Di saat letusan itu terdengar oleh pasukan musuh, mereka langsung panik. “Apa ini? Mereka berani menyerang kita sekarang?”“Bukankah mereka baru saja kehilangan banyak pasukan?”Seorang jenderal perang Kerajaan Fermoza yang berwajah bengis cepat-cepat mengambil senjatanya dengan agak panik.Dia pun berteriak dengan kesal pada seorang pria yang dengan gugup menyentuh senjata miliknya, “Penasihat Perang, apa maksudnya ini?”Pria itu menggeram marah, “Kau bilang kalau mereka tidak mungkin berani menyerang kita jika kita menempatkan para komandan perang di tempat yang berbeda, di semua titik terpencil. Kau … juga yakin strategi ini akan membuat mereka kebingungan.”“Lalu apa ini? Mereka bahkan berani menyerang daerah ini,” lanjut jenderal perang bernama Fabian Fermoza itu.Pria itu masih terbilang cukup muda, masih berusia sekitar tiga puluh tiga tahun dan dia merupakan salah satu sepupu raja yang saat ini sedang memimpin.Sang penasihat raja dengan bibir bergetar yang telah pucat membal
Philip menimbang-nimbang selama beberapa saat, masih juga belum memantapkan diri. Sorot matanya masih memperlihatkan kebimbingan yang besar.Sedangkan, Alexander tidak ingin membiarkan pria itu berpikir lebih jauh ataupun sadar akan sesuatu yang membuatnya rugi.Selain itu, dia tidak memiliki waktu yang cukup banyak sehingga dia benar-benar harus mendesak Philip agar dirinya bisa segera memberikan solusi atas kekacauan yang sedang terjadi saat ini. “Apa lagi yang kau tunggu?” ucap Alexander dengan setengah menahan kesal.Philip membasahi bibir dan berniat untuk membalas, akan tetapi Alexander tiba-tiba mendahuluinya dengan berkata, “Oh, sepertinya kau memang tidak mau.”“Tu-Tuan. Sa-saya ….”Philip terlihat kaget saat Alexander memalingkan muka.Sang penasihat perang juga mengibaskan tangan dan berkata dengan nada tersinggung, “Aku hanya memberimu sebuah kesempatan bagus. Kalau kau memang tidak ingin kesempatan ini, aku tidak akan memaksamu lagi.”Philip membelalakkan mata. Apalagi k
Riley bahkan bengong selama sekitar tiga detik dan hampir saja terkena sebuah tembakan yang mengarah ke bagian jantungnya jika seseorang telat menarik dirinya untuk menghindar dari serangan itu.Sebetulnya tidak ada yang bisa menyalahkan seorang prajurit muda yang merasa gugup ketika diharuskan berhadapan dengan pemilik jabatan tertinggi di pasukan musuh.Siapapun pasti akan gemetar menghadapi jenderal perang yang diketahui memiliki kemampuan yang paling hebat dibanding anak buahnya.Hal itu pun terjadi pada Riley. Tapi dia sama sekali tidak takut. Pemuda itu hanya terlalu kaget dan sedikit agak gugup.Secara refleks pemuda itu menoleh ke arah orang yang telah menyelamatkan nyawanya itu terkejut ketika mengenali orang yang selalu menggunakan helm pelindungnya dengan agak miring itu, “James.”“Bagaimana kau bisa ada di sini? Bukankah kau seharusnya berada di sebelah-”James menggeram marah, “Kau ini kenapa? Kenapa bisa hilang fokus? Apa kau-”Tetapi, sebelum dia menyelesaikan omelannya
Seakan bisa menebak tindakan apa yang akan diambil oleh William Mackenzie, Andrew Reece pun berkata, “Jika dia tahu apa yang sedang terjadi di sini, dia pasti akan memilih untuk menyembunyikan identitas putranya sampai waktu yang tidak ditentukan.”Greg Sehel ingin membantah, tapi dia sungguh tidak bisa memikirkan hal yang mungkin akan dilakukan oleh sang jenderal perang terbaik itu sehingga dia hanya bisa berharap bila hal rumit tidak akan terjadi di masa depan.Di sisi lain, Riley dan James masih terlihat kompak, bahkan berbagi tugas untuk melumpuhkan sang jenderal perang dari Kerajaan Fermoza tersebut.Beberapa prajurit kelas satu terlihat kaget melihat keberanian dua pemuda itu.“Apa mereka tidak takut mati?”“Aku rasa tidak. Kalau mereka takut, mereka berdua tidak akan maju sampai ke tempat berbahaya itu.”Seseorang menanggapi, “Sudahlah, biarkan saja mereka. Mereka itu terlalu bodoh." Prajurit kelas dua menanggapi, “Melawan jenderal perang? Hanya prajurit yang ingin mati saja y
Riley seketika tersadar bila ternyata perkatannya ternyata membuat James kecewa terhadapnya. Riley pun kembali menghampiri James dengan hati-hati dan menepuk punggung temannya itu. Dia lalu berkata, “Bukan. Bukan aku takut kau akan meniru ayahmu.”Dia berhenti sejenak sebelum kemudian melanjutkan, “Kau tahu … apa saja bisa terjadi di dalam peperangan. Semua serba mungkin. Tapi … yang aku maksud adalah kau bisa saja kehilangan kendali diri dan membunuhnya.”“Bagaimanapun juga, kita telah lama berperang dan bahkan perang ini adalah salah satu perang terlama yang pernah terjadi di kerajaan kita. Kita semua lelah, itu sudah pasti. Karena kelelahan dan kekesalan bisa saja kau melakukannya.”James masih terdiam dan menatap Riley seolah sedang menilai pemuda itu.Tetapi, Riley dengan sangat begitu tenang berkata lagi, “Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ayahmu dan aku pun yakin kau jauh berbeda dari dia.”“Benar kan?” tambah Riley, menekankan kalimat terakhir yang dia katakan.Ri
Tanpa pikir panjang Ben menjawab, “Itu juga tidak masalah. Kalau kau menghadapi musuh yang lain, Jenderal Reece pasti akan mengambil alih.”Ben menoleh ke arah belakang, tepat di mana pasukan utama sudah bergerak maju. “Jenderal Reece sepertinya telah berhasil menguasai beberapa titik musuh. Kita hanya tinggal menunggu dia datang ke sini.”Riley mengangguk tanpa membantah, “Baiklah, senior. Sepertinya saya harus berada di sini sedikit jauh lebih lama sampai Jenderal Reece tiba.”Ben pun membalas dengan sebuah anggukan dan segera dia membantu Riley untuk menghadapi Fabian Fermoza.Akan tetapi, semakin lama Fabian Fermoza terlihat bertambah berani menyerang mereka. Ben tersadar bila kemampuannya sangat jauh di bawah Fabian. Bahkan, Riley yang memang masih merupakan prajurit junior juga mulai terlihat kewalahan menghadapi Fabian.“Kenapa dia semakin kuat? Bukankah sebelumnya dia tidak begitu?” Ben bergumam penuh keheranan.Beberapa kali adu tembaknya dengan Fabian dimenangkan oleh Fabia
Dengan badan gemetar Alexander menjawab, “Ampunilah saya, Jenderal. Saya sudah mengirim seorang anak buah untuk melihat situasi perang, tapi dia belum kembali. Saya tidak bisa melakukan apapun jika saya tidak tahu situasi yang sedang terjadi.”Jawaban Alexander itu rupanya membuat Fabian seketika menjadi murka. Pria bertubuh tinggi, tegap dan begitu gagah itu menatap marah pada Alexander.“Kau … kenapa tidak pergi ke sana sendiri? Kenapa malah menyuruh orang lain, hah?” Fabian berkata dengan nada tinggi yang langsung membuat semua orang di dalam ruangan itu terdiam, membisu.Siapapun tidak ingin melihat jenderal perang bengis mereka marah. Itu dikarenakan mereka sudah tahu jika Fabian Fermoza sedang marah, dia bisa melakukan hal mengerikan yang mungin tidak pernah terpikirkan oleh manusia.Tapi, sayangnya kali ini mereka sedang berada di dalam situasi yang membuat mereka tidak bisa menghindar sehingga yang bisa mereka lakukan adalah diam seperti patung seolah tidak menyaksikan apapun.
Fabian Fermoza terdiam seketika, terlihat sibuk dengan apa yang dia pikirkan sendiri. Sikap diamnya itu menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Alexander yang begitu sangat jelas menginginkan keputusan sang jenderal dengan segera. Tidak mau menunggu lama, Alexander akhirnya berkata, “Anda harus segera memutuskan, Jenderal.”“Saya harus segera menyusun ulang strategi kita. Kita tidak punya banyak waktu,” desak Alexander.Fabian memejamkan mata selama beberapa detik dan dengan menggigit bibir bawahnya dia memerintah, “Siapkan strategi baru, Penasihat Perang. Kita … ikuti cara berperang mereka.”Alexander terbelalak kaget mendengar keputusan yang tidak terduga itu, “Anda tidak akan membunuh mereka, Jenderal?”Fabian membuang napas dengan kasar, “Mereka tidak berencana membunuh pasukan kita. Kalau kita berniat menghabisi mereka, bukankah perang ini tidak akan dilihat sebagai perang yang imbang?”“Kalaupun kita menang, tidak ada yang bisa dibanggakan dari hal itu,” lanjut Fabian.Alexan
Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di
Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe
Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang
James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye
Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji
Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb
Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja
Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k