Giorgino melihat sekitarnya. Nyawa-nyawa mulai berjatuhan dengan mudahan. Bukan dari pihak lawan, melainkan pihaknya sendiri. Prajuritnya perlahan tumbang dan berkurang. Bahkan, terlihat di matanya jika beberapa pejabat istana turun tangan untuk membantu melawan pasukan musuh.Kemarahannya begitu memuncak tapi rasa sedih lebih menggerogoti hatinya dengan begitu cepat.Bill berkata lagi, "Kau mau mempertahankan egomu dan tetap menyerangku atau mau menyelamatkan orang-orang dari kerajaanmu yang tersisa. Kau sendiri yang putuskan."Teriakan demi teriakan didengar oleh Giorgino sekarang. Seakan begitu menyiksa dan menggangu dirinya. Pria itu pun menoleh ke arah Jenderal Perang hebat itu dan seketika menjatuhkan senapan, pedang dan senjatanya yang lain. Pria itu lalu berlutut di depan Bill, "Entah strategi apa yang telah kau gunakan, tapi untuk saat ini aku menyerah."Bill sebenarnya benci dengan ucapan itu. Menyerah adalah salah satu kata yang sangat menyakitkan untuk didengar. Dia sendir
"Jenderal Mackenzie tidak akan pernah membunuh musuh yang tidak siap, Tuan," ucap anak buah Giorgino.Giorgino menghela napas, "Banyak orang seperti itu. Kurasa, tak ada yang bisa benar-benar bisa menunjukkan perihal hal ini sebelum ada bukti yang jelas."Percakapan Giorgino dan para pejabat serta anak buahnya yang lain pun berakhir di sana. Sementara itu, kini William Mackenzie, orang yang sedang mereka bicarakan sedang duduk di dalam pesawat berhadapan dengan Jody Gardner yang belum juga membuka mulutnya.Bill tidak membuka obrolan atau pun sekedar melihat ke arah Jody. Hal itu membuat para anak buah keduanya tampak bingung. Tentunya hal itu tidak berlaku bagi Andrew Reece dan Steven.Steven masih memandang sinis ke arah Andrew, sementara Andrew terlihat santai dan tenang."Kau pasti merasa di atas angin karena jenderal perangmu berhasil mengalahkan dua kerajaan," ucap Steven.Andrew tersenyum santai, "Sebelum Jenderal Stewart mengalahkan dua kerajaan itu, aku memang sudah berada d
Keannu tampak menatap heran sekaligus bingung ke arah Bill.Sang raja pun menjawab, "Kenapa bertanya begitu, Jenderal Stewart? Tentu saja untuk merayakan kemenangan yang telah kau dapatkan. Kau telah berhasil mengalahkan dua kerajaan sekaligus."Monica Wilhem yang berdiri di samping suaminya segera sadar jika Keannu telah melakukan sebuah kesal. Hal itu bisa dia lihat lewat tatapan tak mengenakan William Mackenzie. Bukannya merassa bahagia atas perayaan itu, tapi wajah Bill menunjukkan ketidaksukaan dan bahkan ada tampilan ekspresi sedih di sana."Apa sambutan atas kemenanganmu ini kurang, Jenderal?" tanya Keannu.Jody Gardner yang berdiri tak jauh dari Bill pun mendengus. Dia membatin, sudah tentu itu yang dia pikirkan. Memangnya apa lagi?Steven yang mendampinginya berkata pelan agar tidak bisa didengar oleh siapapun, "Sungguh saya tidak pernah menduganya, Jenderal. Saya pikir Jenderal Stewart memiliki sifat rendah hati tapi rupanya dia menyukai pujian. Wah, sangat mengherankan seka
"Ya. Bill telah membuatmu kesal," ucap Monica santai.Keannu membalas, "Kau salah besar. Dia tidak hanya membuat kesal, tapi dia sudah membuatku murka."Monica yang sepertinya sudah menduga atas apa yang mungkin akan dilakukan oleh suaminya itu pun segera melangkah mundur. Benar saja, Keannu segera mengambil berbagai pernak-pernik yang tadinya akan diberikan pada William Mackenzie atas kemenangannya, lalu membuangnya ke segala arah.Tidak hanya itu, dia juga merusak begitu banyak barang lain hingga area yang digunakan untuk penyambutan Jenderal Perang mereka itu pun menjadi kacau dan kotor.Amarahnya sungguh tidak terkendali saat ini sehingga Monica tidak berani mendekat. Wanita itu masih menjaga jarak aman kurang lebih lima meter agar tak terkena amukan suaminya. Namun, dia tentu tak mungkin meninggalkan suaminya dalam keadaan kacau seperti itu sehingga dia masih bertahan di sana. Meskipun kini Keannu kini masih mengamuk, Monica sudah tak menyimpan rasa takut lagi. Ini dikarenakan
Keannu sekali lagi mengerling ke arah istrinya dan malah tersenyum lalu mencium pipi istrinya sekilas lalu berkata, "Apakah kau sekarang keberatan aku memasukkan wanita ke dalam istanaku?"Mendengar ucapan Keannu, Monica Wilhelm hampir saja kehilangan akal, "Kau ... tidak mungkin akan melakukan hal memalukan itu, Kean.""Siapa yang tahu?" balas Keannu dengan sorot mata misterius.Tak mau semakin gila, Monica memilih berkata, "Kau ... tidak pantas disebut manusia jika sampai-""Tunggu saja, Ratuku! Tunggu saja!" balas Keannu.Monica yang tak sanggup menahan diri lagi karena kemarahan yang menguasainya itu menghentakkan kakinya dengan keras lalu pergi meninggalkan area penyambutan itu, membiarkan Keannu sendirian.Saat dirinya sampai di istananya, Monica memerintah, "Ambilkan aku air dingin, Magdalena."Sang pelayan kepercayaan segera mengambilkannya dan menyerahkan segelas air putih dingin untuk Monica yang dengan cepat diminumnya dengan tangan bergetar hebat.Magdalena yang tadi tidak
William Mackenzie terdiam sejenak, lalu tanpa berpikir panjang dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi pengawal yang dia tugaskan untuk melindungi istrinya.Andrew Reece yang tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh sang jenderal besar itu hanya diam sambil menunggu."James. Apa rumah dalam ada masalah?" tanya Bill cepat-cepat."Tidak ada, Tuan."Bill menghela napas lega, "Lalu, di mana istriku?""Nyonya baru saja tertidur, Tuan. Apakah saya perlu meminta Mary untuk membangunkannya?" tanya James."Tidak perlu, besok pagi aku akan menelepon langsung ke ponselnya," tolak Bill."Baik, Tuan."Bill berkata lagi, "Perketat penjagaan di seluruh rumah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku.""Baik, Tuan. Siap, saya akan laksanakan."Usai memutus panggilan itu, Bill menoleh ke arah Andrew Reece yang wajahnya sedikit agak memerah. "Kau dengar itu, Reece?""Dengar, Jenderal." Pria muda itu menjawab dengan nada suara yang begitu pelan.Bill berujar, "Raja Keannu memang bukan raja he
"Yang Mulia," panggil Bill dengan suara sedikit bergetar tapi matanya menatap lurus-lurus ke arah depan tanpa adanya kegoyahan sedikit pun.Tidak ada yang tahu saat ini jenderal perang itu sedang marah atau hanya terkejut atau kaget. Namun, yang pasti ekspresi tidak tenang tampak sekali terlihat dari wajah pria gagah itu.Keannu Wellington pun berdiri dari singgasananya, "Jenderal Stewart, ini hanya sebuah kejutan untukmu.""Kejutan? Maksud Anda?" balas Bill."Kau baru saja menang dalam dua peperangan. Tentu saja kau perlu diberi hadiah," ucap Keannu.Semua orang pun mulai berbisik-bisik."Hadiah? Apa maksudnya wanita itu hadiah untuk Jenderal Stewart?""Tapi sepertinya Jenderal Stewart mengenalnya."Steven berdiri dengan begitu gugup di belakang tuannya dan jelas sekali takut kalau hal yang dia takutkan akan terjadi.Bill melangkah lebih dekat dan berkata, "Hadiah? Apa maksud Anda dengan hadiah?""Jenderal Stewart, kau pasti sudah sangat merindukan istrimu di sini. Kau pasti sangat g
"Dia membalik serangan Raja Keannu, Jenderal," ucap Steven seraya menelan ludah dengan gugup.Jody Gardner bahkan tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Bill. Pria itu menatap orang aneh yang sedang berlutut dengan bingung.Bill kembali berkata. "Yang Mulia, mohon hukum saya atas diri saya yang telah sampai membuat Anda bertindak seperti ini."Mendengar perkataan Bill itu, Monica Wilhelm berkedip-kedip dan hampir saja akan tertawa lagi jika suaminya tidak tiba-tiba berdiri begitu saja."Jenderal Stewart, kurasa kita tidak perlu memperpanjang masalah ini," ucap Keannu yang tak tahu lagi bagaimana membalas tindakan Bill yang tak pernah ia pikirkan itu."Yang Mulia, tapi saya bersalah. Saya pantas dihukum."Keannu pun berkata dengan jengkel, "Apa denganmu? Dari tadi kau minta dihukum?"Bill terdiam. Keannu yang tak ingin kehilangan wibawa pun berkata, "Ini semua bukan salahmu. Sudahlah, tak perlu dibahas lagi.""Apakah ini artinya Anda mengampuni saya, Yang Mulia?" Bill bertanya