Beranda / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 104. Dia Tidak Pantas Hidup

Share

104. Dia Tidak Pantas Hidup

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Giorgino melihat sekitarnya. Nyawa-nyawa mulai berjatuhan dengan mudahan. Bukan dari pihak lawan, melainkan pihaknya sendiri. Prajuritnya perlahan tumbang dan berkurang. Bahkan, terlihat di matanya jika beberapa pejabat istana turun tangan untuk membantu melawan pasukan musuh.

Kemarahannya begitu memuncak tapi rasa sedih lebih menggerogoti hatinya dengan begitu cepat.

Bill berkata lagi, "Kau mau mempertahankan egomu dan tetap menyerangku atau mau menyelamatkan orang-orang dari kerajaanmu yang tersisa. Kau sendiri yang putuskan."

Teriakan demi teriakan didengar oleh Giorgino sekarang. Seakan begitu menyiksa dan menggangu dirinya. Pria itu pun menoleh ke arah Jenderal Perang hebat itu dan seketika menjatuhkan senapan, pedang dan senjatanya yang lain. Pria itu lalu berlutut di depan Bill, "Entah strategi apa yang telah kau gunakan, tapi untuk saat ini aku menyerah."

Bill sebenarnya benci dengan ucapan itu. Menyerah adalah salah satu kata yang sangat menyakitkan untuk didengar. Dia sendir
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    105. Kemenangan

    "Jenderal Mackenzie tidak akan pernah membunuh musuh yang tidak siap, Tuan," ucap anak buah Giorgino.Giorgino menghela napas, "Banyak orang seperti itu. Kurasa, tak ada yang bisa benar-benar bisa menunjukkan perihal hal ini sebelum ada bukti yang jelas."Percakapan Giorgino dan para pejabat serta anak buahnya yang lain pun berakhir di sana. Sementara itu, kini William Mackenzie, orang yang sedang mereka bicarakan sedang duduk di dalam pesawat berhadapan dengan Jody Gardner yang belum juga membuka mulutnya.Bill tidak membuka obrolan atau pun sekedar melihat ke arah Jody. Hal itu membuat para anak buah keduanya tampak bingung. Tentunya hal itu tidak berlaku bagi Andrew Reece dan Steven.Steven masih memandang sinis ke arah Andrew, sementara Andrew terlihat santai dan tenang."Kau pasti merasa di atas angin karena jenderal perangmu berhasil mengalahkan dua kerajaan," ucap Steven.Andrew tersenyum santai, "Sebelum Jenderal Stewart mengalahkan dua kerajaan itu, aku memang sudah berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    106. Penghinaan

    Keannu tampak menatap heran sekaligus bingung ke arah Bill.Sang raja pun menjawab, "Kenapa bertanya begitu, Jenderal Stewart? Tentu saja untuk merayakan kemenangan yang telah kau dapatkan. Kau telah berhasil mengalahkan dua kerajaan sekaligus."Monica Wilhem yang berdiri di samping suaminya segera sadar jika Keannu telah melakukan sebuah kesal. Hal itu bisa dia lihat lewat tatapan tak mengenakan William Mackenzie. Bukannya merassa bahagia atas perayaan itu, tapi wajah Bill menunjukkan ketidaksukaan dan bahkan ada tampilan ekspresi sedih di sana."Apa sambutan atas kemenanganmu ini kurang, Jenderal?" tanya Keannu.Jody Gardner yang berdiri tak jauh dari Bill pun mendengus. Dia membatin, sudah tentu itu yang dia pikirkan. Memangnya apa lagi?Steven yang mendampinginya berkata pelan agar tidak bisa didengar oleh siapapun, "Sungguh saya tidak pernah menduganya, Jenderal. Saya pikir Jenderal Stewart memiliki sifat rendah hati tapi rupanya dia menyukai pujian. Wah, sangat mengherankan seka

  • Sang Dewa Perang Terkuat    107. Siapa Lagi?

    "Ya. Bill telah membuatmu kesal," ucap Monica santai.Keannu membalas, "Kau salah besar. Dia tidak hanya membuat kesal, tapi dia sudah membuatku murka."Monica yang sepertinya sudah menduga atas apa yang mungkin akan dilakukan oleh suaminya itu pun segera melangkah mundur. Benar saja, Keannu segera mengambil berbagai pernak-pernik yang tadinya akan diberikan pada William Mackenzie atas kemenangannya, lalu membuangnya ke segala arah.Tidak hanya itu, dia juga merusak begitu banyak barang lain hingga area yang digunakan untuk penyambutan Jenderal Perang mereka itu pun menjadi kacau dan kotor.Amarahnya sungguh tidak terkendali saat ini sehingga Monica tidak berani mendekat. Wanita itu masih menjaga jarak aman kurang lebih lima meter agar tak terkena amukan suaminya. Namun, dia tentu tak mungkin meninggalkan suaminya dalam keadaan kacau seperti itu sehingga dia masih bertahan di sana. Meskipun kini Keannu kini masih mengamuk, Monica sudah tak menyimpan rasa takut lagi. Ini dikarenakan

  • Sang Dewa Perang Terkuat    108. Apa yang Gawat?

    Keannu sekali lagi mengerling ke arah istrinya dan malah tersenyum lalu mencium pipi istrinya sekilas lalu berkata, "Apakah kau sekarang keberatan aku memasukkan wanita ke dalam istanaku?"Mendengar ucapan Keannu, Monica Wilhelm hampir saja kehilangan akal, "Kau ... tidak mungkin akan melakukan hal memalukan itu, Kean.""Siapa yang tahu?" balas Keannu dengan sorot mata misterius.Tak mau semakin gila, Monica memilih berkata, "Kau ... tidak pantas disebut manusia jika sampai-""Tunggu saja, Ratuku! Tunggu saja!" balas Keannu.Monica yang tak sanggup menahan diri lagi karena kemarahan yang menguasainya itu menghentakkan kakinya dengan keras lalu pergi meninggalkan area penyambutan itu, membiarkan Keannu sendirian.Saat dirinya sampai di istananya, Monica memerintah, "Ambilkan aku air dingin, Magdalena."Sang pelayan kepercayaan segera mengambilkannya dan menyerahkan segelas air putih dingin untuk Monica yang dengan cepat diminumnya dengan tangan bergetar hebat.Magdalena yang tadi tidak

  • Sang Dewa Perang Terkuat    109. Aku Tahu Dia

    William Mackenzie terdiam sejenak, lalu tanpa berpikir panjang dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi pengawal yang dia tugaskan untuk melindungi istrinya.Andrew Reece yang tidak mengerti apa yang sedang dilakukan oleh sang jenderal besar itu hanya diam sambil menunggu."James. Apa rumah dalam ada masalah?" tanya Bill cepat-cepat."Tidak ada, Tuan."Bill menghela napas lega, "Lalu, di mana istriku?""Nyonya baru saja tertidur, Tuan. Apakah saya perlu meminta Mary untuk membangunkannya?" tanya James."Tidak perlu, besok pagi aku akan menelepon langsung ke ponselnya," tolak Bill."Baik, Tuan."Bill berkata lagi, "Perketat penjagaan di seluruh rumah. Kalau ada apa-apa, segera hubungi aku.""Baik, Tuan. Siap, saya akan laksanakan."Usai memutus panggilan itu, Bill menoleh ke arah Andrew Reece yang wajahnya sedikit agak memerah. "Kau dengar itu, Reece?""Dengar, Jenderal." Pria muda itu menjawab dengan nada suara yang begitu pelan.Bill berujar, "Raja Keannu memang bukan raja he

  • Sang Dewa Perang Terkuat    110. Sebuah Kejutan

    "Yang Mulia," panggil Bill dengan suara sedikit bergetar tapi matanya menatap lurus-lurus ke arah depan tanpa adanya kegoyahan sedikit pun.Tidak ada yang tahu saat ini jenderal perang itu sedang marah atau hanya terkejut atau kaget. Namun, yang pasti ekspresi tidak tenang tampak sekali terlihat dari wajah pria gagah itu.Keannu Wellington pun berdiri dari singgasananya, "Jenderal Stewart, ini hanya sebuah kejutan untukmu.""Kejutan? Maksud Anda?" balas Bill."Kau baru saja menang dalam dua peperangan. Tentu saja kau perlu diberi hadiah," ucap Keannu.Semua orang pun mulai berbisik-bisik."Hadiah? Apa maksudnya wanita itu hadiah untuk Jenderal Stewart?""Tapi sepertinya Jenderal Stewart mengenalnya."Steven berdiri dengan begitu gugup di belakang tuannya dan jelas sekali takut kalau hal yang dia takutkan akan terjadi.Bill melangkah lebih dekat dan berkata, "Hadiah? Apa maksud Anda dengan hadiah?""Jenderal Stewart, kau pasti sudah sangat merindukan istrimu di sini. Kau pasti sangat g

  • Sang Dewa Perang Terkuat    111. Saya Pantas Dihukum!

    "Dia membalik serangan Raja Keannu, Jenderal," ucap Steven seraya menelan ludah dengan gugup.Jody Gardner bahkan tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Bill. Pria itu menatap orang aneh yang sedang berlutut dengan bingung.Bill kembali berkata. "Yang Mulia, mohon hukum saya atas diri saya yang telah sampai membuat Anda bertindak seperti ini."Mendengar perkataan Bill itu, Monica Wilhelm berkedip-kedip dan hampir saja akan tertawa lagi jika suaminya tidak tiba-tiba berdiri begitu saja."Jenderal Stewart, kurasa kita tidak perlu memperpanjang masalah ini," ucap Keannu yang tak tahu lagi bagaimana membalas tindakan Bill yang tak pernah ia pikirkan itu."Yang Mulia, tapi saya bersalah. Saya pantas dihukum."Keannu pun berkata dengan jengkel, "Apa denganmu? Dari tadi kau minta dihukum?"Bill terdiam. Keannu yang tak ingin kehilangan wibawa pun berkata, "Ini semua bukan salahmu. Sudahlah, tak perlu dibahas lagi.""Apakah ini artinya Anda mengampuni saya, Yang Mulia?" Bill bertanya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    112. Jelaskan Padaku!

    Steven pun ikut tersenyum dan berpikir seperti tuannya, "Anda benar, Jenderal.""Biarkan saja mereka berseteru. Kita jadi penonton saja." Jody Gardner terlihat puas."Aku pikir aku akan repot-repot untuk berpikir cara menyingkirkan Bill Stewart dari istana ini, tapi ternyata sungguh di luar dugaan. Aku tak perlu mengotori tanganku," gumam Jody Gardner.Kau sendiri yang memasukkan dia ke dalam istana ini, Yang Mulia Raja. Memang benar, kau juga yang harus mengeluarkannya dari sini. Jody membatin senang.Sementara itu, William Mackenzie memasuki area gedung Perak. Baru saja dia dibukakan pintu oleh penjaga gedung itu, istrinya langsung berdiri dan menatapnya, seakan meminta penjelasan.Bill menoleh ke arah Andrew Reece, "Pergilah dulu, Reece. Tunggu aku di gedung latihan.""Baik, Jenderal," ucap Andrew dan ia membungkuk beberapa detik sebelum meninggalkan gedung itu.Begitu pintu ditutup kembali, Cassandra pun tidak sabar untuk bertanya, "Jelaskan padaku semuanya."Bill menghela napas p

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    260. Akhir

    Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    259. Ini Salahku!

    Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    258. Berita Buruk

    Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk

  • Sang Dewa Perang Terkuat    257. Ah, Jadi Begitu!

    James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    256. Bicaralah Padaku!

    Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs

  • Sang Dewa Perang Terkuat    255. Itu Sudah Terlalu Lama!

    Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    254. Kau Juga Tahu?

    Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.

DMCA.com Protection Status