James melepaskan tangan Riley dari tubuhnya dan hal itu semakin membuat Riley cemas luar biasa. Tetapi, Riley tahu dia tidak boleh gegabah sehingga dia hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi sebelum James menjawab pertanyaannya.James mendesah pelan, “Aku rasa mereka sudah menemukan putra jenderal perang legendaris itu. Tapi … mereka menyembunyikannya.”Riley mengerjapkan mata, “Kau … mendengar itu semua dari-”“Aku tidak sengaja lewat di depan tenda mereka di saat Jenderal Reece berbicara dengan Komandan Sehel,” kata James jujur.Dia memperhatikan sekelilingnya lagi dan ketika merasa bahwa situasi aman, dia baru melanjutkan, “Mereka menyebut putra Jenderal Mackenzie yang juga ikut dalam perang ini.”Dia menatap Riley yang menelan ludah dengan kasar, seolah meminta Riley berbicara tentang sesuatu. Tapi, Riley malah bertanya, “Apa mereka menyebutkan sebuah nama?”James cepat-cepat menggelengkan kepala, “Kalau mereka menyebutkan namanya, aku pasti tidak akan di sini diam
Sebenarnya perkataan Shin tersebut melukai harga diri para prajurit itu. Namun, mereka tidak dibiarkan untuk membalas ucapan Shin menyebalkan itu dikarenakan tiba-tiba saja pasukan musuh menembakkan beberapa peluru yang diarahkan kepada mereka. Sebagian dari mereka pun berpencar dengan segera, menyiapkan serangan balasan. Shin juga sudah hendak melakukan pembalasan pada pasukan musuh itu, tapi dia melihat James hanya diam saja, alias tak bergerak sedikitpun. Dengan agak panik sambil mulai menembak ke arah musuh, Shin pun berkata, “Kenapa kau diam saja, James?”James mengangkat bahu, “Aku tidak akan bertindak apapun jika mereka tidak menginginkannya.”Perkataan itu terdengar oleh banyak pasukan dari kelas tiga dan mereka terlihat senang mendengarnya.“JAMES!” teriak Shin dengan jengkel.Tapi, pria itu tidak mau memaksa juniornya itu dan dia pun tidak ingin rekan-rekannya tidak menghargai James sehingga dia memilih untuk berkonsentrasi pada pertempuran yang terjadi.Sementara itu, h
James Gardner memutar kepala ke arah orang yang baru saja berbicara itu. Sedangkan Riley dan Alen saling melirik seolah tahu bila akan ada hal buruk yang mungkin terjadi.James tersenyum pada sang senior itu dan berkata, “Senior, apa yang membuat Anda menyimpulkan kalau saya membutuhkan perhatian?”Joseph Cole mengangkat bahu lalu menyeringai, “Bukankah sudah jelas, Gardner? Kau mengatakan kami ini menyebalkan karena tidak menyebut-nyebut tentang jasamu itu?”“Tidak begitu. Anda salah paham,” ucap James masih terdengar santai dan itu di luar prediksi Riley.Alen bahkan menaikkan alis kanan lantaran tak percaya bahwa James masih bisa menggunakan kata-kata dan nada yang lembut.“Salah paham? Apa menurutmu aku tidak bisa mencerna apa yang kau bicarakan dengan dua temanmu ini, Gardner?” balas Joseph, kali ini sambil menyipitkan mata.James menghampiri Joseph yang terkejut dengan langkah yang diambil oleh James. Tapi, Joseph masih menatap waspada pada juniornya itu.“Senior, yang saya maks
“Tenanglah, Jenderal Reece tidak mungkin kalah,” kata seorang prajurit kelas dua yang terdengar masih penuh keyakinan.James memejamkan mata selama satu detik dan membalas, “Hei, ini bukan saatnya berpikir positif. Tapi, ini saatnya kita bersiap-siap akan segala kemungkinan yang bisa terjadi, bahkan juga kemungkinan yang terburuk sekalipun.”Ben menggelengkan kepala, “James, kita lihat saja dulu.”James menoleh ke arah Riley dan melihat Riley hanya menatap serius tanpa mengucapkan sepatah katapun. James pun semakin bingung.Napas James benar-benar tidak beraturan sekarang. Selama berperang di tempat itu, baru kali itu dia merasa begitu gelisah.Bagaimana mungkin dia tidak cemas dan gelisah? Sang jenderal perang kerajaan mereka terlihat hampir kalah yang mana bisa diartikan bila kerajaan mereka juga akan kalah.Beberapa prajurit senior juga terlihat sangat tegang, benar-benar luar biasa bingung atas tindakan apa yang akan mereka ambil.Tetapi, hanya Riley yang mencoba untuk tetap tenan
Riley terpana ketika mendengar pendapat James yang diutarakan dengan nada penuh kehati-hatian tapi tetap terdengar serius.Pemuda itu langsung paham bila James tidak sembarangan memberikan pendapat itu.Namun, salah seorang prajurit kelas tiga yang sama sekali tidak menyukai James menanggapi, “Hei, kenapa pikiranmu picik sekali? Kau … benar-benar terlihat seperti ayahmu yang selalu menaruh curiga-”“Jangan libatkan nama ayahku dalam hal ini, senior! Dia tidak ada hubungannya dengan apa yang aku pikirkan,” potong James cepat.Dia tidak peduli pada ocehan seniornya itu. Dia tahu dia tidak memiliki waktu untuk berdebat sehingga dia menoleh ke arah Riley lagi seakan meminta sebuah dukungan.Riley mengangguk, paham akan tatapan James itu. Dan tanpa diduga oleh para prajurit lain Riley berkata, “James mungkin saja benar. Ini juga bisa jadi trik mereka untuk membuat mereka lengah sehingga … kita harus jauh lebih waspada.”James balas tersenyum samar atas perkataan Riley dan melihat sekelili
“Kembalilah ke sini!” perintah Greg.Sudah jelas Greg yang akan maju menggantikan dirinya. Greg bahkan telah bersiap-siap akan berjalan maju.Reiner pun hendak berjalan kembali menuju ke arah teman-temannya lagi tapi dia segera mengurungkan niatnya tersebut dan malah membungkuk hormat pada Greg menatap heran, “Apa yang kau lakukan? Kenapa kau masih di sana? “Cepat ke mari!” pinta Greg sekali lagi.Akan tetapi, Reiner bersikeras untuk tetap berdiri di tempatnya dan sekali lagi membungkuk dengan hormat seakan meminta sebuah izin.Greg mendesah pelan, masih diam saja.Namun, Reiner terlihat keras kepala dan tetap membungkuk.James mendengus, “Kenapa dia bodoh sekali? Komandan Sehel sudah datang. Dia tidak perlu ada di sana.”“Komandan Sehel terluka parah, senior Reiner tetap ingin menggantikannya,” ucap Riley dengan nada pelan.Pemuda itu menatap ke arah Greg dengan penuh kecemasan tapi saat ini dia tidak bisa melakukan apapun sehingga hanya bisa melihatnya dari jauh.Ben pun sontak me
Sang staf itu hanya bisa mengangguk pasrah.Wajah Fabian Fermoza mengeras seketika. Air wajahnya terlihat kaku tapi orang-orang di sekitarnya tahu bila pria itu sedang begitu marah.Namun, sebelum dia bisa melampiaskan amarahnya, Alexander berjalan mendekat ke arahnya secara tiba-tiba, “Jenderal, seranglah mereka sekarang! Anda tidak memiliki pilihan lain.”“Keluarga Anda sedang ditahan oleh raja. Anda … harus segera bertindak,” tambah Philip yang ikut datang bersama Alexander.Fabian menghela napas dengan begitu beratnya. Tapi, beberapa detik kemudian dia berkata, “Akan aku lakukan tapi ….”Alexander lega tapi juga terlihat khawatir.“Katakan kepadanya satu pesanku,” ucap Fabian.“Ya, Jenderal?” Alexander bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.“Jika aku mati dalam perang ini, dia harus tetap membebaskan keluargaku. Biarkan mereka menjadi rakyat biasa, menang atau kalah,” kata Fabian.Alexander membelalakkan mata dan langsung ingin bertanya, tapi dia tidak memiliki waktu untuk menanya
Tanpa sadar Alen melakukan kesalahan dalam merawat luka komandannya itu hingga Greg berkata, “Hati-hati, anak muda. Tanganku ini harus segera pulih.”“Aku … masih harus pergi ke medan perang untuk mencari sahabat dekatmu,” tambah Greg.Andrew menatap ketegangan yang tampak di wajah Alen. Sang jenderal peran berujar pelan, “Alen, ada apa? Kau … terlihat tidak fokus.”Bagaimana mungkin Alen Smith bisa fokus setelah dia mendengar sebuah fakta penting itu? Dia bahkan merasa begitu sangat beruntung karena dia tidak langsung pingsan.Greg membuang napas dengan kasar, “Dia tidak bisa fokus karena mendengar tentang Riley.”“Ah, begitu. Maaf membuatmu terkejut,” kata Andrew yang terlihat sama sekali tidak merasa menyesal telah membongkar identitas putra jenderal perangnya di depan Alen.Alen menelan ludah dengan susah payah dan mengumpulkan sebuah keberanian untuk bertanya, “Jenderal Reece, apa yang saya dengar itu … benar?”“Bagian yang apa? Janjiku atau yang mana?” Andrew bertanya dengan tat
Xylan kembali tersenyum santai menanggapi sikap James yang masih belum berubah.Sang raja calon raja masa depan itu pun dengan tenang menjawab, “Karena aku sudah di sini, tentu saja … konsekuensi yang kau terima akan jauh lebih buruk, Wakil Jenderal Perang.”Brengsek, James hanya berani mengumpat dalam hati.Tentu saja meskipun dia sangat kesal pada pria yang usianya terpaut beberapa tahun lebih muda darinya itu, dia tidak bisa langsung mengumpat secara langsung. Dia tidak bodoh. Xylan bisa memenggal kepalanya dengan mudah.“Jadi, bagaimana? Apa kau … masih tetap menolak, Wakil Jenderal Perang?” Xylan bertanya dengan nada mendesak.James menggertakkan gigi dan dengan menahan kesal dia pun menjawab, “Mana bisa saya menolak jika Anda sudah mengancam saya seperti itu, Yang Mulia?”Xylan terkekeh pelan.Hal itu membuat James menjadi waspada. Setelah dia melihat perubahan Xylan Wellington, dari yang dulu adalah remaja belasan tahun lalu saat berdiri tidak jauh darinya menjadi seorang pri
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs