Tanpa sadar Alen melakukan kesalahan dalam merawat luka komandannya itu hingga Greg berkata, “Hati-hati, anak muda. Tanganku ini harus segera pulih.”“Aku … masih harus pergi ke medan perang untuk mencari sahabat dekatmu,” tambah Greg.Andrew menatap ketegangan yang tampak di wajah Alen. Sang jenderal peran berujar pelan, “Alen, ada apa? Kau … terlihat tidak fokus.”Bagaimana mungkin Alen Smith bisa fokus setelah dia mendengar sebuah fakta penting itu? Dia bahkan merasa begitu sangat beruntung karena dia tidak langsung pingsan.Greg membuang napas dengan kasar, “Dia tidak bisa fokus karena mendengar tentang Riley.”“Ah, begitu. Maaf membuatmu terkejut,” kata Andrew yang terlihat sama sekali tidak merasa menyesal telah membongkar identitas putra jenderal perangnya di depan Alen.Alen menelan ludah dengan susah payah dan mengumpulkan sebuah keberanian untuk bertanya, “Jenderal Reece, apa yang saya dengar itu … benar?”“Bagian yang apa? Janjiku atau yang mana?” Andrew bertanya dengan tat
Riley merasa aneh dengan perkataan Fabian. Terlebih lagi kalimat-kalimat itu disampaikan Fabian dengan nada terdengar getir.Pemuda itu pun menjadi bingung. Memang, dia menyadari bila ada keanehan dalam pertarungannya dengan Fabian kali ini. Fabian seolah memang berusaha sekuat mungkin untuk membunuh Riley, tapi pria itu tidak terlalu mementingkan keselamatannya. Seolah, Fabian memang membiarkan Riley melukainya. Namun, hal itulah yang membuat Riley semakin yakin bila Fabian sedang menyimpan sesuatu. Akan tetap, Riley tetap menjawab, “Saat saya bilang siapapun ya berarti saya juga akan menyelamatkan pihak musuh, termasuk Anda.”“Meskipun pihak musuh itu berniat ingin membunuhmu?” Fabian bertanya dengan kening berkerut.“Iya.”Fabian mengangkat kepala, menatap pemuda itu dengan tatapan lekat-lekat. Terlebih lagi, Riley kemudian menambahkan, “Ayah saya selalu mengingatkan saya untuk tidak pernah membunuh, meskipun musuh itu harus dibunuh sekalipun.”Fabian terdiam seketika, lebih te
Ben menggelengkan kepala, seakan tidak sanggup berkata apapun. Sedangkan ketika melihat sekeliling, beberapa prajurit lain terlihat menundukkan kepala. Riley seketika mendesak untuk bergerak lebih dekat demi melihat wajah sang prajurit yang telah tertembak itu dan kemungkinan tewas itu.Ketika Riley akhirnya berhasil mendekat dan melihat wajah prajurit yang tidak dilindungi oleh sebuah helm pelindung itu, matanya terbelalak lebar. “Ini tidak mungkin.”“Tidak. Ini pasti sebuah kesalahan.”Riley cepat-cepat melepas helm pelindung miliknya lalu dengan tangan gemetar menyentuh wajah sang komandan yang begitu setia terhadap ayahnya.“Komandan Sehel. Bagaimana bisa?”Rasanya masih sulit untuk dipercaya bila sang komandan pemberani dan hebat itu kini tergeletak di tanah. Riley memeriksa tubuh sang komandan dan berteriak histeris, “Dia tidak mungkin mati. Staf medis, staf medis. Tolong!”“Staf medis!” teriak pemuda itu dengan nada lebih kencang.Beberapa staf medis berdatangan. Para prajur
Seorang prajurit kelas dua yang datang bersama dengan para anggota staf medis itu pun segera menjelaskan apa yang terjadi.Andrew Reece mendengarkan tanpa menyela sedikit pun.Sementara Alen Smith yang juga mendengarkan secara seksama cerita tentang kejadian yang merenggut nyawa Greg Sehel, salah satu komandan terbaik itu pun menitikkan air mata.Alen segera memeriksa tubuh Greg dengan perasaan sedih yang begitu menyiksa usai sang prajurit menyelesaikan ceritanya.Andrew mendekat dan duduk di samping Alen. Dia lalu berbisik, “Greg, Jenderal Mackenzie pasti akan sedih mendengar semua ini, tapi … dia juga akan berterima kasih karena kau telah menyelamatkan putranya.”Alen mendengar semua perkataan Andrew tersebut dan merasa begitu sangat kagum terhadap Greg.“Komandan Sehel adalah salah satu komandan yang kesetiannya benar-benar sangat tinggi, namanya akan dikenang sebagai seorang pahlawan atas semua jasa yang telah diberikannya,” kata Alen.Semua orang di dalam tenda itu setuju akan uc
Mendengar ancaman pihak lawannya, Riley hanya menanggapi, “Kau pikir aku bodoh?” Dia mengangkat senjatanya dan diarahkan ke sang musuh. Dia bahkan dengan tenang mengarahkan senjata itu tepat pada jantung prajurit yang berdiri agak jauh darinya itu.Sang prajurit Kerajaan Fermoza bernama Hugo Wilson yang tidak mengenakan helm pelindung tersebut menaikkan alis, tampak kaget. “Kau-”“Tembak saja kalau kau bisa,” kata Riley tanpa rasa takut. Genggamannya pada senjata miliknya malah terlihat semakin kuat.Ben tersenyum, memuji ketika melihat ketenangan Riley. Dia tidak terkejut sama sekali dengan keputusan yang Riley ambil. Dia sendiri tidak masalah jika harus mati di sana. Yang dia pikirkan justru ketika Riley mau menuruti keinginan musuh mereka dan menjatuhkan senjata, sama halnya mereka telah menyerahkan diri pada musuh.“Kau menantangku, Anak Muda? Apa kau tidak tahu akulah-”“Iya, aku tahu tentu saja. Kau … yang membunuh komandanku dan-”“Dan kau masih berani menghadapiku?” sebuah
Ben tiba-tiba tertawa kencang hingga membuat James, Riley dan Shin mengira bila temannya itu telah gila.Bahkan, para prajurit Kerajaan Fermoza juga terlihat kaget dengan reaksi yang ditunjukkan oleh lawan mereka tersebut.“Kalau saja Jenderal Perang Fermoza tidak berbuat curang, tidak mungkin dia akan dibunuh oleh Komandan Perang kami. Kalian aneh sekali!” kata Ben terdengar kesal.Rupanya perkataan Ben tersebut berhasil membuat para pasukan musuh yang tersisa tidak terlalu banyak itu terdiam.Reiner pun menambahkan, “Siapapun tahu bila dalam duel di antara dua orang itu memiliki peraturan yang jelas. Jika mereka memutuskan untuk tidak memakai senjata berarti semua harus mematuhinya. Tapi, kenyataannya yang terjadi Fabian Fermoza melanggarnya.”“Benar, jadi tidak salah jika Komandan Perang kami membunuhnya. Itu sebagai upaya melindungi diri,” lanjut salah seorang prajurit kelas satu lainnya.Para pasukan musuh itu terlihat tetap tidak bisa menerimanya. Salah satu di antara mereka ber
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Alen tersadar. Dia langsung mengerti hampir saja kelepasan berbicara tentang hal yang seharusnya tidak dia bicarakan. Kini, semua rekan prajurit memandangnya dengan tatapan penuh penasaran. Oh, Alen ingin menjahit mulutnya sendiri yang telah membuat dirinya sendiri berada di dalam situasi yang tidak menyenangkan.“Hei, soal apa? Katakan! Mengapa kau hanya diam saja?” desak James.Reiner juga ikut berkata, “Hm, tapi … kalau itu memang sebuah rahasia, kau … tidak boleh mengatakannya pada kami.”Alen sontak menoleh ke arah Reiner, prajurit yang merupakan calon pengganti Greg Sehel itu. Menurut dirinya, Reiner benar-benar cukup bijaksana. Dia pun yakin suatu saat Reiner akan menjadi seorang komandan hebat yang berkarisma.Tetapi, sayangnya rekan prajurit lain kembali berkata, “Hei, kau tadi sudah memberikan sebuah pernyataan. Kau … membuat kami sangat penasaran, Smith.”Alen pun mendesah dan mencoba memutar otak untuk memberikan jawaban yang a
William Mackenzie pun seketika terdiam cukup lama. Namun, Keannu Wellington tetap menunggu dengan sabar, seakan memberi waktu bagi William untuk berpikir.Dan pada akhirnya Keannu mendengar William berkata, “Iya, Yang Mulia. Saya akan hadir dalam pemakaman Greg Sehel.”Keannu menghela napas, lega dan senang William mau melakukan apa yang dia inginkan.Sebenarnya, raja yang memiliki dua anak itu bukan ingin mendorong William Mackenzie untuk membahayakan Riley. Jelas sekali ini sangat jauh berbeda. Dia berpikir kemunculan William ke publik tidak akan membawa dampak buruk untuk Riley selama tetap tidak ada yang tahu identitas asli Riley.Maka, Keannu menambahkan, “Jangan khawatir! Identitas Riley akan tetap aman dan tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali yang sudah tahu. Kau tahu kan … hanya anggota keluarga kerajaan dan Andrew Reece saja yang tahu.”William mengangguk, tidak ragu sama sekali perihal kebenaran apa yang disampaikan oleh Keannu tersebut.Selain berbicara dengan Willi