“Aku pun juga tidak pernah mengira jika dia akan senekad itu. Astaga! Apa yang sedang dia pikirkan?” Monica yang berdiri berkata tanpa mengedipkan mata.Matanya masih menatap lurus-lurus ke arah putrinya yang saat itu masih enggan melepaskan pelukannya pada Riley. Sementara itu, Xylan, sang pangeran muda hanya bisa menggelengkan kepala, “Kakakku sepertinya sudah tergila-gila pada putra Jenderal Mackenzie, Ibu.”Tidak lama setelah itu, pemuda berusia lima belas tahun itu menambahkan, “Mungkin Ayah harus segera mengatur pernikahan mereka sebelum … semuanya terlambat.”Keannu sontak memutar kepala ke arah sang putra, “Terlambat bagaimana maksudmu, Xylan?”“Hm, Ayah. Kau … pasti tahu bahwa ... Rowena terkadang di luar prediksi. Dia ….” Xylan mengangkat bahu, tidak sanggup mengatakan apa yang sedang dia pikirkan pada sang ayah.Akan tetapi, Keannu telah memahami maksud perkataan putranya dan sang raja yang masih terlihat tampan di usianya yang telah lebih dari separuh abad itu mendesah pe
Riley seketika mendekat dan memeluk ayahnya dengan erat.William balas memeluk tidak kalah erat sembari menepuk-nepuk bahu Riley. Sesaat setelahnya, Rowena yang menyaksikan adegan itu berujar, “Jenderal Mackenzie, saya akan keluar. Anda bisa berbicara dengan Riley berdua saja.”William melemparkan sebuah senyuman penuh ucapan terima kasih pada Rowena yang kemudian dibalas dengan sebuah anggukan kecil oleh gadis muda itu.“Aku tunggu kau di luar, Riley,” kata Rowena pelan sebelum gadis itu melangkah keluar dari kediaman Xylan.Begitu Rowena telah pergi, Riley berkata, “Bagaimana kau masih bisa ada di sini, Ayah?”“Aku pikir kau langsung pulang setelah perang selesai,” lanjut Riley.William menghela napas panjang, “Ayah akan menjadi orang yang tidak tahu diri jika Ayah langsung pergi, Riley. Ayah akan tetap berada di sini, menghadiri pemakaman Greg Sehel.”“Tapi, Ayah ….”William pun segera menenangkan putranya dan berkata, “Kau, tenang saja! Ayah sudah mengatur semuanya. James tidak a
William Mackenzie segera memegang pundak putranya. Pria itu lalu merendahkan suaranya, “Hadirilah pemakamannya dan bicaralah dengan keluarganya, Riley.”Riley terhenyak. Menghadiri pemakaman Greg Sehel memang sebuah kewajiban, tapi untuk hal kedua yang dikatakan oleh ayahnya itu Riley tidak yakin.“Kenapa kau terdiam?”Riley membasahi bibir bawahnya, “Ayah, apa yang bisa aku bicarakan dengan keluarganya?”William tersenyum, “Kau akan tahu sendiri ketika kau sudah bertemu dengan mereka.”“Tapi, Ayah ….”“Kau akan menemukan caranya sendiri. Percayalah pada Ayah, Riley! Kau pasti bisa melakukannya.” William mengangguk dengan penuh keyakinan pada sang putra.Riley yang masih tidak tahu apa yang harus dia katakan itu hanya bisa balas mengangguk.“Riley, kau harus kembali,” kata William kemudian.Hah? Secepat itu? Riley agak terkejut. Dia baru saja beberapa menit berbicara dengan ayahnya tapi sudah diminta pergi.“Mengapa, Ayah?” Riley bertanya dengan penuh keheranan.“Putri Rowena yang m
Oh, ternyata perkataan sang ayah memang benar. Semua yang dilakukan oleh seorang anggota kerajaan dengan cepat tersebar, seakan tidak ada rahasia di istana jika hal itu menyangkut mereka.Benar saja kabar itu cepat sekali sampai ke telinga setiap penghuni istana. Sebab, kejadian di mana Rowena membawanya pergi memang disaksikan oleh seluruh prajurit. Maka, dengan mudah mata-mata yang menjadi saksi itu mencari-cari keberadaan dirinya dan sang putri raja. Menyadari semua itu, Riley pun menghela napas panjang.“Kami pergi ke istana Pangeran Xylan karena kediaman beliau memang paling dekat dengan lapangan. Di samping itu, Putri Rowena … tahu apa yang aku alami sehingga dia … mencoba menghiburku,” jelas Riley sedikit agak panjang sehingga tidak ada yang akan bertanya lagi.Tetapi, sayangnya seseorang merasa penjelasan itu tidak cukup dan dia pun masih bertanya, “Oh, lantas apa yang dilakukan oleh Putri Rowena untuk menghiburmu?”“Huh, kau mau mati? Berani sekali bertanya hal yang begitu s
“Tidak salah lagi, itu benar-benar Jenderal Mackenzie.”Seseorang dengan begitu antusias berbicara, “Lihatlah bajunya! Itu baju yang dipajang di gedung perak kan?”Salah seorang calon prajurit yang berbaris sejajar dengan Riley pun menanggapi, “Benar. Itu benar. Itu benar-benar baju perang milik Jenderal Mackenzie.”“Aku tidak mungkin salah, itu sungguh-sungguh Jenderal Mackenzie.”“Astaga! Ini luar biasa, aku bisa melihat secara langsung legenda itu. Seorang jenderal perang terbaik yang pernah dimiliki oleh kerajaan ini.”Tetapi, kemudian seseorang berbisik dengan nada sedikit agak pelan, “Tapi, tunggu dulu! Apa yang sedang dilakukan jenderal perang terhebat itu di sini?”“Bukankah dia telah memutuskan untuk tidak pernah muncul di publik? Lalu, mengapa sekarang dia malah ada di sini?”“Apa dia mau kembali?”Seseorang yang lain mendecakkan lidah, “Jangan asal berbicara! Bukankah dia sudah terlalu tua untuk kembali? Mungkin … dia memiliki suatu kepentingan di sini.”Alen Smith yang ber
Jelas perkataan James memang sebuah fakta yang tidak bisa dibantah sehingga ketika dia berbicara seperti itu tidak ada satupun dari prajurit yang berbaris di dekatnya yang membalasnya.Tetapi, James tetap berkata lagi, “Apa hebatnya orang itu sampai Raja Keannu terlalu memberinya sebuah keistimewaan yang besar?”Riley tetap terdiam sampai akhirnya James kesal sendiri dan menyenggol lengannya, “Wood, katakan sesuatu! Mengapa orang itu diperlakukan lebih baik dibanding yang lain?”Riley tentu saja tidak bisa menghindar lagi sehingga dia pun menjawab, “Bagaimana mungkin aku bisa tahu apa yang dipikirkan oleh raja, James?”“Dia yang memutuskan hal itu dan hanya dia yang tahu jawabannya,” lanjut Riley.Namun, sesungguhnya Riley menebak semua yang dilakukan oleh Keannu Wellington tersebut sebagai sebuah penghormatan untuk Greg Sehel. Greg terbunuh dikarenakan menyelamatkan dirinya sehingga ayahnya diizinkan untuk melakukannya.Akan tetapi, tentu saja tidak mungkin dia mengatakan hal itu di
Tidak mau membiarkan Riley menghadapi Justin Donovan sendirian, Alen pun kembali membuka suara, “Benar. Dan asal kau tahu … dengan cara bicaramu itu, kau seperti menghina pengorbanan yang dilakukan oleh Komandan Sehel. Kau tahu itu atau tidak?”Mata Justin sontak melotot tidak percaya, “Apa maksudmu aku menghina pengorbanannya?”“Tentu saja kau menghinanya. Pengorbanan itu tidak seharusnya dipertanyakan, tapi cukup dihargai. Tapi kau … malah bersepekulasi terus menerus,” jawab Alen.Mendengar jawaban Alen tersebut, Justin seperti baru saja ditampar hingga akhirnya ekspresi pemuda itu yang sebelumnya kaku menjadi sedikit agak lunak.Tanpa kata, Justin pun berpindah tempat. Alen memejamkan mata penuh kelegaan, sementara James berkomentar, “Mulut besarnya itu sangat keterlaluan. Astaga!”“Sudahlah, James. Upacaranya akan dilakukan sebentar lagi,” kata Riley yang kembali fokus pada proses pemakaman.Terlihat di depan sana, William Mackenzie, Andrew Reece dan sejumlah komandan serta para
Riley kesulitan menjawab pertanyaan James itu hingga pemuda itu hanya diam saja. Namun, ada seseorang yang tiba-tiba menjawab, “James, kalau kau berpikir Jenderal Mackenzie mengirim putranya ke sini untuk berkompetisi denganmu, kau sudah salah besar.”“Salah bagaimana?” balas James seraya menoleh ke arah Alen.Riley cukup terkejut mendengar pembelaan sahabatnya itu. Sungguh tidak pernah menyangka bila Alen melakukan hal itu. Alen mendesah, “Astaga, James. Kau tahu sendiri bila putranya saja tidak menggunakan nama belakang ayahnya, sudah jelas masalah pengiriman putranya ke istana ini tidak ada hubungannya denganmu.”Pemuda itu berhenti sejenak dan melirik ke arah Riley, baru kemudian lanjut berkata, “Bahkan, aku sangat ragu kalau dia tahu kau ada juga di sini.”Alen mengerutkan kening tapi James masih diam mendengarkan seakan tahu jika Alen belum selesai berkata-kata.“Maksudku … bahkan tidak ada yang tahu mengenai ayahmu memiliki seorang putra, informasi tentangmu tidak dicantumkan
“Pasti bisa, Diego,” jawab James.“Dia pasti bisa menunggu,” James mengulang lagi dengan penekanan.Diego justru terlihat tidak yakin mendengar jawaban James.James biasanya enggan menjelaskan terlalu detail tentang apa yang dia pikirkan. Namun, Diego adalah salah satu sahabat baiknya sehingga dia pun tidak ingin membuat sahabatnya bingung.Maka, James pun berkata, “Dia bukan orang yang mudah dikalahkan, Diego. Dan … ada satu hal yang perlu kau tahu.”“Apa itu?” Diego bertanya dengan alis naik sebelah.“Ayahnya sendiri, maksudku Jenderal Mackenzie berkata padaku bahwa putranya … tidak akan mati dengan mudah,” jelas James.Diego tercengang sampai tidak berani membalas.James seketika yakin tugasnya menjelaskannya telah selesai, tapi dia tetap menambahkan, “Kalau seorang jenderal besar dan terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou saja mengatakan demikian, bukankah kemungkinannya memang sangat besar kalau Riley masih hidup di luar sana.”Diego terdiam selama beberapa saat.Tetapi,
Bibir William terangkat ke atas sekali lagi, membentuk sebuah senyuman hangat.“James, tanpa aku menjelaskannya, kau … pasti tahu sendiri kan?” William berkata pelan.Setelah itu sang lelaki tua yang dulu pernah menjadi seorang prajurit terkuat di kerajaan itu pun menepuk punggung belakang James dan kemudian pergi meninggalkan James yang termenung.Pria muda itu menelan ludah secara susah payah. Tiba-tiba saja dia teringat semua hal tentang Riley, lebih tepatnya persahabatan mereka yang telah mereka jalin sejak awal.Semua kenangan-kenangan itu kembali muncul. Salah satu kenangan yang mengusiknya adalah ketika mereka masih belum resmi dilantik menjadi prajurit. Saat itu dia kesal dan mengambil keputusan bodoh dan nekad yakni menyerang musuh sebagai pembuktian bahwa dia berbeda dari sang ayah. Lalu, satu-satunya orang yang benar-benar peduli terhadapnya adalah Riley. Dialah yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Pada waktu itu, dia dan Riley sama-sama berstatus sebagai seora
James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti
James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam
Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard
“Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem
“Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la
Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi
“Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per