Xylan. Sangat mustahil memperebutkan sebuah tahta. Lagipula, Putri Rowena pastilah masih sangat sedih karena Riley belum ditemukan. Mana mungkin dia memikirkan-”“CUKUP!” James tiba-tiba memotong perkataan Reiner yang sangat panjang itu.Reiner hendak meneruskan perkataannya, tapi rupanya James sedang agak kesal sehingga dia tidak memperdulikan niat Reiner tersebut dan malah lanjut berkata, “Astaga!
“Tidak mungkin,” kata Ben dengan nada tegas.Reiner juga menanggapi, “Mereka tidak mungkin membunuh Riley.”Ben menambahkan kembali, “Jika mereka membunuh Riley, aku yakin mereka sudah mengumumkannya. Atau … setidaknya mereka akan melakukan sesuatu seperti membuat kita bingung dengan keberadaan Riley.”Melihat James terlihat frustasi, Reiner berkata lagi, “Dia pasti masih hidup. Hanya saja kita belum menemukannya.”“Benar. Dia mungkin dipindahkan ke tempat rahasia mereka,” kata Ben.Raut wajah James merileks daripada sebelumnya saat mendengar kalimat-kalimat menenangkan kedua temannya itu. Dia sedikit jauh lebih lega.James lalu menganggukkan kepala, “Kalau begitu, kita harus mencari tahu lebih banyak.”“Iya, kita akan melakukannya. Jangan khawatir!” kata Reiner.Ben berujar dengan penuh nada yakin, “Kita pasti menemukan Riley, James.”James memilih untuk percaya dan kembali melakukan pencarian dengan lebih menyeluruh. Sayangnya, meskipun para prajurit Kerajaan Ans De Lou telah mengi