Tanpa pikir panjang Ben menjawab, “Itu juga tidak masalah. Kalau kau menghadapi musuh yang lain, Jenderal Reece pasti akan mengambil alih.”Ben menoleh ke arah belakang, tepat di mana pasukan utama sudah bergerak maju. “Jenderal Reece sepertinya telah berhasil menguasai beberapa titik musuh. Kita hanya tinggal menunggu dia datang ke sini.”Riley mengangguk tanpa membantah, “Baiklah, senior. Sepertinya saya harus berada di sini sedikit jauh lebih lama sampai Jenderal Reece tiba.”Ben pun membalas dengan sebuah anggukan dan segera dia membantu Riley untuk menghadapi Fabian Fermoza.Akan tetapi, semakin lama Fabian Fermoza terlihat bertambah berani menyerang mereka. Ben tersadar bila kemampuannya sangat jauh di bawah Fabian. Bahkan, Riley yang memang masih merupakan prajurit junior juga mulai terlihat kewalahan menghadapi Fabian.“Kenapa dia semakin kuat? Bukankah sebelumnya dia tidak begitu?” Ben bergumam penuh keheranan.Beberapa kali adu tembaknya dengan Fabian dimenangkan oleh Fabia
Dengan badan gemetar Alexander menjawab, “Ampunilah saya, Jenderal. Saya sudah mengirim seorang anak buah untuk melihat situasi perang, tapi dia belum kembali. Saya tidak bisa melakukan apapun jika saya tidak tahu situasi yang sedang terjadi.”Jawaban Alexander itu rupanya membuat Fabian seketika menjadi murka. Pria bertubuh tinggi, tegap dan begitu gagah itu menatap marah pada Alexander.“Kau … kenapa tidak pergi ke sana sendiri? Kenapa malah menyuruh orang lain, hah?” Fabian berkata dengan nada tinggi yang langsung membuat semua orang di dalam ruangan itu terdiam, membisu.Siapapun tidak ingin melihat jenderal perang bengis mereka marah. Itu dikarenakan mereka sudah tahu jika Fabian Fermoza sedang marah, dia bisa melakukan hal mengerikan yang mungin tidak pernah terpikirkan oleh manusia.Tapi, sayangnya kali ini mereka sedang berada di dalam situasi yang membuat mereka tidak bisa menghindar sehingga yang bisa mereka lakukan adalah diam seperti patung seolah tidak menyaksikan apapun.
Fabian Fermoza terdiam seketika, terlihat sibuk dengan apa yang dia pikirkan sendiri. Sikap diamnya itu menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Alexander yang begitu sangat jelas menginginkan keputusan sang jenderal dengan segera. Tidak mau menunggu lama, Alexander akhirnya berkata, “Anda harus segera memutuskan, Jenderal.”“Saya harus segera menyusun ulang strategi kita. Kita tidak punya banyak waktu,” desak Alexander.Fabian memejamkan mata selama beberapa detik dan dengan menggigit bibir bawahnya dia memerintah, “Siapkan strategi baru, Penasihat Perang. Kita … ikuti cara berperang mereka.”Alexander terbelalak kaget mendengar keputusan yang tidak terduga itu, “Anda tidak akan membunuh mereka, Jenderal?”Fabian membuang napas dengan kasar, “Mereka tidak berencana membunuh pasukan kita. Kalau kita berniat menghabisi mereka, bukankah perang ini tidak akan dilihat sebagai perang yang imbang?”“Kalaupun kita menang, tidak ada yang bisa dibanggakan dari hal itu,” lanjut Fabian.Alexan
James melepaskan tangan Riley dari tubuhnya dan hal itu semakin membuat Riley cemas luar biasa. Tetapi, Riley tahu dia tidak boleh gegabah sehingga dia hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi sebelum James menjawab pertanyaannya.James mendesah pelan, “Aku rasa mereka sudah menemukan putra jenderal perang legendaris itu. Tapi … mereka menyembunyikannya.”Riley mengerjapkan mata, “Kau … mendengar itu semua dari-”“Aku tidak sengaja lewat di depan tenda mereka di saat Jenderal Reece berbicara dengan Komandan Sehel,” kata James jujur.Dia memperhatikan sekelilingnya lagi dan ketika merasa bahwa situasi aman, dia baru melanjutkan, “Mereka menyebut putra Jenderal Mackenzie yang juga ikut dalam perang ini.”Dia menatap Riley yang menelan ludah dengan kasar, seolah meminta Riley berbicara tentang sesuatu. Tapi, Riley malah bertanya, “Apa mereka menyebutkan sebuah nama?”James cepat-cepat menggelengkan kepala, “Kalau mereka menyebutkan namanya, aku pasti tidak akan di sini diam
Sebenarnya perkataan Shin tersebut melukai harga diri para prajurit itu. Namun, mereka tidak dibiarkan untuk membalas ucapan Shin menyebalkan itu dikarenakan tiba-tiba saja pasukan musuh menembakkan beberapa peluru yang diarahkan kepada mereka. Sebagian dari mereka pun berpencar dengan segera, menyiapkan serangan balasan. Shin juga sudah hendak melakukan pembalasan pada pasukan musuh itu, tapi dia melihat James hanya diam saja, alias tak bergerak sedikitpun. Dengan agak panik sambil mulai menembak ke arah musuh, Shin pun berkata, “Kenapa kau diam saja, James?”James mengangkat bahu, “Aku tidak akan bertindak apapun jika mereka tidak menginginkannya.”Perkataan itu terdengar oleh banyak pasukan dari kelas tiga dan mereka terlihat senang mendengarnya.“JAMES!” teriak Shin dengan jengkel.Tapi, pria itu tidak mau memaksa juniornya itu dan dia pun tidak ingin rekan-rekannya tidak menghargai James sehingga dia memilih untuk berkonsentrasi pada pertempuran yang terjadi.Sementara itu, h
James Gardner memutar kepala ke arah orang yang baru saja berbicara itu. Sedangkan Riley dan Alen saling melirik seolah tahu bila akan ada hal buruk yang mungkin terjadi.James tersenyum pada sang senior itu dan berkata, “Senior, apa yang membuat Anda menyimpulkan kalau saya membutuhkan perhatian?”Joseph Cole mengangkat bahu lalu menyeringai, “Bukankah sudah jelas, Gardner? Kau mengatakan kami ini menyebalkan karena tidak menyebut-nyebut tentang jasamu itu?”“Tidak begitu. Anda salah paham,” ucap James masih terdengar santai dan itu di luar prediksi Riley.Alen bahkan menaikkan alis kanan lantaran tak percaya bahwa James masih bisa menggunakan kata-kata dan nada yang lembut.“Salah paham? Apa menurutmu aku tidak bisa mencerna apa yang kau bicarakan dengan dua temanmu ini, Gardner?” balas Joseph, kali ini sambil menyipitkan mata.James menghampiri Joseph yang terkejut dengan langkah yang diambil oleh James. Tapi, Joseph masih menatap waspada pada juniornya itu.“Senior, yang saya maks
“Tenanglah, Jenderal Reece tidak mungkin kalah,” kata seorang prajurit kelas dua yang terdengar masih penuh keyakinan.James memejamkan mata selama satu detik dan membalas, “Hei, ini bukan saatnya berpikir positif. Tapi, ini saatnya kita bersiap-siap akan segala kemungkinan yang bisa terjadi, bahkan juga kemungkinan yang terburuk sekalipun.”Ben menggelengkan kepala, “James, kita lihat saja dulu.”James menoleh ke arah Riley dan melihat Riley hanya menatap serius tanpa mengucapkan sepatah katapun. James pun semakin bingung.Napas James benar-benar tidak beraturan sekarang. Selama berperang di tempat itu, baru kali itu dia merasa begitu gelisah.Bagaimana mungkin dia tidak cemas dan gelisah? Sang jenderal perang kerajaan mereka terlihat hampir kalah yang mana bisa diartikan bila kerajaan mereka juga akan kalah.Beberapa prajurit senior juga terlihat sangat tegang, benar-benar luar biasa bingung atas tindakan apa yang akan mereka ambil.Tetapi, hanya Riley yang mencoba untuk tetap tenan
Riley terpana ketika mendengar pendapat James yang diutarakan dengan nada penuh kehati-hatian tapi tetap terdengar serius.Pemuda itu langsung paham bila James tidak sembarangan memberikan pendapat itu.Namun, salah seorang prajurit kelas tiga yang sama sekali tidak menyukai James menanggapi, “Hei, kenapa pikiranmu picik sekali? Kau … benar-benar terlihat seperti ayahmu yang selalu menaruh curiga-”“Jangan libatkan nama ayahku dalam hal ini, senior! Dia tidak ada hubungannya dengan apa yang aku pikirkan,” potong James cepat.Dia tidak peduli pada ocehan seniornya itu. Dia tahu dia tidak memiliki waktu untuk berdebat sehingga dia menoleh ke arah Riley lagi seakan meminta sebuah dukungan.Riley mengangguk, paham akan tatapan James itu. Dan tanpa diduga oleh para prajurit lain Riley berkata, “James mungkin saja benar. Ini juga bisa jadi trik mereka untuk membuat mereka lengah sehingga … kita harus jauh lebih waspada.”James balas tersenyum samar atas perkataan Riley dan melihat sekelili