Steven pun ikut tersenyum dan berpikir seperti tuannya, "Anda benar, Jenderal.""Biarkan saja mereka berseteru. Kita jadi penonton saja." Jody Gardner terlihat puas."Aku pikir aku akan repot-repot untuk berpikir cara menyingkirkan Bill Stewart dari istana ini, tapi ternyata sungguh di luar dugaan. Aku tak perlu mengotori tanganku," gumam Jody Gardner.Kau sendiri yang memasukkan dia ke dalam istana ini, Yang Mulia Raja. Memang benar, kau juga yang harus mengeluarkannya dari sini. Jody membatin senang.Sementara itu, William Mackenzie memasuki area gedung Perak. Baru saja dia dibukakan pintu oleh penjaga gedung itu, istrinya langsung berdiri dan menatapnya, seakan meminta penjelasan.Bill menoleh ke arah Andrew Reece, "Pergilah dulu, Reece. Tunggu aku di gedung latihan.""Baik, Jenderal," ucap Andrew dan ia membungkuk beberapa detik sebelum meninggalkan gedung itu.Begitu pintu ditutup kembali, Cassandra pun tidak sabar untuk bertanya, "Jelaskan padaku semuanya."Bill menghela napas p
Bill pun membalas, "Kau ... hanya terlalu banyak berpikir."Cassandra ingin bertanya lagi tapi Bill kembali berkata, "Istirahatlah. Aku harus ke gedung latihan. Aku akan kembali sore nanti."Cassandra pun mengangguk dan membiarkan suaminya pergi.Di gedung latihan, Bill mendapati sejumlah pengawal yang merupakan anak buahnya yang ikut berperang bersama dengannya kala itu. Andrew Reece berkata, "Apa Anda akan memulai latihan, Jenderal?""Ya," jawab Bill.Semua prajurit langsung saja berdiri dengan tegap, terlihat begitu segar dan tampak begitu siap melakukan latihan hari itu."Apa kalian siap berlatih?" tanya Bill."Siap, Jenderal," jawab seluruh anak buahnya.Bill mengangguk, "Antusias kalian membuatku bangga. Tapi, kali ini aku tak akan meminta kalian untuk berlatih fisik, melainkan strategi."Beberapa orang terlihat agak bingung. Salah satu dari mereka mengangkat tangan, "Kenapa tidak berlatih fisik, Jenderal?"Bill mengulas sebuah senyum tipis, "Aku tahu kalian memang luar biasa k
Sang bawahan itu pun segera saja membungkukkan badan lalu mulai meminta maaf dengan raut wajah ketakutan dan juga badan setengah gemetar, "Ampun, Yang Mulia. Baiklah, saya akan segera mencari kerajaan-kerajaan yang memiliki masalah dengan kerajaan kita." Keannu seketika menyeringai dan kini wajah bengisnya sudah tak terlihat lagi seperti beberapa saat yang lalu. "Bagus, berapa waktu yang kau perlukan?" "Tiga hari, Yang Mulia." Keannu pun kemudian mengangguk setuju, "Baiklah, tiga hari aku akan bertanya lagi kepadamu. Aku harap kau sudah menemukan kerajaan yang aku maksud." "Baik, Yang Mulia." Sang anak buah pun kemudian undur diri lalu meninggalkan istana raja. Keannu pun tertawa begitu puas karena kali ini dia mungkin memiliki firasat baik jika dia bisa membuat jenderal perang itu kehilangan nyawanya. Sebenarnya pada awalnya dia tidak ingin membunuh William Mackenzie dan malah ingin mempertahankannya di sisinya karena pasti kemampuannya sangat dibutuhkan. Sayangnya, William M
Akan tetapi, sebelum Jody Gardner berpikir lebih jauh lagi, kekhawatirannya pun menghilang begitu saja ketika dia melihat Keannu Wellington mulai meminta Penasihat Raja untuk berbicara."Sebenarnya, saya sungguh diliputi kebimbangan yang dalam ketika harus menyampaikan hal ini," ucap Larry mengawali perkataan pentingnya.Pria berusia empat pukuh tahunan itu kemudian terlihat memasang wajah sedih sekaligus bingung, "Tapi. Saya harus mengatakannya."Andrew Reece terlihat menaikkan alisnya dan William Mackenzie yang masih menggunakan identitas sebagai Bill Stewart itu pun seketika memiliki firasat tidak baik semakin dalam."Seperti yang kita ketahui, kerajaan kita berbatasan secara langsung dengan Kerajaan Fleshy di bagian barat. Dan menurut laporan, kerajaan tersebut sering kali bertindak sesuka hati di daerah perbatasan itu," ucap Larry.Andrew Reece mendesah dan menoleh ke arah sang jenderal dengan raut wajah penuh dengan kecemasan."Jadi, terpaksa kita harus menghentikan hal itu agar
"Dalam empat hari lagi," jawab Bill."Empat hari lagi? Apakah Anda yakin, Jenderal?" ucap Howard terlihat kaget dengan jawaban sang jenderal perang itu.Bill memutar arah pandang dan menatap tanpa gentar pada anak buahnya tersebut, "Tentu saja. Kenapa?""Karena menurut saya, ini terlalu cepat. Anda ... bagaimana kondisi Anda, Jenderal? Apa Anda baik-baik saja?" tanya Howard dengan tatapan penuh kecemasan.Bill pun mengulas sebuah senyum. Dulu, dia tak memiliki orang-orang yang dengan mudah mengungkapkan apa yang ada di dalam kepalanya. Di masa lalunya sebagai William Mackenzie, orang-orang terlalu takut mengomentari setiap keputusan yang dia ambil.Namun, kini semuanya berbanding terbalik. Semua orang yang mengkhawatirkannya tak menutup-nutupi itu darinya. Ah, dia pun sekarang memahami perbedaan dirinya yang dulu dan dirinya yang sekarang."Aku tak kenapa-kenapa. Yang terpenting kalian. Setelah kita membahas masalah strategi ini, kalian akan aku istirahatkan selama satu hari total."
"Ya," jawab Bill.Cassandra bertanya dengan terbata-bata, "Apakah nenek tahu akan hal ini?""Ya, aku mengungkapkan segalanya kepada nenek," jawab Bill.Cassandra Wood pun mulai tak bisa berpikir. Dia memejamkan mata sejenak lalu mulai lemas. Namun, Bill menahan istrinya tersebut dan wanita cantik itu pun tak jadi limbung."Kenapa kau baru mengatakan hal ini kepadaku sekarang? Kau ...."Cassandra mulai teringat akan perlakuan-perlakuan yang Bill terima serta bagaimana dia memperlakukan suaminya itu. Dia pun sering mengeluarkan kata-kata kasar kepada Bill.Nyatanya pria itu bukanlah pria tak berguna yang selama ini dipikirkan oleh keluarganya. Bill adalah legenda yang begitu dihormati.Namun, sekarang pertanyaan lain pun muncul dalam kepala Cassandra, "Apa orang-orang di istana ini tahu? Maksudku, Jenderal Mackenzie memakai topeng."Dia menunjuk gambar Bill yang begitu besar di sana.Bill menggeleng, "Yang mengetahui identitasku yang sebenarnya hanyalah Andrew Reece, raja dan ratu."Kal
Begitu anak panah itu melesat ke atas, petir terlihat semakin menyambar dengan begitu hebatnya. Malahan, hal itu menimbulkan kilatan luar biasa dahsyat sampai-sampai semua pemanah hebat itu mundur ke belakang beberapa langkah.Beberapa dari mereka menoleh kepada Jenderal Perang mereka yang tampak tenang, meminta penjelasan. Andrew Reece pun mewakili mereka dan segera berkata, "Jenderal, itu tak berhasil.""Siapa bilang tak berhasil?" balas Bill tanpa berpaling."Jenderal ...." Andrew Reece menampilkan ekspresi bingung.Bill kemudian maju beberapa langkah dan melihat ke arah depan tatapan menyipit. Semua anak buahnya pun semakin tak memahami apa yang sedang dilakukan oleh sang jenderal. Andrew Reece yang telah begitu dekat dengan jenderal mereka itu saja tak mengerti, apa lagi yang baru beberapa waktu mengenalnya tentu mereka tak bisa memahaminya. Sebab, jika dipikir lebih jauh, segala tindakan jenderal mereka tersebut tak pernah sesuai dugaan.Mereka pun kemudian hanya bisa terdiam
Jenderal Perang Kerajaan Fleshy memanglah terlihat begitu masih muda, tapi dia tak terlihat takut menghadapi Bill. Dengan begitu tenang dia pun berkata, "Kita bisa bertarung sampai salah satu dari kita mati, tak usah melibatkan prajurit." William Mackenzie pun terkejut begitu mendengarnya, "Kau ...." "Ini bukan perang yang perlu melibatkan mereka." Jenderal Perang muda itu menatap penuh keyakinan. "Kau berniat mengorbankan dirimu untuk mereka?" Bill bertanya. Jenderal perang bernama Hugh Fleshy yang juga merupakan putra mahkota Kerajaan Fleshy itu tersenyum tipis. "Apa kau meremehkan aku, Jenderal? Apa kau berpikir kau akan bisa mengalahkan aku?" balas Hugh santai. "Tentu tidak. Baiklah, bagaimana kita akan bertarung?" tanya Bill. Hugh memutar badan, membelakangi Bill dan menghadap semua prajuritnya yang menatap penuh kebingungan. "Prajurit, aku akan bertarung dengan Jenderal Ans De Lou satu lawan satu. Aku-" "Putra Mahkota, kau ... apa maksudmu?" Gilar Fleshy memotong ucapa
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.