Share

164. Pikirkan!

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di saat letusan itu terdengar oleh pasukan musuh, mereka langsung panik.

“Apa ini? Mereka berani menyerang kita sekarang?”

“Bukankah mereka baru saja kehilangan banyak pasukan?”

Seorang jenderal perang Kerajaan Fermoza yang berwajah bengis cepat-cepat mengambil senjatanya dengan agak panik.

Dia pun berteriak dengan kesal pada seorang pria yang dengan gugup menyentuh senjata miliknya, “Penasihat Perang, apa maksudnya ini?”

Pria itu menggeram marah, “Kau bilang kalau mereka tidak mungkin berani menyerang kita jika kita menempatkan para komandan perang di tempat yang berbeda, di semua titik terpencil. Kau … juga yakin strategi ini akan membuat mereka kebingungan.”

“Lalu apa ini? Mereka bahkan berani menyerang daerah ini,” lanjut jenderal perang bernama Fabian Fermoza itu.

Pria itu masih terbilang cukup muda, masih berusia sekitar tiga puluh tiga tahun dan dia merupakan salah satu sepupu raja yang saat ini sedang memimpin.

Sang penasihat raja dengan bibir bergetar yang telah pucat membal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
As
nunggu 4 hari cuman 2 bab?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    165. Ketidakberuntungan

    Philip menimbang-nimbang selama beberapa saat, masih juga belum memantapkan diri. Sorot matanya masih memperlihatkan kebimbingan yang besar.Sedangkan, Alexander tidak ingin membiarkan pria itu berpikir lebih jauh ataupun sadar akan sesuatu yang membuatnya rugi.Selain itu, dia tidak memiliki waktu yang cukup banyak sehingga dia benar-benar harus mendesak Philip agar dirinya bisa segera memberikan solusi atas kekacauan yang sedang terjadi saat ini. “Apa lagi yang kau tunggu?” ucap Alexander dengan setengah menahan kesal.Philip membasahi bibir dan berniat untuk membalas, akan tetapi Alexander tiba-tiba mendahuluinya dengan berkata, “Oh, sepertinya kau memang tidak mau.”“Tu-Tuan. Sa-saya ….”Philip terlihat kaget saat Alexander memalingkan muka.Sang penasihat perang juga mengibaskan tangan dan berkata dengan nada tersinggung, “Aku hanya memberimu sebuah kesempatan bagus. Kalau kau memang tidak ingin kesempatan ini, aku tidak akan memaksamu lagi.”Philip membelalakkan mata. Apalagi k

  • Sang Dewa Perang Terkuat    166. Sebuah Tim

    Riley bahkan bengong selama sekitar tiga detik dan hampir saja terkena sebuah tembakan yang mengarah ke bagian jantungnya jika seseorang telat menarik dirinya untuk menghindar dari serangan itu.Sebetulnya tidak ada yang bisa menyalahkan seorang prajurit muda yang merasa gugup ketika diharuskan berhadapan dengan pemilik jabatan tertinggi di pasukan musuh.Siapapun pasti akan gemetar menghadapi jenderal perang yang diketahui memiliki kemampuan yang paling hebat dibanding anak buahnya.Hal itu pun terjadi pada Riley. Tapi dia sama sekali tidak takut. Pemuda itu hanya terlalu kaget dan sedikit agak gugup.Secara refleks pemuda itu menoleh ke arah orang yang telah menyelamatkan nyawanya itu terkejut ketika mengenali orang yang selalu menggunakan helm pelindungnya dengan agak miring itu, “James.”“Bagaimana kau bisa ada di sini? Bukankah kau seharusnya berada di sebelah-”James menggeram marah, “Kau ini kenapa? Kenapa bisa hilang fokus? Apa kau-”Tetapi, sebelum dia menyelesaikan omelannya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    167. Kau Buta?

    Seakan bisa menebak tindakan apa yang akan diambil oleh William Mackenzie, Andrew Reece pun berkata, “Jika dia tahu apa yang sedang terjadi di sini, dia pasti akan memilih untuk menyembunyikan identitas putranya sampai waktu yang tidak ditentukan.”Greg Sehel ingin membantah, tapi dia sungguh tidak bisa memikirkan hal yang mungkin akan dilakukan oleh sang jenderal perang terbaik itu sehingga dia hanya bisa berharap bila hal rumit tidak akan terjadi di masa depan.Di sisi lain, Riley dan James masih terlihat kompak, bahkan berbagi tugas untuk melumpuhkan sang jenderal perang dari Kerajaan Fermoza tersebut.Beberapa prajurit kelas satu terlihat kaget melihat keberanian dua pemuda itu.“Apa mereka tidak takut mati?”“Aku rasa tidak. Kalau mereka takut, mereka berdua tidak akan maju sampai ke tempat berbahaya itu.”Seseorang menanggapi, “Sudahlah, biarkan saja mereka. Mereka itu terlalu bodoh." Prajurit kelas dua menanggapi, “Melawan jenderal perang? Hanya prajurit yang ingin mati saja y

  • Sang Dewa Perang Terkuat    168. Ini Sulit!

    Riley seketika tersadar bila ternyata perkatannya ternyata membuat James kecewa terhadapnya. Riley pun kembali menghampiri James dengan hati-hati dan menepuk punggung temannya itu. Dia lalu berkata, “Bukan. Bukan aku takut kau akan meniru ayahmu.”Dia berhenti sejenak sebelum kemudian melanjutkan, “Kau tahu … apa saja bisa terjadi di dalam peperangan. Semua serba mungkin. Tapi … yang aku maksud adalah kau bisa saja kehilangan kendali diri dan membunuhnya.”“Bagaimanapun juga, kita telah lama berperang dan bahkan perang ini adalah salah satu perang terlama yang pernah terjadi di kerajaan kita. Kita semua lelah, itu sudah pasti. Karena kelelahan dan kekesalan bisa saja kau melakukannya.”James masih terdiam dan menatap Riley seolah sedang menilai pemuda itu.Tetapi, Riley dengan sangat begitu tenang berkata lagi, “Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ayahmu dan aku pun yakin kau jauh berbeda dari dia.”“Benar kan?” tambah Riley, menekankan kalimat terakhir yang dia katakan.Ri

  • Sang Dewa Perang Terkuat    169. Pelindung Terakhir

    Tanpa pikir panjang Ben menjawab, “Itu juga tidak masalah. Kalau kau menghadapi musuh yang lain, Jenderal Reece pasti akan mengambil alih.”Ben menoleh ke arah belakang, tepat di mana pasukan utama sudah bergerak maju. “Jenderal Reece sepertinya telah berhasil menguasai beberapa titik musuh. Kita hanya tinggal menunggu dia datang ke sini.”Riley mengangguk tanpa membantah, “Baiklah, senior. Sepertinya saya harus berada di sini sedikit jauh lebih lama sampai Jenderal Reece tiba.”Ben pun membalas dengan sebuah anggukan dan segera dia membantu Riley untuk menghadapi Fabian Fermoza.Akan tetapi, semakin lama Fabian Fermoza terlihat bertambah berani menyerang mereka. Ben tersadar bila kemampuannya sangat jauh di bawah Fabian. Bahkan, Riley yang memang masih merupakan prajurit junior juga mulai terlihat kewalahan menghadapi Fabian.“Kenapa dia semakin kuat? Bukankah sebelumnya dia tidak begitu?” Ben bergumam penuh keheranan.Beberapa kali adu tembaknya dengan Fabian dimenangkan oleh Fabia

  • Sang Dewa Perang Terkuat    170. Saya Bisa Terbunuh!

    Dengan badan gemetar Alexander menjawab, “Ampunilah saya, Jenderal. Saya sudah mengirim seorang anak buah untuk melihat situasi perang, tapi dia belum kembali. Saya tidak bisa melakukan apapun jika saya tidak tahu situasi yang sedang terjadi.”Jawaban Alexander itu rupanya membuat Fabian seketika menjadi murka. Pria bertubuh tinggi, tegap dan begitu gagah itu menatap marah pada Alexander.“Kau … kenapa tidak pergi ke sana sendiri? Kenapa malah menyuruh orang lain, hah?” Fabian berkata dengan nada tinggi yang langsung membuat semua orang di dalam ruangan itu terdiam, membisu.Siapapun tidak ingin melihat jenderal perang bengis mereka marah. Itu dikarenakan mereka sudah tahu jika Fabian Fermoza sedang marah, dia bisa melakukan hal mengerikan yang mungin tidak pernah terpikirkan oleh manusia.Tapi, sayangnya kali ini mereka sedang berada di dalam situasi yang membuat mereka tidak bisa menghindar sehingga yang bisa mereka lakukan adalah diam seperti patung seolah tidak menyaksikan apapun.

  • Sang Dewa Perang Terkuat    171. Kau Dengar Apa?

    Fabian Fermoza terdiam seketika, terlihat sibuk dengan apa yang dia pikirkan sendiri. Sikap diamnya itu menimbulkan berbagai pertanyaan di benak Alexander yang begitu sangat jelas menginginkan keputusan sang jenderal dengan segera. Tidak mau menunggu lama, Alexander akhirnya berkata, “Anda harus segera memutuskan, Jenderal.”“Saya harus segera menyusun ulang strategi kita. Kita tidak punya banyak waktu,” desak Alexander.Fabian memejamkan mata selama beberapa detik dan dengan menggigit bibir bawahnya dia memerintah, “Siapkan strategi baru, Penasihat Perang. Kita … ikuti cara berperang mereka.”Alexander terbelalak kaget mendengar keputusan yang tidak terduga itu, “Anda tidak akan membunuh mereka, Jenderal?”Fabian membuang napas dengan kasar, “Mereka tidak berencana membunuh pasukan kita. Kalau kita berniat menghabisi mereka, bukankah perang ini tidak akan dilihat sebagai perang yang imbang?”“Kalaupun kita menang, tidak ada yang bisa dibanggakan dari hal itu,” lanjut Fabian.Alexan

  • Sang Dewa Perang Terkuat    172. Kita Butuh Bantuan!

    James melepaskan tangan Riley dari tubuhnya dan hal itu semakin membuat Riley cemas luar biasa. Tetapi, Riley tahu dia tidak boleh gegabah sehingga dia hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi sebelum James menjawab pertanyaannya.James mendesah pelan, “Aku rasa mereka sudah menemukan putra jenderal perang legendaris itu. Tapi … mereka menyembunyikannya.”Riley mengerjapkan mata, “Kau … mendengar itu semua dari-”“Aku tidak sengaja lewat di depan tenda mereka di saat Jenderal Reece berbicara dengan Komandan Sehel,” kata James jujur.Dia memperhatikan sekelilingnya lagi dan ketika merasa bahwa situasi aman, dia baru melanjutkan, “Mereka menyebut putra Jenderal Mackenzie yang juga ikut dalam perang ini.”Dia menatap Riley yang menelan ludah dengan kasar, seolah meminta Riley berbicara tentang sesuatu. Tapi, Riley malah bertanya, “Apa mereka menyebutkan sebuah nama?”James cepat-cepat menggelengkan kepala, “Kalau mereka menyebutkan namanya, aku pasti tidak akan di sini diam

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    3. Sang Putra Mahkota

    Xylan kembali tersenyum santai menanggapi sikap James yang masih belum berubah.Sang raja calon raja masa depan itu pun dengan tenang menjawab, “Karena aku sudah di sini, tentu saja … konsekuensi yang kau terima akan jauh lebih buruk, Wakil Jenderal Perang.”Brengsek, James hanya berani mengumpat dalam hati.Tentu saja meskipun dia sangat kesal pada pria yang usianya terpaut beberapa tahun lebih muda darinya itu, dia tidak bisa langsung mengumpat secara langsung. Dia tidak bodoh. Xylan bisa memenggal kepalanya dengan mudah.“Jadi, bagaimana? Apa kau … masih tetap menolak, Wakil Jenderal Perang?” Xylan bertanya dengan nada mendesak.James menggertakkan gigi dan dengan menahan kesal dia pun menjawab, “Mana bisa saya menolak jika Anda sudah mengancam saya seperti itu, Yang Mulia?”Xylan terkekeh pelan.Hal itu membuat James menjadi waspada. Setelah dia melihat perubahan Xylan Wellington, dari yang dulu adalah remaja belasan tahun lalu saat berdiri tidak jauh darinya menjadi seorang pri

  • Sang Dewa Perang Terkuat    2. Bagaimana Jika Saya Menolak?

    James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    260. Akhir

    Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    259. Ini Salahku!

    Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    258. Berita Buruk

    Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk

  • Sang Dewa Perang Terkuat    257. Ah, Jadi Begitu!

    James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    256. Bicaralah Padaku!

    Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs

DMCA.com Protection Status