Riley tidak menjawab dan hal itu membuat Reynhard merasa menang. Pria itu dengan angkuh menambahkan, “Wah! Sungguh menyedihkan sekali! Aku rasa kau tidak akan bisa berbuat apapun tanpa-”“Jika itu apa yang Anda pikirkan, maka saya tidak akan menyalahkan Anda,” potong Riley cepat-cepat, membuat beberapa prajurit senior langsung mencibir dirinya.Reynhard pun tersenyum meremehkan, “Oh, jadi kau mengakuinya.” “Tentu saja, kenapa saya harus membantah hal itu? Itu sebuah kebenaran,” balas Riley semakin membuat teman-teman Reynhard meremehkan pemuda itu.Reynhard tertawa sinis, “Ah, begitu. Kau benar-benar membuatku jijik, Wood. “Dasar prajurit menyedihkan! Memanfaatkan posisi untuk mendapatkan perlakuan khusus.” Seorang teman Reynhard berujar sembari menatap penuh ekspresi mengejek.Beberapa orang tertawa mengejek, tapi Riley tidak terlihat terlalu peduli.Namun, setelah membiarkan orang-orang itu puas menertawakan dirinya, sang pemuda berusia hampir dua puluh dua tahun itu berkata, “Mem
Alen segera menggelengkan kepala, menjawab dengan terbata-bata, “Ti-tidak ada apa-apa, Jendral Reece.”Andrew Reece tampak terlihat curiga, tapi sang jenderal perang memilih untuk tidak terlalu membahasnya. Dia pun hanya berkata, “Baiklah, kalau begitu silakan beristirahat. Malam ini kalian harus mendengarkan instruksi perang selanjutnya dari para senior kalian.”James mengernyit heran, tapi Riley lebih dulu berkomentar, “Apa strategi perang akan disampaikan oleh para senior kepada … kami para junior, Jenderal?”Andrew menoleh ke arah Riley dan tersenyum lembut, “Iya. Tiga puluh menit lagi, aku akan memanggil para komandan beserta beberapa senior untuk membahas masalah itu. Setelahnya, para senior akan memanggil rekan-rekannya dan juga kalian sebagai junior mereka untuk menjelaskan apa yang aku sampaikan.”Mendengarkan penjelasan tersebut, James mendadak langsung muram. Sementara Alen menghela napas panjang, sadar bila situasi mereka sedang tidak bagus.Sedangkan Riley tampak terliha
Riley terbungkam, benar-benar tidak bisa membantah perkataan James.Pemuda itu kemudian menghela napas panjang.James mendesah melihat tatapan lembut Riley ke arahnya, “Hei, dengar. Aku tahu kalau ayahku sudah berbuat salah, tapi … bukan berarti orang berhak mengatakan kalau dia jenderal terburuk. Iya kan? Bagaimanapun juga, dia telah melindungi kerajaan ini. Dia pun telah mempertaruhkan nyawanya.”“Aku … hanya berharap orang-orang tidak hanya melihat kesalahan ayahku, tapi juga melihat apa yang telah dia lakukan. Apa .. harapanku itu terlalu berlebihan, Wood?” lanjut James yang dalam nada suaranya terdapat nada putus asa.Riley merasa miris akan keinginan kecil James yang memang tidak pernah digubris oleh begitu banyak orang. Tetapi dia tetap mencoba menanggapi dengan berujar, “Tidak. Ayahmu memang berhak mendapatkan sebuah kehormatan. Aku paham.”James sontak membeku di tempatnya duduk tapi dia tidak memberikan reaksi apapun.Riley pun lanjut berkata dengan hati-hati, “Tapi kau juga
“Apa aku tidak salah dengar?” seorang prajurit kelas dua berkomentar dengan nada terkejut.Sementara yang lain juga berkata, “Bagaimana bisa seorang calon prajurit mendapatkan kesempatan bertempur dengan Jenderal Perang?”“Kau benar. Sebelumnya tidak ada satupun calon prajurit yang bisa ikut dalam medan perang yang sesungguhnya, tapi sekarang bisa ikut. Lalu apa lagi ini? Bergabung dengan pasukan utama? Benar-benar tidak bisa dipercaya,” gerutu seorang prajurit kelas satu yang terlihat tidak terima dengan pembagian kelompok para prajurit tersebut.James mendengar semua ocehan itu dan dirinya sendiri pun juga masih tidak menyangka akan keputusan itu.Dia pun kemudian bertanya, “Anda yakin tidak salah membaca, senior?”“Kau pikir penglihatanku buruk sampai aku tidak bisa membaca dengan benar, Gardner?” ucap si staf dengan nada tersinggung.James pun semakin bingung.Riley melihat situasi yang bisa saja menjadi tidak terkendali akibat keputusan itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Suda
Riley terlihat terdiam selama beberapa detik dan hal itu seketika membuat Ben berkata lagi, “Masuk ke dalam kelompok mana?”Dengan berat hati Riley terpaksa menjawab, ”Kelompok tiga.”Ben mendesah tapi dirinya manggut-manggut. Pria itu sedikit kecewa dengan pembagian prajurit itu, tetapi dia tahu bila tidak ada yang bisa dia lakukan.“Dia tidak terlihat sedih atau kecewa dengan hasilnya,” kata Riley, mencoba membuat Ben menjadi jauh lebih tenang.Ben pun tersenyum, “Aku tahu. Dia tidak pernah protes perihal pembagian kelompok sejak dulu.”Dia menjeda selama beberapa detik dan berujar lagi, “Yah, terkadang dia memang berkata tidak suka atau terlihat cemas. Tapi sesungguhnya dia tidak peduli dengan hal semacam ini.”Riley juga memahaminya, namun anehnya yang terlihat sedih justru Ben. Pemuda itu tidak mengerti mengapa malah Ben yang meratapi nasib Shin.Namun, kemudian Ben tiba-tiba berkata, “Shin ingin sekali menjadi salah satu staf medis.”Riley terbelalak kaget, “Ke-kenapa tidak bila
Di saat letusan itu terdengar oleh pasukan musuh, mereka langsung panik. “Apa ini? Mereka berani menyerang kita sekarang?”“Bukankah mereka baru saja kehilangan banyak pasukan?”Seorang jenderal perang Kerajaan Fermoza yang berwajah bengis cepat-cepat mengambil senjatanya dengan agak panik.Dia pun berteriak dengan kesal pada seorang pria yang dengan gugup menyentuh senjata miliknya, “Penasihat Perang, apa maksudnya ini?”Pria itu menggeram marah, “Kau bilang kalau mereka tidak mungkin berani menyerang kita jika kita menempatkan para komandan perang di tempat yang berbeda, di semua titik terpencil. Kau … juga yakin strategi ini akan membuat mereka kebingungan.”“Lalu apa ini? Mereka bahkan berani menyerang daerah ini,” lanjut jenderal perang bernama Fabian Fermoza itu.Pria itu masih terbilang cukup muda, masih berusia sekitar tiga puluh tiga tahun dan dia merupakan salah satu sepupu raja yang saat ini sedang memimpin.Sang penasihat raja dengan bibir bergetar yang telah pucat membal
Philip menimbang-nimbang selama beberapa saat, masih juga belum memantapkan diri. Sorot matanya masih memperlihatkan kebimbingan yang besar.Sedangkan, Alexander tidak ingin membiarkan pria itu berpikir lebih jauh ataupun sadar akan sesuatu yang membuatnya rugi.Selain itu, dia tidak memiliki waktu yang cukup banyak sehingga dia benar-benar harus mendesak Philip agar dirinya bisa segera memberikan solusi atas kekacauan yang sedang terjadi saat ini. “Apa lagi yang kau tunggu?” ucap Alexander dengan setengah menahan kesal.Philip membasahi bibir dan berniat untuk membalas, akan tetapi Alexander tiba-tiba mendahuluinya dengan berkata, “Oh, sepertinya kau memang tidak mau.”“Tu-Tuan. Sa-saya ….”Philip terlihat kaget saat Alexander memalingkan muka.Sang penasihat perang juga mengibaskan tangan dan berkata dengan nada tersinggung, “Aku hanya memberimu sebuah kesempatan bagus. Kalau kau memang tidak ingin kesempatan ini, aku tidak akan memaksamu lagi.”Philip membelalakkan mata. Apalagi k
Riley bahkan bengong selama sekitar tiga detik dan hampir saja terkena sebuah tembakan yang mengarah ke bagian jantungnya jika seseorang telat menarik dirinya untuk menghindar dari serangan itu.Sebetulnya tidak ada yang bisa menyalahkan seorang prajurit muda yang merasa gugup ketika diharuskan berhadapan dengan pemilik jabatan tertinggi di pasukan musuh.Siapapun pasti akan gemetar menghadapi jenderal perang yang diketahui memiliki kemampuan yang paling hebat dibanding anak buahnya.Hal itu pun terjadi pada Riley. Tapi dia sama sekali tidak takut. Pemuda itu hanya terlalu kaget dan sedikit agak gugup.Secara refleks pemuda itu menoleh ke arah orang yang telah menyelamatkan nyawanya itu terkejut ketika mengenali orang yang selalu menggunakan helm pelindungnya dengan agak miring itu, “James.”“Bagaimana kau bisa ada di sini? Bukankah kau seharusnya berada di sebelah-”James menggeram marah, “Kau ini kenapa? Kenapa bisa hilang fokus? Apa kau-”Tetapi, sebelum dia menyelesaikan omelannya
Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di
Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe
Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang
James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye
Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji
Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb
Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja
Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k