Melihat James hanya terdiam saja, Reynhard menyeringai sekali lagi, menampilkan gigi taringnya seakan telah bersiap mengoyak James.Pria itu merasa telah berhasil membuat James takut sehingga dengan penuh percaya diri berkata, “Oh, bagus kalau kau sekarang takut. Kau memang harus tahu diri, Gardner.”“Jangan berpikir kau telah aman, hanya karena kau berteman dengan seorang calon menantu raja!” kata Reynhard, terlihat berada di atas angin.James yang masih terdiam itu akhirnya mengangkat wajah, menatap ke dalam mata Reynhard dengan ekspresi datar.Tetapi, pemuda itu masih tak berbicara apapun sampai akhirnya Reynhard memilih berbicara lagi, “Aku … mungkin tak berani berhadapan dengan Wood, tapi kau … si anak pengkhianat sepertimu dengan mudah aku taklukkan.”Lelaki yang merupakan salah satu prajurit kelas satu itu hampir saja akan tersenyum, tapi hal itu tidak jadi dia lakukan karena dia tiba-tiba mendengar James tertawa hingga terpingkal-pingkal. Bahkan, tawanya itu terlalu renyah seh
Riley tidak menjawab dan hal itu membuat Reynhard merasa menang. Pria itu dengan angkuh menambahkan, “Wah! Sungguh menyedihkan sekali! Aku rasa kau tidak akan bisa berbuat apapun tanpa-”“Jika itu apa yang Anda pikirkan, maka saya tidak akan menyalahkan Anda,” potong Riley cepat-cepat, membuat beberapa prajurit senior langsung mencibir dirinya.Reynhard pun tersenyum meremehkan, “Oh, jadi kau mengakuinya.” “Tentu saja, kenapa saya harus membantah hal itu? Itu sebuah kebenaran,” balas Riley semakin membuat teman-teman Reynhard meremehkan pemuda itu.Reynhard tertawa sinis, “Ah, begitu. Kau benar-benar membuatku jijik, Wood. “Dasar prajurit menyedihkan! Memanfaatkan posisi untuk mendapatkan perlakuan khusus.” Seorang teman Reynhard berujar sembari menatap penuh ekspresi mengejek.Beberapa orang tertawa mengejek, tapi Riley tidak terlihat terlalu peduli.Namun, setelah membiarkan orang-orang itu puas menertawakan dirinya, sang pemuda berusia hampir dua puluh dua tahun itu berkata, “Mem
Alen segera menggelengkan kepala, menjawab dengan terbata-bata, “Ti-tidak ada apa-apa, Jendral Reece.”Andrew Reece tampak terlihat curiga, tapi sang jenderal perang memilih untuk tidak terlalu membahasnya. Dia pun hanya berkata, “Baiklah, kalau begitu silakan beristirahat. Malam ini kalian harus mendengarkan instruksi perang selanjutnya dari para senior kalian.”James mengernyit heran, tapi Riley lebih dulu berkomentar, “Apa strategi perang akan disampaikan oleh para senior kepada … kami para junior, Jenderal?”Andrew menoleh ke arah Riley dan tersenyum lembut, “Iya. Tiga puluh menit lagi, aku akan memanggil para komandan beserta beberapa senior untuk membahas masalah itu. Setelahnya, para senior akan memanggil rekan-rekannya dan juga kalian sebagai junior mereka untuk menjelaskan apa yang aku sampaikan.”Mendengarkan penjelasan tersebut, James mendadak langsung muram. Sementara Alen menghela napas panjang, sadar bila situasi mereka sedang tidak bagus.Sedangkan Riley tampak terliha
Riley terbungkam, benar-benar tidak bisa membantah perkataan James.Pemuda itu kemudian menghela napas panjang.James mendesah melihat tatapan lembut Riley ke arahnya, “Hei, dengar. Aku tahu kalau ayahku sudah berbuat salah, tapi … bukan berarti orang berhak mengatakan kalau dia jenderal terburuk. Iya kan? Bagaimanapun juga, dia telah melindungi kerajaan ini. Dia pun telah mempertaruhkan nyawanya.”“Aku … hanya berharap orang-orang tidak hanya melihat kesalahan ayahku, tapi juga melihat apa yang telah dia lakukan. Apa .. harapanku itu terlalu berlebihan, Wood?” lanjut James yang dalam nada suaranya terdapat nada putus asa.Riley merasa miris akan keinginan kecil James yang memang tidak pernah digubris oleh begitu banyak orang. Tetapi dia tetap mencoba menanggapi dengan berujar, “Tidak. Ayahmu memang berhak mendapatkan sebuah kehormatan. Aku paham.”James sontak membeku di tempatnya duduk tapi dia tidak memberikan reaksi apapun.Riley pun lanjut berkata dengan hati-hati, “Tapi kau juga
“Apa aku tidak salah dengar?” seorang prajurit kelas dua berkomentar dengan nada terkejut.Sementara yang lain juga berkata, “Bagaimana bisa seorang calon prajurit mendapatkan kesempatan bertempur dengan Jenderal Perang?”“Kau benar. Sebelumnya tidak ada satupun calon prajurit yang bisa ikut dalam medan perang yang sesungguhnya, tapi sekarang bisa ikut. Lalu apa lagi ini? Bergabung dengan pasukan utama? Benar-benar tidak bisa dipercaya,” gerutu seorang prajurit kelas satu yang terlihat tidak terima dengan pembagian kelompok para prajurit tersebut.James mendengar semua ocehan itu dan dirinya sendiri pun juga masih tidak menyangka akan keputusan itu.Dia pun kemudian bertanya, “Anda yakin tidak salah membaca, senior?”“Kau pikir penglihatanku buruk sampai aku tidak bisa membaca dengan benar, Gardner?” ucap si staf dengan nada tersinggung.James pun semakin bingung.Riley melihat situasi yang bisa saja menjadi tidak terkendali akibat keputusan itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Suda
Riley terlihat terdiam selama beberapa detik dan hal itu seketika membuat Ben berkata lagi, “Masuk ke dalam kelompok mana?”Dengan berat hati Riley terpaksa menjawab, ”Kelompok tiga.”Ben mendesah tapi dirinya manggut-manggut. Pria itu sedikit kecewa dengan pembagian prajurit itu, tetapi dia tahu bila tidak ada yang bisa dia lakukan.“Dia tidak terlihat sedih atau kecewa dengan hasilnya,” kata Riley, mencoba membuat Ben menjadi jauh lebih tenang.Ben pun tersenyum, “Aku tahu. Dia tidak pernah protes perihal pembagian kelompok sejak dulu.”Dia menjeda selama beberapa detik dan berujar lagi, “Yah, terkadang dia memang berkata tidak suka atau terlihat cemas. Tapi sesungguhnya dia tidak peduli dengan hal semacam ini.”Riley juga memahaminya, namun anehnya yang terlihat sedih justru Ben. Pemuda itu tidak mengerti mengapa malah Ben yang meratapi nasib Shin.Namun, kemudian Ben tiba-tiba berkata, “Shin ingin sekali menjadi salah satu staf medis.”Riley terbelalak kaget, “Ke-kenapa tidak bila
Di saat letusan itu terdengar oleh pasukan musuh, mereka langsung panik. “Apa ini? Mereka berani menyerang kita sekarang?”“Bukankah mereka baru saja kehilangan banyak pasukan?”Seorang jenderal perang Kerajaan Fermoza yang berwajah bengis cepat-cepat mengambil senjatanya dengan agak panik.Dia pun berteriak dengan kesal pada seorang pria yang dengan gugup menyentuh senjata miliknya, “Penasihat Perang, apa maksudnya ini?”Pria itu menggeram marah, “Kau bilang kalau mereka tidak mungkin berani menyerang kita jika kita menempatkan para komandan perang di tempat yang berbeda, di semua titik terpencil. Kau … juga yakin strategi ini akan membuat mereka kebingungan.”“Lalu apa ini? Mereka bahkan berani menyerang daerah ini,” lanjut jenderal perang bernama Fabian Fermoza itu.Pria itu masih terbilang cukup muda, masih berusia sekitar tiga puluh tiga tahun dan dia merupakan salah satu sepupu raja yang saat ini sedang memimpin.Sang penasihat raja dengan bibir bergetar yang telah pucat membal
Philip menimbang-nimbang selama beberapa saat, masih juga belum memantapkan diri. Sorot matanya masih memperlihatkan kebimbingan yang besar.Sedangkan, Alexander tidak ingin membiarkan pria itu berpikir lebih jauh ataupun sadar akan sesuatu yang membuatnya rugi.Selain itu, dia tidak memiliki waktu yang cukup banyak sehingga dia benar-benar harus mendesak Philip agar dirinya bisa segera memberikan solusi atas kekacauan yang sedang terjadi saat ini. “Apa lagi yang kau tunggu?” ucap Alexander dengan setengah menahan kesal.Philip membasahi bibir dan berniat untuk membalas, akan tetapi Alexander tiba-tiba mendahuluinya dengan berkata, “Oh, sepertinya kau memang tidak mau.”“Tu-Tuan. Sa-saya ….”Philip terlihat kaget saat Alexander memalingkan muka.Sang penasihat perang juga mengibaskan tangan dan berkata dengan nada tersinggung, “Aku hanya memberimu sebuah kesempatan bagus. Kalau kau memang tidak ingin kesempatan ini, aku tidak akan memaksamu lagi.”Philip membelalakkan mata. Apalagi k