Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 174. Rasa Bersalah

Share

174. Rasa Bersalah

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-08-05 10:32:50

James Gardner memutar kepala ke arah orang yang baru saja berbicara itu. Sedangkan Riley dan Alen saling melirik seolah tahu bila akan ada hal buruk yang mungkin terjadi.

James tersenyum pada sang senior itu dan berkata, “Senior, apa yang membuat Anda menyimpulkan kalau saya membutuhkan perhatian?”

Joseph Cole mengangkat bahu lalu menyeringai, “Bukankah sudah jelas, Gardner? Kau mengatakan kami ini menyebalkan karena tidak menyebut-nyebut tentang jasamu itu?”

“Tidak begitu. Anda salah paham,” ucap James masih terdengar santai dan itu di luar prediksi Riley.

Alen bahkan menaikkan alis kanan lantaran tak percaya bahwa James masih bisa menggunakan kata-kata dan nada yang lembut.

“Salah paham? Apa menurutmu aku tidak bisa mencerna apa yang kau bicarakan dengan dua temanmu ini, Gardner?” balas Joseph, kali ini sambil menyipitkan mata.

James menghampiri Joseph yang terkejut dengan langkah yang diambil oleh James. Tapi, Joseph masih menatap waspada pada juniornya itu.

“Senior, yang saya maks
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    175. Berpikir Positif

    “Tenanglah, Jenderal Reece tidak mungkin kalah,” kata seorang prajurit kelas dua yang terdengar masih penuh keyakinan.James memejamkan mata selama satu detik dan membalas, “Hei, ini bukan saatnya berpikir positif. Tapi, ini saatnya kita bersiap-siap akan segala kemungkinan yang bisa terjadi, bahkan juga kemungkinan yang terburuk sekalipun.”Ben menggelengkan kepala, “James, kita lihat saja dulu.”James menoleh ke arah Riley dan melihat Riley hanya menatap serius tanpa mengucapkan sepatah katapun. James pun semakin bingung.Napas James benar-benar tidak beraturan sekarang. Selama berperang di tempat itu, baru kali itu dia merasa begitu gelisah.Bagaimana mungkin dia tidak cemas dan gelisah? Sang jenderal perang kerajaan mereka terlihat hampir kalah yang mana bisa diartikan bila kerajaan mereka juga akan kalah.Beberapa prajurit senior juga terlihat sangat tegang, benar-benar luar biasa bingung atas tindakan apa yang akan mereka ambil.Tetapi, hanya Riley yang mencoba untuk tetap tenan

    Last Updated : 2024-08-05
  • Sang Dewa Perang Terkuat    176. Kandidat Pengganti Greg Sehel

    Riley terpana ketika mendengar pendapat James yang diutarakan dengan nada penuh kehati-hatian tapi tetap terdengar serius.Pemuda itu langsung paham bila James tidak sembarangan memberikan pendapat itu.Namun, salah seorang prajurit kelas tiga yang sama sekali tidak menyukai James menanggapi, “Hei, kenapa pikiranmu picik sekali? Kau … benar-benar terlihat seperti ayahmu yang selalu menaruh curiga-”“Jangan libatkan nama ayahku dalam hal ini, senior! Dia tidak ada hubungannya dengan apa yang aku pikirkan,” potong James cepat.Dia tidak peduli pada ocehan seniornya itu. Dia tahu dia tidak memiliki waktu untuk berdebat sehingga dia menoleh ke arah Riley lagi seakan meminta sebuah dukungan.Riley mengangguk, paham akan tatapan James itu. Dan tanpa diduga oleh para prajurit lain Riley berkata, “James mungkin saja benar. Ini juga bisa jadi trik mereka untuk membuat mereka lengah sehingga … kita harus jauh lebih waspada.”James balas tersenyum samar atas perkataan Riley dan melihat sekelili

    Last Updated : 2024-08-06
  • Sang Dewa Perang Terkuat    177. Kenapa Dia Bodoh Sekali?

    “Kembalilah ke sini!” perintah Greg.Sudah jelas Greg yang akan maju menggantikan dirinya. Greg bahkan telah bersiap-siap akan berjalan maju.Reiner pun hendak berjalan kembali menuju ke arah teman-temannya lagi tapi dia segera mengurungkan niatnya tersebut dan malah membungkuk hormat pada Greg menatap heran, “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau masih di sana? “Cepat ke mari!” pinta Greg sekali lagi.Akan tetapi, Reiner bersikeras untuk tetap berdiri di tempatnya dan sekali lagi membungkuk dengan hormat seakan meminta sebuah izin.Greg mendesah pelan, masih diam saja.Namun, Reiner terlihat keras kepala dan tetap membungkuk.James mendengus, “Kenapa dia bodoh sekali? Komandan Sehel sudah datang. Dia tidak perlu ada di sana.”“Komandan Sehel terluka parah, senior Reiner tetap ingin menggantikannya,” ucap Riley dengan nada pelan.Pemuda itu menatap ke arah Greg dengan penuh kecemasan tapi saat ini dia tidak bisa melakukan apapun sehingga hanya bisa melihatnya dari jauh.Ben pun sontak me

    Last Updated : 2024-08-07
  • Sang Dewa Perang Terkuat    178. Kekacauan

    Sang staf itu hanya bisa mengangguk pasrah.Wajah Fabian Fermoza mengeras seketika. Air wajahnya terlihat kaku tapi orang-orang di sekitarnya tahu bila pria itu sedang begitu marah.Namun, sebelum dia bisa melampiaskan amarahnya, Alexander berjalan mendekat ke arahnya secara tiba-tiba, “Jenderal, seranglah mereka sekarang! Anda tidak memiliki pilihan lain.”“Keluarga Anda sedang ditahan oleh raja. Anda … harus segera bertindak,” tambah Philip yang ikut datang bersama Alexander.Fabian menghela napas dengan begitu beratnya. Tapi, beberapa detik kemudian dia berkata, “Akan aku lakukan tapi ….”Alexander lega tapi juga terlihat khawatir.“Katakan kepadanya satu pesanku,” ucap Fabian.“Ya, Jenderal?” Alexander bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.“Jika aku mati dalam perang ini, dia harus tetap membebaskan keluargaku. Biarkan mereka menjadi rakyat biasa, menang atau kalah,” kata Fabian.Alexander membelalakkan mata dan langsung ingin bertanya, tapi dia tidak memiliki waktu untuk menanya

    Last Updated : 2024-08-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    179. Kalimat Perpisahan

    Tanpa sadar Alen melakukan kesalahan dalam merawat luka komandannya itu hingga Greg berkata, “Hati-hati, anak muda. Tanganku ini harus segera pulih.”“Aku … masih harus pergi ke medan perang untuk mencari sahabat dekatmu,” tambah Greg.Andrew menatap ketegangan yang tampak di wajah Alen. Sang jenderal peran berujar pelan, “Alen, ada apa? Kau … terlihat tidak fokus.”Bagaimana mungkin Alen Smith bisa fokus setelah dia mendengar sebuah fakta penting itu? Dia bahkan merasa begitu sangat beruntung karena dia tidak langsung pingsan.Greg membuang napas dengan kasar, “Dia tidak bisa fokus karena mendengar tentang Riley.”“Ah, begitu. Maaf membuatmu terkejut,” kata Andrew yang terlihat sama sekali tidak merasa menyesal telah membongkar identitas putra jenderal perangnya di depan Alen.Alen menelan ludah dengan susah payah dan mengumpulkan sebuah keberanian untuk bertanya, “Jenderal Reece, apa yang saya dengar itu … benar?”“Bagian yang apa? Janjiku atau yang mana?” Andrew bertanya dengan tat

    Last Updated : 2024-08-09
  • Sang Dewa Perang Terkuat    180. Itu Siapa?

    Riley merasa aneh dengan perkataan Fabian. Terlebih lagi kalimat-kalimat itu disampaikan Fabian dengan nada terdengar getir.Pemuda itu pun menjadi bingung. Memang, dia menyadari bila ada keanehan dalam pertarungannya dengan Fabian kali ini. Fabian seolah memang berusaha sekuat mungkin untuk membunuh Riley, tapi pria itu tidak terlalu mementingkan keselamatannya. Seolah, Fabian memang membiarkan Riley melukainya. Namun, hal itulah yang membuat Riley semakin yakin bila Fabian sedang menyimpan sesuatu. Akan tetap, Riley tetap menjawab, “Saat saya bilang siapapun ya berarti saya juga akan menyelamatkan pihak musuh, termasuk Anda.”“Meskipun pihak musuh itu berniat ingin membunuhmu?” Fabian bertanya dengan kening berkerut.“Iya.”Fabian mengangkat kepala, menatap pemuda itu dengan tatapan lekat-lekat. Terlebih lagi, Riley kemudian menambahkan, “Ayah saya selalu mengingatkan saya untuk tidak pernah membunuh, meskipun musuh itu harus dibunuh sekalipun.”Fabian terdiam seketika, lebih te

    Last Updated : 2024-08-12
  • Sang Dewa Perang Terkuat    181. Siapa yang Membunuhnya?

    Ben menggelengkan kepala, seakan tidak sanggup berkata apapun. Sedangkan ketika melihat sekeliling, beberapa prajurit lain terlihat menundukkan kepala. Riley seketika mendesak untuk bergerak lebih dekat demi melihat wajah sang prajurit yang telah tertembak itu dan kemungkinan tewas itu.Ketika Riley akhirnya berhasil mendekat dan melihat wajah prajurit yang tidak dilindungi oleh sebuah helm pelindung itu, matanya terbelalak lebar. “Ini tidak mungkin.”“Tidak. Ini pasti sebuah kesalahan.”Riley cepat-cepat melepas helm pelindung miliknya lalu dengan tangan gemetar menyentuh wajah sang komandan yang begitu setia terhadap ayahnya.“Komandan Sehel. Bagaimana bisa?”Rasanya masih sulit untuk dipercaya bila sang komandan pemberani dan hebat itu kini tergeletak di tanah. Riley memeriksa tubuh sang komandan dan berteriak histeris, “Dia tidak mungkin mati. Staf medis, staf medis. Tolong!”“Staf medis!” teriak pemuda itu dengan nada lebih kencang.Beberapa staf medis berdatangan. Para prajur

    Last Updated : 2024-08-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    182. Dia Menggila!

    Seorang prajurit kelas dua yang datang bersama dengan para anggota staf medis itu pun segera menjelaskan apa yang terjadi.Andrew Reece mendengarkan tanpa menyela sedikit pun.Sementara Alen Smith yang juga mendengarkan secara seksama cerita tentang kejadian yang merenggut nyawa Greg Sehel, salah satu komandan terbaik itu pun menitikkan air mata.Alen segera memeriksa tubuh Greg dengan perasaan sedih yang begitu menyiksa usai sang prajurit menyelesaikan ceritanya.Andrew mendekat dan duduk di samping Alen. Dia lalu berbisik, “Greg, Jenderal Mackenzie pasti akan sedih mendengar semua ini, tapi … dia juga akan berterima kasih karena kau telah menyelamatkan putranya.”Alen mendengar semua perkataan Andrew tersebut dan merasa begitu sangat kagum terhadap Greg.“Komandan Sehel adalah salah satu komandan yang kesetiannya benar-benar sangat tinggi, namanya akan dikenang sebagai seorang pahlawan atas semua jasa yang telah diberikannya,” kata Alen.Semua orang di dalam tenda itu setuju akan uc

    Last Updated : 2024-08-14

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

  • Sang Dewa Perang Terkuat    32. Bukankah Kami Berhak?

    Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun dend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    31. Perisai

    Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it

  • Sang Dewa Perang Terkuat    30. Kau Bisa Membantuku?

    “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i

  • Sang Dewa Perang Terkuat    29. Keresahan

    “Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    28. Kegagalan?

    Selama Ben mengenal James, baru saat itu dia melihat James terlihat begitu sangat frustasi.Biasanya James selalu tampak datar, dingin dan tak jarang malah tanpa emosi. Akan tetapi, James yang sangat kaku itu telah berubah.Rasa cemas dan gelisah itu ditampakkan dengan jelas. Hal itu tentu membuat Ben cukup bingung menanggapinya.Akan tetapi, dia kemudian mendengar Reiner berkata, “Tenanglah, James! Ini bukan berarti kau tidak bisa membawa Riley pulan selamanya. Namun, kau hanya belum bisa membawanya pulang saat ini saja.”Reiner menepuk punggung James yang terlihat sedikit bergetar itu. Oh, Reiner sangat terkejut. Rupanya James benar-benar sangat memikirkan perasaan putra sahabat mereka itu. “Ingat, James. Kita akan kembali ke sana untuk mencarinya lagi, jadi kau tidak perlu merasa bersalah,” Reiner menambahkan.Bukannya menjadi tenang, James malah semakin resah. Pria muda itu menoleh ke arah Reiner dan membalas, “Bagaimana bisa aku tidak merasa bersalah, Rei? Aku … sudah berjanji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    27. Apa yang Harus Aku Lakukan?

    Seakan baru tersadar, James sontak mengangguk perlahan, “Kau benar, Rei. Kita … harus kembali ke istana dan menyusun strategi lagi untuk menemukan Riley.”Reiner pun akhirnya bisa bernapas dengan penuh kelegaan.“Ayo! Kita harus segera meninggalkan tempat ini terlebih dulu,” ucap Reiner.James melihat sekeliling area tersebut untuk yang terakhir kalinya. Setelah dia merasa semua usahanya sudah cukup untuk saat itu, dia segera naik ke pesawat yang akan membawanya kembali menuju Kerajaan Ans De Lou.Selama dalam perjalanan, James lebih banyak terdiam.Sementara Reiner dan Ben yang juga berada di dalam pesawat yang sama dengan James berulang kali masih mengajak James berbicara. Namun, pria muda itu tetap memilih untuk diam.Padahal, Reiner ingin menghiburnya dengan cara mengalihkan perhatian James dari masalah Riley yang belum ditemukan. Sayangnya, dia masih gagal melakukannya. James masih terlihat tidak ing

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status