Jody Gardner tidak bisa menahan diri untuk tidak menoleh pada Bill yang berbicara dengan begitu tenang."Apa dia sudah tidak waras?" ucap salah satu pejabat istana."Dia pasti ingin bunuh diri.""Aku setuju. Apa dia tidak sayang nyawanya sendiri? Yang benar saja," ungkap seorang staf istana yang terlampau kaget setelah mendengar ucapan Bill.Akan tetapi, dari sekian orang yang kebingungan dan terkejut akan jawaban Bill, ada satu orang yang tampak begitu santai menanggapi keputusan sang Jenderal Perang itu. Orang itu adalah Andrew Reece.Tentu saja hal ini dikarenakan dia yang telah mengetahui sepak terjang sang legenda sekaligus tahu betul kemampuan jenderalnya tersebut.Seseorang yang duduk tepat di samping Andrew Reece, bahkan tidak bisa menahan diri untuk bertanya. "Reece, apa Jenderal Stewart tidak takut? Apa jangan-jangan beliau tidak tahu mengenai pasukan musuh?""Beliau tahu," jawab Andrew santai."Kalau begitu, kenapa beliau malah setuju hanya diberi 500 pasukan?" tanya sang t
"Aku bisa melakukannya," jawab Bill, terlihat begitu yakin. Amanda Clark melihat tatapan sang jenderal perang terkuat yang tak sedikit pun menyimpan keraguan. Bahkan, hanya dalam sekali lihat saja Amanda paham bila Bill bersungguh-sungguh akan apa yang dia katakan. "Kalau begitu, berjanjilah kau akan pulang dalam keadaan utuh, Bill!" ucap Amanda penuh permohonan. "Tentu saja, tak perlu cemas!" balas Bill. Bill tak pernah seyakin itu. Dia bukannya sombong akan kemampuannya sendiri tapi hal yang dia katakan merupaka tekad besar yang ingin dia wujudkan. Di masa lalu, masa di mana kejayaannya sebagai Jenderal Perang, Bill hampir bisa dikatakan mampu mempertahankan pasukannya dan sangat jarang sampai kehilangan banyak anak buahnya. Banyak yang menilai jika menjadi anak buah seorang William Mackenzie maka sama saja seorang pengawal seperti memiliki seorang pelindung dan nyawanya tidak akan mudah hilang begitu saja. Maka kali ini pun sama, Bill akan jauh lebih melindungi pasukannya seb
Selain Mark Donovan yang begitu bimbang akan siapa pemimpin yang harus dia ikuti, ratusan pasukan lain pun juga merasakan hal yang sama. Bahkan, ketika waktu hanya tinggal satu jam lamanya untuk mendaftar, masih begitu banyak pengawal yang belum mendaftar. Andrew Reece yang bertugas mengawasi pendaftaran itu menatap monitor dengan agak cemas. "Baru 208." Amanda Clark yang juga sedang bersamanya malah sudah stres sejak tadi, "Apakah kita tidak bisa meminta pada raja untuk langsung menentukan semua prajurit? Kenapa harus menunggu mereka mendaftar sendiri?" Andrew Reece membalas, "Mana bisa kita mengubah keputusan raja, Nona Clark?" "Tapi, tetap saja. Ini tidak adil. Sebentar, aku akan coba menghubungi pihak Jenderal Gardner." Kening Andrew sontak mengerut, "Untuk apa?" "Ya membandingkan, apa jangan-jangan mereka lebih banyak yang mendaftar ke sana dibanding ke sini." "Astaga, kalau itu ak perlu kau tanya lagi. Sudah jelas, mereka lebih banyak mendaftar ke sana," jawab Andrew den
Dengan amarah yang membara Howard pun membalas, "Tak usah. Tanpa kau pindahkan aku, aku sendiri yang akan keluar dari pasukan ini."Steven tertawa mengejek, "Bagus. Bagus. Ternyata kau cukup tahu diri juga.""Sana pergi!" usir Steven.Howard pun segera meninggalkan tempat itu dan bergerak menuju gedung Perang lalu mengatakan keinginannya. Dengan tangan terbuka, Andrew Reece menerima kehadiran satu pasukan tambahan itu.Pria itu langsung saja diarahakn untuk langsung menemui Bill Stewart yang kemudian dengan cepat memberinya arahan. Hal ini berdasarkan waktu yang mereka yang sangat terbatas. Mereka tak memiliki waktu lagi untuk melatih lebih banyak.Secara total, pasukan yang dimiliki Bill adalah 239, sementara Jody 2109. Bill mengambil Andrew sebagai wakilnya, sementara Steven dipilih sebagai wakil Jody. Di hari keberangkatan, sang raja Kerajaan Ans De Lou terlihat memberi pidato singkat, "Jenderal Perang, Jody Gardner dan Bill Stewart. Kami menanti kepulangan kalian dengan utuh."Ke
Tak mau tertipu akan bujuk rayu sang suami yang terkadang menyesatkan itu, Monica dengan begitu tenang membalas, "Tidak." Keannu yang awalnya menduga jika sang istri akan jatuh ke dalam perangkapnya itu menyahut dengan nada kecewa, "Ah, kau membuatku kecewa, Monica." "Kecewa karena aku ternyata lebih pintar dari dugaanmu?" ujar Monica. Keannu hanya tertawa dan kemudian memeluk istrinya itu, "Kecewa karena kau mengabaikan tawran dariku untuk bebas." "Aku tak pedului," ucap Monica, beranjak pergi dari tempat itu. Keannu hanya bisa menghela napas kecewa karena tak berhasil membujuk istrinya. Sementara itu, pesawat tempur Bill masih mengudara dan sedang menuju ke daerah yang akan menjadi pertumpahan darah. Dia menoleh pada anak buahnya di sekelilingnya, "Ingat apa yang sempat aku katakan pada kalian. Jangan pernah lupa jika kalian akan menang jadi jangan pernah takut dan ragu saat menyerang." Semua orang menjawab dengan serempak. Bill lanjut berbicara, "Dan satu lagi, ingat bahwa n
Andrio Hellfric yang awalnya terlihat tenang itu pun mulai merasa terganggu akan perkataan Jody Gardner. Kerpercayaan dirinya yang tinggi akan bisa mengalahkan Jody Gardner itu pun mulai menurun secara drastis.Namun, rupanya hal itu tidak dirasakan demikian oleh anak buah Andrio. Salah satu anak buahnya berjalan mendekat ke arah sang jenderal perang dan berbisik, "Jenderal, itu hanya trik dia untuk membuat Anda ragu.""Percayalah, lebih baik membunuhnya sekarang dari pada kita yang akan hancur.""Benar, Jenderal. Ini kesempatan yang sangat bagus untuk membunuhnya. Dengan terbunuhnya sang pemimpin mereka, mental mereka pasti akan jatuh dan akan dikalahkan dengan mudah, Jenderal."Andrio masih terdiam, belum membuat keputusan. Sang anak buah pun kembali berkata, "Jenderal, percayalah! Jody Gardner dikenal bermulut dingin. Semua yang dikatakan hanyalah jebakan. Lagi pula, kita juga bisa merahasiakannya, bukan? Kita bisa membunuhnya tapi tak perlu mengatakan atau mengumumkannya. Biarkan
Andrio Hellfric yang tidak pernah menyangka akan diserang dengan cara curang dan amat sangat pengecut itu membelalakkan mata kala melihat bilah pedang menembus dadanya. Dari dalam mulutnya seketika keluar darah dan hanya dalam beberapa detik pria itu kemudian menjumpai ajalnya.Jody Gardner yang telah berhasil mengalahkan sang Jenderal Perang Kerajaan Hellfric itu sontak mengacungkan perang dan berteriak, "Aku telah membunuh Andrio Hellfric."Bersamaan dengan itu tawanya pun menyembur. Jody Gardner terlihat begitu gembira.Semua anak buah Andrio Hellfric segera menghampiri sang pemimpin yang sudah tak bernyawa. Melihat itu, kemarahan mereka pun tersulut. Menyadari bila Jenderal Perang mereka dibunuh dengan cara yang tidak adil, mereka pun menggeram marah. Sadar saat nyawanya sedang terancam, Jody Gardner pun lari terbirit-birit hingga manyeret kakinya yang sempat terluka akibat bertarung dengan Andrio Hellfric.Sang wakil, Giorgino Hellfric yang merupakan sepupu dari Andrio Hellfric
Bill merasa bila pertanyaan itu sungguh terdengar lucu dan aneh di telinganya. Bagaimana bisa dia meniru dirinya sendiri? Akan tetapi, dia sadar bila semua orang memang tak mengerti identitasnya.Dengan santai dia pun menjawab, "Anggap saja begitu.""Kau benar-benar menirunya? Apa alasannya?" tanya James Sealand masih sangat penasaran dengan orang yang menurutnya sangat unik itu.Bill menoleh, "Boleh kutanya dulu padamu?""Ya," jawan James."Kau berbicara seolah benar-benar mengenalnya. Lalu, apa pendapatmu tentang Jenderal Mackenzie?"James meragu. Dia pun akhirnya berbicara dengan jujur, "Aku ... tidak mengenalnya. Aku hanya mendengar tentangnya. Lagi pula, mana mungkin tidak tahu mengenai Jenderal Perang terkuat yang dimiliki oleh Kerajaan Ans De Lou? Aku yakin semua orang mengetahui sosok hebat itu.""Beliau sosok jenderal yang rasanya hanya hidup satu sekali. Maksudku, tak mungkin ada yang bisa menyamainya. Selain tangkas dan memiliki kemampuan yang hebat, kudengar dia memiliki