Keannu Wellington segera memalingkan wajahnya dan menatap istrinya dengan tatapan yang begitu terganggu seakan kesenangannya baru saja diinterupsi oleh sang istri. Akan tetapi, Monica Wilhelm yang sudah tak kenal takut lagi dan begitu muak dengan suaminya hanya menatap sambil tersenyum, "Suamiku. Silakan!" Keannu hampir saja mengumpat pada istrinya dan meluapkan kekesalannya karena telah diganggu tetapi dia dengan cepat berhasil mengendalikan dirinya dan membalas senyum sang istri lalu berkata, "Kamu benar, Ratuku. Aku harus segera menghentikan semua ini." Mendengar kalimat itu, baik Jody Gardner maupun seluruh pejabat di dalam istana seketika kembali ke posisi mereka masing-masing dan terdiam menunggu tindakan sang raja. Sekali lagi, Keannu Wellington berusaha keras agar tak terlalu terlihat begitu kecewa di depan seluruh penghuni istana itu. Dengan suara yang terdengar seperti seorang raja bijaksana dia berkata, "Kehadiran Jenderal Mackenzie tidak akan pernah mengganggu Jendera
"Hal itu sudah jelas. Mau bagaimanapun juga dia adalah seorang raja dan jika perintahnya bertujuan untuk memperkuat kerajaan kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya," kata Bill.Andrew Reece terlihat begitu tidak setuju. Dia pun tidak hanya berdiam diri dan membiarkan pendapatnya itu tertanam di dalam kepalanya.Laki-laki muda yang begitu dipercayai oleh William Mackenzie itu pun berkata, "Tapi Jenderal. Raja Keannu seperti memiliki sebuah tujuan tersendiri. Ini tidak hanya demi kepentingan rakyat saja tetapi juga kepentingan pribadinya. Apakah ini tidak bisa dijadikan landasan untuk menolak perintahnya?"William Mackenzie mengembuskan napasnya dengan pelan.Saat ini mereka masih berada di halaman istana, tentu dirinya tidak bisa berkata-kata lebih banyak karena tak ingin mengganggu jalannya acara.Namun, dia pun tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja sehingga dia memilih untuk menjelaskan secara singkat, "Raja Keannu mungkin memiliki suatu kepentingan pribadi
Masih dengan raut wajah yang tegas, Andrew Reece pun membalas lagi, "Tidak ada kelonggaran atau apapun itu. Ini sudah menjadi keputusan Jenderal Mackenzie."Pada akhirnya keenam orang itu pergi dengan tangan kosong.Dan sejak percakapan Andrew dengan mereka, berita tentang sang jenderal terkuat yang menolak para pasukan baru yang ingin masuk ke dalam anggota pasukannya pun menjadi isu yang sangat hangat diperbincangkan di mana-mana.Tidak hanya di kalangan para prajurit tetapi juga di kalangan para pejabat istana.Bahkan, sebagian orang sudah mulai menafsirkan hal-hal yang menjadi alasan sang jenderal tidak ingin menerima pasukan lagi.Sayangnya, mereka mengutarakan pendapat dengan begitu liarnya hingga tak jarang malah terkesan menghakimi keputusan sang legenda.Hingga suatu ketika raja di negeri itu juga mendengar desas-desus yang telah beredar di kalangan penghuni istana. "Mackenzie memang sangat bodoh sekali. Dia baru saja kembali mendapatkan identitasnya lagi tetapi malah akhirn
Sebelum Steven sempat berkata-kata, seseorang berteriak, "Steven!"Sang jenderal perang yang begitu dia hormati itu sedang memanggilnya.Entah mengapa seolah hal itu memang berlangsung begitu kebetulan, tapi Steven seolah bisa merasakan jika Jody Gardner mengetahui bila anak buahnya sedang membicarakannya.Dengan segera, laki-laki itu pun meninggalkan area itu dan bergerak menuju Jody Gardner."Ya, Jenderal.""Ikut aku!" ucao Jody Gardner.Steven membungkuk, "Baik, Jenderal."Steven pun mengikuti Jody tepat di belakangnya. Mereka berjalan menjauh dari area latihan dan baru saja berhenti saat jarak mereka dari gedung itu sudah jauh.Begitu yakin tak ada yang mendengar, Jody langsung berbalik dan menatap Steven."Apa yang baru saja kau lakukan?" tanya Jody.Steven langsung yakin mungkin saja Jody sungguh-sungguh mendengar apa yang mereka bicarakan sebelumnya. Jika sudah begitu, semuanya pasti akan menjadi lebih gawat."Ampun, Jenderal. Saya hanya menyampaikan apa yang tidak saya suka.
Suara Monica Wilhelm memang terdengar begitu lembut di telinga ketiga pelayan itu tetapi jelas sekali kata-katanya berisi sebuah perintah yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.Anehnya suara yang begitu lembut itu juga memiliki sebuah pengaruh yang cukup besar bagi ketiga pelayan itu.Kedua pelayan yang menyaksikan temannya tersebut diminta untuk melakukan perintah ratunya itu tentu saja mendadak begitu kasihan kepadanya.Dengan begitu tegang sang pelayan ketiga pun segera mulai mengangkat kepalanya dengan perlahan dan menampilkan wajah yang sudah begitu ketakutan.Matanya sudah berair dan keringat dingin pun sudah mulai menetes-netes.Bahkan, Monica Wilhelm bisa melihat bila wajah pelayan tersebut begitu sangat pucat seperti mayat.Monica menghela napas panjang lihat pelayan itu dan mendadak seperti terasa kasihan pun juga muncul di dalam hati.Sesungguhnya Monica tak ingin melepaskan pelayan itu tetapi rupanya wanita itu tak sanggup melakukannya.Monica Wilhelm pun tak ingin membua
Steven tidak pernah menyangka bila perkataannya itu justru malah membuat dirinya berada di dalam masalah.Dia pikir dia telah berhasil menenangkan Jenderal perannya tetapi yang terjadi adalah sebaliknya.Pria muda yang tidak ingin sang jenderal perang itu semakin salah paham terhadapnya itu pun segera berkata, "Jenderal Gardner, Anda telah salah paham. Saya tidak akan mungkin berpaling dari Anda.""Kalau saya ingin berpaling dari Anda, saya pasti telah melakukannya sedari dulu. Namun, saya tetap bertahan di sisi Anda karena bagi saya hanya Andalah yang pantas dihormati."Jody Gardner yang semula terlihat begitu emosi itu seketika menjadi tenang.Pria itu lalu mengalihkan pandangan dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Steven.Steven yang dengan mudah bisa memahami sang jenderal perang itu pun juga bisa menghela napas lega.Tak lama kemudian, raja yang mereka tunggu pun telah tiba di sana tanpa ratunya.Tidak aneh bila Monica Wilhelm tidak hadir di sana karena memang wanita itu sa
Keannu Wellington tidak mengerti kalau ternyata ada orang yang bisa setenang itu padahal hidup dan matinya sedang dipermainkan olehnya. Mungkin hanya orang di depannya itu yang memiliki ketenangan luar biasa yang tak bisa diganggu oleh siapapun, termasuk dirinya. Akan tetapi, jika William Mackenzie begitu mudah terpancing olehnya maka tidak akan seru. Sikap seperti itulah yang saat ini membuatnya bergairah untuk menindas jenderal perang itu. Tak ingin menunda-nunda, Keannu pun segera berkata, "Jenderal Mackenzie, bagaimana pendapatmu?" Mendengar pertanyaan sang raja, semua orang di aula istana megah itu pun seketika berhenti mengacau. Tiba-tiba ada suara lagi yang terdengar. Kini, mereka semua pun menunggu jawaban William Mackenzie atas pertanyaan rajanya itu. Bahkan, Jody Gardner yang semula masih tersulut emosi dan suka sekali mengoceh itu juga tampak menutup mulutnya sembari melempar tatapan penuh tanya pada Willliam Mackenzie. Bill pun bangkit dari kursinya dan segera berlut
"Karena ini perintah raja. Mungkinkah mereka berani menolak atau melawan?" ucap Bill tenang.Jody seolah hampir saja tenggelam di dasar samudra setelah mendengar jawaban itu.Jawaban itu tidak hanya membuat semua orang terdiam tetapi juga sekaligus membuat para pasukan itu mengerti bagaimana posisi mereka.Pada intinya William Mackenzie hanya ingin menunjukkan bahwa dia pun sebenarnya juga tidak menginginkan hal ini terjadi tetapi dikarenakan itu sudah menjadi perintah raja mereka maka tak ada kesempatan baginya untuk membantah.Meskipun dia begitu ingin menolak dan tetap memimpin pasukan yang telah dia latih lama itu dan juga mengenalnya dengan sangat baik yang berarti juga sudah mengetahui bagaimana karakternya kala memimpin mereka, Bill tidak akan merengek untuk meminta pasukan aslinya."Kau sungguh luar biasa. Begitu sangat bijak dan pandai menyikapi suatu keadaan," puji Keannu yang sebenarnya tak suka dengan pemilihan kata Bill.Jody Gardner mendengus kala mendengar pujian itu ta