Bill merasa bila pertanyaan itu sungguh terdengar lucu dan aneh di telinganya. Bagaimana bisa dia meniru dirinya sendiri? Akan tetapi, dia sadar bila semua orang memang tak mengerti identitasnya.Dengan santai dia pun menjawab, "Anggap saja begitu.""Kau benar-benar menirunya? Apa alasannya?" tanya James Sealand masih sangat penasaran dengan orang yang menurutnya sangat unik itu.Bill menoleh, "Boleh kutanya dulu padamu?""Ya," jawan James."Kau berbicara seolah benar-benar mengenalnya. Lalu, apa pendapatmu tentang Jenderal Mackenzie?"James meragu. Dia pun akhirnya berbicara dengan jujur, "Aku ... tidak mengenalnya. Aku hanya mendengar tentangnya. Lagi pula, mana mungkin tidak tahu mengenai Jenderal Perang terkuat yang dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou? Aku yakin semua orang mengetahui sosok hebat itu.""Beliau sosok jenderal yang rasanya hanya hidup satu sekali. Maksudku, tak mungkin ada yang bisa menyamainya. Selain tangkas dan memiliki kemampuan yang hebat, kudengar dia memiliki
Akan tetapi, keraguan itu hanya terselip dalam pikiran Giorgino sesaat karena entah bagaimana dia dengan segera menyadari sebuah strategi licik yang disusun oleh Jody Gardner sehingga ketika Jody Gardner hendak mencuri kesempatan untuk menikam dirinya, Giorgino berhasil mengelak.Jody pun terbelalak saat serangannya gagal."Hei, sudah aku bilang aku tak sepolos sepupuku," ucap Giorgino dan hanya dalam satu kali gerakan dia telah memukul balik Jody dengan begitu keras hingga Jody kehilangan keseimbangan.Sayangnya, salah satu jenderal perang Kerajaan Ans De Lou itu belum menyerah dan langsung melancarkan serangan dengan melempar pedang tapi beruntung Giorgino masih bisa menangkal serangan itu dan terjadilah pertempuran seru antara kedua orang itu.Beberapa senjata digunakan tapi tak ada satu pun yang terlihat akan kalah. Para pasukan pun sibuk mempertahankan posisi mereka masing-masing hingga hampir satu jam lamanya sampai akhirnya Jody Gardner berhasil diringkus dalam keadaan pingsan.
"Yang Mulia, apa kita perlu menyiapkan acara penyambutan?" tanya Edric Gustav.Mendengar usul itu, Keannu begitu cepat-cepat menolak dengan tegas, "Tidak."Semua orang di gedung aula istana sontak terdiam, sedikit terkejut dengan reaksi raja mereka yang agak aneh itu. Amanda Clark yang duduk di bagian staff istana di bagian kanan itu pun terlihat menatap rajanya dengan raut penuh kebingungan.Melihat kebisuan yang tiba-tiba itu, Keannu Wellington pun segera menjelaskan lebih lanjut, "Kalian tahu betul kita berperang dengan dua kerajaan. Kita mengirim dua Jenderal Perang kita ke sana. Meskipun salah satu dari mereka telah memenangkan perang, tapi yang satunya tertawan. Mana pantas kita merayakan kemenangan?""Bukan berarti kita tidak menghargai apa yang telah diperjuangkan oleh Jenderal Stewart untuk kerajaan kita, tapi kita tidak bisa mengesampingkan masalah dengan Kerajaan Hellfric yang masih belum selesai."Ucapan raja mereka itu terdengar begitu bijak hingga beberapa orang manggut-
Akan tetapi, saat mereka memulai perjalanan mereka menuju Kerajaan Hellfric, kerajaan yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawab mereka, dua orang prajurit baru yang bergabung di detik-detik akhir keberangkatan mereka ke Kerajaan Sealand datang mendekati Bill.Keduanya memberi hormat dengan tulus, "Jenderal."Bill mengangguk dan berkata, "Ya. Ada apa?"Kedua pasukan itu saling lempar pandang, seakan sedang berkomunikasi lewat tatapan. Bill yang melihat dua orang itu pun berkata, "Aku tahu kalian berdua lelah dan merasa ini sangat tidak adil untuk kalian semua. Kalian sudah berjuang dengan begitu keras tadi, tapi masih harus kembali bertarung. Aku sungguh ingin kalian mengerti."Tak satu pun dari mereka yang berniat menyela perkataan sang jenderal. Mereka malah mendengarkan dengan seksama sampai sang jenderal selesai berbicara."Ini menyangkut kerajaan kita, pasukan yang lain masih ada di sana dan juga Jenderal Perang kalian yang lain masih menunggu kita. Jadi, aku minta kalian untuk
Tak ada yang berani menjawab pertanyaannya. Malahan, semua orang kini diam membisu dan mulai berpikir hebat mengenai kedatangan Jenderal Perang lain yang dikatakan kuat itu.Dikarenakan merasa begitu terdesak, Giorgino pun terpaksa berkata, "Apa kita tidak bisa menjebaknya?""Tuan, ini sangat beresiko," ucap salah satu pejabat istana."Ini malah akan berakhir buruk, Tuan. Saya tidak akan sanggup membayangkan bila Jenderal Stewart murka," jawab sang utusan dengan badan gemetar.Entah apa yang sesungguhnya terjadi di Kerajaan Sealand, Giorgino tak mengerti bagaimana caranya jenderal yang satu itu bisa membuat pasukannya masih tetap utuh.Rasanya sangat mustahil. Seharusnya paling tidak ada satu atau dua yang terbunuh. "Taktik apa yang sebenarnya dia miliki? Bagaimana caranya dia melakukannya?" Giorgino mulai mencoba berpikir lebih dalam, mencari celah yang mungkin bisa dia gunakan untuk mengalahkan Bill Stewart.Namun, seorang prajurit tiba-tiba saja tergopoh-gopoh masuk ke dalam aula i
Giorgino melihat sekitarnya. Nyawa-nyawa mulai berjatuhan dengan mudahan. Bukan dari pihak lawan, melainkan pihaknya sendiri. Prajuritnya perlahan tumbang dan berkurang. Bahkan, terlihat di matanya jika beberapa pejabat istana turun tangan untuk membantu melawan pasukan musuh.Kemarahannya begitu memuncak tapi rasa sedih lebih menggerogoti hatinya dengan begitu cepat.Bill berkata lagi, "Kau mau mempertahankan egomu dan tetap menyerangku atau mau menyelamatkan orang-orang dari kerajaanmu yang tersisa. Kau sendiri yang putuskan."Teriakan demi teriakan didengar oleh Giorgino sekarang. Seakan begitu menyiksa dan menggangu dirinya. Pria itu pun menoleh ke arah Jenderal Perang hebat itu dan seketika menjatuhkan senapan, pedang dan senjatanya yang lain. Pria itu lalu berlutut di depan Bill, "Entah strategi apa yang telah kau gunakan, tapi untuk saat ini aku menyerah."Bill sebenarnya benci dengan ucapan itu. Menyerah adalah salah satu kata yang sangat menyakitkan untuk didengar. Dia sendir
"Jenderal Mackenzie tidak akan pernah membunuh musuh yang tidak siap, Tuan," ucap anak buah Giorgino.Giorgino menghela napas, "Banyak orang seperti itu. Kurasa, tak ada yang bisa benar-benar bisa menunjukkan perihal hal ini sebelum ada bukti yang jelas."Percakapan Giorgino dan para pejabat serta anak buahnya yang lain pun berakhir di sana. Sementara itu, kini William Mackenzie, orang yang sedang mereka bicarakan sedang duduk di dalam pesawat berhadapan dengan Jody Gardner yang belum juga membuka mulutnya.Bill tidak membuka obrolan atau pun sekedar melihat ke arah Jody. Hal itu membuat para anak buah keduanya tampak bingung. Tentunya hal itu tidak berlaku bagi Andrew Reece dan Steven.Steven masih memandang sinis ke arah Andrew, sementara Andrew terlihat santai dan tenang."Kau pasti merasa di atas angin karena jenderal perangmu berhasil mengalahkan dua kerajaan," ucap Steven.Andrew tersenyum santai, "Sebelum Jenderal Stewart mengalahkan dua kerajaan itu, aku memang sudah berada d
Keannu tampak menatap heran sekaligus bingung ke arah Bill.Sang raja pun menjawab, "Kenapa bertanya begitu, Jenderal Stewart? Tentu saja untuk merayakan kemenangan yang telah kau dapatkan. Kau telah berhasil mengalahkan dua kerajaan sekaligus."Monica Wilhem yang berdiri di samping suaminya segera sadar jika Keannu telah melakukan sebuah kesal. Hal itu bisa dia lihat lewat tatapan tak mengenakan William Mackenzie. Bukannya merassa bahagia atas perayaan itu, tapi wajah Bill menunjukkan ketidaksukaan dan bahkan ada tampilan ekspresi sedih di sana."Apa sambutan atas kemenanganmu ini kurang, Jenderal?" tanya Keannu.Jody Gardner yang berdiri tak jauh dari Bill pun mendengus. Dia membatin, sudah tentu itu yang dia pikirkan. Memangnya apa lagi?Steven yang mendampinginya berkata pelan agar tidak bisa didengar oleh siapapun, "Sungguh saya tidak pernah menduganya, Jenderal. Saya pikir Jenderal Stewart memiliki sifat rendah hati tapi rupanya dia menyukai pujian. Wah, sangat mengherankan seka
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.