Sang staf itu hanya bisa mengangguk pasrah.Wajah Fabian Fermoza mengeras seketika. Air wajahnya terlihat kaku tapi orang-orang di sekitarnya tahu bila pria itu sedang begitu marah.Namun, sebelum dia bisa melampiaskan amarahnya, Alexander berjalan mendekat ke arahnya secara tiba-tiba, “Jenderal, seranglah mereka sekarang! Anda tidak memiliki pilihan lain.”“Keluarga Anda sedang ditahan oleh raja. Anda … harus segera bertindak,” tambah Philip yang ikut datang bersama Alexander.Fabian menghela napas dengan begitu beratnya. Tapi, beberapa detik kemudian dia berkata, “Akan aku lakukan tapi ….”Alexander lega tapi juga terlihat khawatir.“Katakan kepadanya satu pesanku,” ucap Fabian.“Ya, Jenderal?” Alexander bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.“Jika aku mati dalam perang ini, dia harus tetap membebaskan keluargaku. Biarkan mereka menjadi rakyat biasa, menang atau kalah,” kata Fabian.Alexander membelalakkan mata dan langsung ingin bertanya, tapi dia tidak memiliki waktu untuk menanya
Tanpa sadar Alen melakukan kesalahan dalam merawat luka komandannya itu hingga Greg berkata, “Hati-hati, anak muda. Tanganku ini harus segera pulih.”“Aku … masih harus pergi ke medan perang untuk mencari sahabat dekatmu,” tambah Greg.Andrew menatap ketegangan yang tampak di wajah Alen. Sang jenderal peran berujar pelan, “Alen, ada apa? Kau … terlihat tidak fokus.”Bagaimana mungkin Alen Smith bisa fokus setelah dia mendengar sebuah fakta penting itu? Dia bahkan merasa begitu sangat beruntung karena dia tidak langsung pingsan.Greg membuang napas dengan kasar, “Dia tidak bisa fokus karena mendengar tentang Riley.”“Ah, begitu. Maaf membuatmu terkejut,” kata Andrew yang terlihat sama sekali tidak merasa menyesal telah membongkar identitas putra jenderal perangnya di depan Alen.Alen menelan ludah dengan susah payah dan mengumpulkan sebuah keberanian untuk bertanya, “Jenderal Reece, apa yang saya dengar itu … benar?”“Bagian yang apa? Janjiku atau yang mana?” Andrew bertanya dengan tat
Riley merasa aneh dengan perkataan Fabian. Terlebih lagi kalimat-kalimat itu disampaikan Fabian dengan nada terdengar getir.Pemuda itu pun menjadi bingung. Memang, dia menyadari bila ada keanehan dalam pertarungannya dengan Fabian kali ini. Fabian seolah memang berusaha sekuat mungkin untuk membunuh Riley, tapi pria itu tidak terlalu mementingkan keselamatannya. Seolah, Fabian memang membiarkan Riley melukainya. Namun, hal itulah yang membuat Riley semakin yakin bila Fabian sedang menyimpan sesuatu. Akan tetap, Riley tetap menjawab, “Saat saya bilang siapapun ya berarti saya juga akan menyelamatkan pihak musuh, termasuk Anda.”“Meskipun pihak musuh itu berniat ingin membunuhmu?” Fabian bertanya dengan kening berkerut.“Iya.”Fabian mengangkat kepala, menatap pemuda itu dengan tatapan lekat-lekat. Terlebih lagi, Riley kemudian menambahkan, “Ayah saya selalu mengingatkan saya untuk tidak pernah membunuh, meskipun musuh itu harus dibunuh sekalipun.”Fabian terdiam seketika, lebih te
Ben menggelengkan kepala, seakan tidak sanggup berkata apapun. Sedangkan ketika melihat sekeliling, beberapa prajurit lain terlihat menundukkan kepala. Riley seketika mendesak untuk bergerak lebih dekat demi melihat wajah sang prajurit yang telah tertembak itu dan kemungkinan tewas itu.Ketika Riley akhirnya berhasil mendekat dan melihat wajah prajurit yang tidak dilindungi oleh sebuah helm pelindung itu, matanya terbelalak lebar. “Ini tidak mungkin.”“Tidak. Ini pasti sebuah kesalahan.”Riley cepat-cepat melepas helm pelindung miliknya lalu dengan tangan gemetar menyentuh wajah sang komandan yang begitu setia terhadap ayahnya.“Komandan Sehel. Bagaimana bisa?”Rasanya masih sulit untuk dipercaya bila sang komandan pemberani dan hebat itu kini tergeletak di tanah. Riley memeriksa tubuh sang komandan dan berteriak histeris, “Dia tidak mungkin mati. Staf medis, staf medis. Tolong!”“Staf medis!” teriak pemuda itu dengan nada lebih kencang.Beberapa staf medis berdatangan. Para prajur
Seorang prajurit kelas dua yang datang bersama dengan para anggota staf medis itu pun segera menjelaskan apa yang terjadi.Andrew Reece mendengarkan tanpa menyela sedikit pun.Sementara Alen Smith yang juga mendengarkan secara seksama cerita tentang kejadian yang merenggut nyawa Greg Sehel, salah satu komandan terbaik itu pun menitikkan air mata.Alen segera memeriksa tubuh Greg dengan perasaan sedih yang begitu menyiksa usai sang prajurit menyelesaikan ceritanya.Andrew mendekat dan duduk di samping Alen. Dia lalu berbisik, “Greg, Jenderal Mackenzie pasti akan sedih mendengar semua ini, tapi … dia juga akan berterima kasih karena kau telah menyelamatkan putranya.”Alen mendengar semua perkataan Andrew tersebut dan merasa begitu sangat kagum terhadap Greg.“Komandan Sehel adalah salah satu komandan yang kesetiannya benar-benar sangat tinggi, namanya akan dikenang sebagai seorang pahlawan atas semua jasa yang telah diberikannya,” kata Alen.Semua orang di dalam tenda itu setuju akan uc
Mendengar ancaman pihak lawannya, Riley hanya menanggapi, “Kau pikir aku bodoh?” Dia mengangkat senjatanya dan diarahkan ke sang musuh. Dia bahkan dengan tenang mengarahkan senjata itu tepat pada jantung prajurit yang berdiri agak jauh darinya itu.Sang prajurit Kerajaan Fermoza bernama Hugo Wilson yang tidak mengenakan helm pelindung tersebut menaikkan alis, tampak kaget. “Kau-”“Tembak saja kalau kau bisa,” kata Riley tanpa rasa takut. Genggamannya pada senjata miliknya malah terlihat semakin kuat.Ben tersenyum, memuji ketika melihat ketenangan Riley. Dia tidak terkejut sama sekali dengan keputusan yang Riley ambil. Dia sendiri tidak masalah jika harus mati di sana. Yang dia pikirkan justru ketika Riley mau menuruti keinginan musuh mereka dan menjatuhkan senjata, sama halnya mereka telah menyerahkan diri pada musuh.“Kau menantangku, Anak Muda? Apa kau tidak tahu akulah-”“Iya, aku tahu tentu saja. Kau … yang membunuh komandanku dan-”“Dan kau masih berani menghadapiku?” sebuah
Ben tiba-tiba tertawa kencang hingga membuat James, Riley dan Shin mengira bila temannya itu telah gila.Bahkan, para prajurit Kerajaan Fermoza juga terlihat kaget dengan reaksi yang ditunjukkan oleh lawan mereka tersebut.“Kalau saja Jenderal Perang Fermoza tidak berbuat curang, tidak mungkin dia akan dibunuh oleh Komandan Perang kami. Kalian aneh sekali!” kata Ben terdengar kesal.Rupanya perkataan Ben tersebut berhasil membuat para pasukan musuh yang tersisa tidak terlalu banyak itu terdiam.Reiner pun menambahkan, “Siapapun tahu bila dalam duel di antara dua orang itu memiliki peraturan yang jelas. Jika mereka memutuskan untuk tidak memakai senjata berarti semua harus mematuhinya. Tapi, kenyataannya yang terjadi Fabian Fermoza melanggarnya.”“Benar, jadi tidak salah jika Komandan Perang kami membunuhnya. Itu sebagai upaya melindungi diri,” lanjut salah seorang prajurit kelas satu lainnya.Para pasukan musuh itu terlihat tetap tidak bisa menerimanya. Salah satu di antara mereka ber
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Alen tersadar. Dia langsung mengerti hampir saja kelepasan berbicara tentang hal yang seharusnya tidak dia bicarakan. Kini, semua rekan prajurit memandangnya dengan tatapan penuh penasaran. Oh, Alen ingin menjahit mulutnya sendiri yang telah membuat dirinya sendiri berada di dalam situasi yang tidak menyenangkan.“Hei, soal apa? Katakan! Mengapa kau hanya diam saja?” desak James.Reiner juga ikut berkata, “Hm, tapi … kalau itu memang sebuah rahasia, kau … tidak boleh mengatakannya pada kami.”Alen sontak menoleh ke arah Reiner, prajurit yang merupakan calon pengganti Greg Sehel itu. Menurut dirinya, Reiner benar-benar cukup bijaksana. Dia pun yakin suatu saat Reiner akan menjadi seorang komandan hebat yang berkarisma.Tetapi, sayangnya rekan prajurit lain kembali berkata, “Hei, kau tadi sudah memberikan sebuah pernyataan. Kau … membuat kami sangat penasaran, Smith.”Alen pun mendesah dan mencoba memutar otak untuk memberikan jawaban yang a
Xylan kembali tersenyum santai menanggapi sikap James yang masih belum berubah.Sang raja calon raja masa depan itu pun dengan tenang menjawab, “Karena aku sudah di sini, tentu saja … konsekuensi yang kau terima akan jauh lebih buruk, Wakil Jenderal Perang.”Brengsek, James hanya berani mengumpat dalam hati.Tentu saja meskipun dia sangat kesal pada pria yang usianya terpaut beberapa tahun lebih muda darinya itu, dia tidak bisa langsung mengumpat secara langsung. Dia tidak bodoh. Xylan bisa memenggal kepalanya dengan mudah.“Jadi, bagaimana? Apa kau … masih tetap menolak, Wakil Jenderal Perang?” Xylan bertanya dengan nada mendesak.James menggertakkan gigi dan dengan menahan kesal dia pun menjawab, “Mana bisa saya menolak jika Anda sudah mengancam saya seperti itu, Yang Mulia?”Xylan terkekeh pelan.Hal itu membuat James menjadi waspada. Setelah dia melihat perubahan Xylan Wellington, dari yang dulu adalah remaja belasan tahun lalu saat berdiri tidak jauh darinya menjadi seorang pri
James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs