Godaan sang tante

Godaan sang tante

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Oleh:  TnaBook'sOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
51Bab
3.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Semua berawal dari Revan yang sedang mencari pekerjaan. Melalui temannya, ia yang merupakan seorang mahasiswa, mendapati sebuah lowongan pekerjaan sebagai sopir pribadi. Namun ketika ia melamar... tanpa diduga, lelaki itu mendapatkan suatu hal yang lebih menarik dari sebuah pekerjaan, yaitu menjadi simpanan tante-tante!

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Jadi Selingkuhan

"Gimana Van? Apa lo cocok tinggal di sini?" tanya Badru, teman Revan yang memberitahu tempat kos sederhana ini pada Revan.

"Lumayan sih, rapih dan bersih. Sekarang tinggal cari kerja sampingan nih. Lo ada channel gawean nggak buat gue?" tanya Revan.

"Gue denger dari anak-anak, ada lowongan sopir pribadi. Gajinya lumayan, kerjanya juga nggak ribet. Yang penting lo bisa bawa mobil dan punya SIM."

"Sopir pribadi? Buat siapa?" tanya Revan dengan nada penasaran.

"Katanya buat orang kaya di kawasan elit. Lo bisa sambil kuliah juga, soalnya mereka fleksibel asal lo bisa diandalkan," jawab Badru sambil menyulut rokoknya.

Revan terdiam sejenak, mempertimbangkan. Ia memang butuh pekerjaan, dan menjadi sopir sepertinya tak terlalu buruk. Ia juga punya SIM A, jadi syarat itu tak jadi masalah.

"Oke, gue mau coba," ujar Revan akhirnya. "Lo tahu alamatnya?"

Badru menyerahkan secarik kertas kecil dengan alamat yang tertera. "Ini, gue dapet dari kenalan gue. Coba aja, siapa tahu mereka cocok sama lo."

"Thanks Dru, besok gue coba ke sana deh." Revan memasukan kertas tersebut ke dalam tas ranselnya yang sudah lusuh.

Revan baru saja menyewa kamar kecil di sudut gang yang cukup nyaman untuk ukuran kantong mahasiswa semester empat sepertinya.

Namun, Revan tahu betul, uang tabungannya tak akan bertahan lama. Ia butuh pekerjaan sampingan secepat mungkin.

Keesokan harinya, Revan berdiri di depan sebuah gerbang tinggi berwarna hitam. Rumah yang menjulang di baliknya sangat megah, dengan taman luas dan deretan mobil mewah di garasi. Ia sempat merasa ragu, namun akhirnya memberanikan diri menekan bel di samping gerbang.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan seragam security menghampirinya. "Ada perlu apa, Mas ?" tanyanya dengan ramah.

"Saya mau melamar jadi sopir pribadi. Katanya ada lowongan di sini," jawab Revan dengan sopan.

Si penjaga memandang Revan dari ujung kepala hingga kaki, lalu mengangguk.

"Tunggu sebentar, ya. Saya kasih tahu Bu Elma dulu." Security itu bergegas masuk ke dalam rumah besar itu.

"Bu Elma?" gumam Revan pelan menyebut calon bosnya itu.

Ia membayangkan wanita bernama Elma itu adalah sosok seorang wanita paruh baya yang angkuh, seperti bos-bos besar pada umumnya.

Tak berapa, security rumah itu kembali lagi dan menyuruh Revan masuk ke dalam.

"Mari ikut saya, Bu Elma sudah menunggu," ujarnya mengajak Revan masuk.

"Silakan tunggu di sini, Mas," ujar security,

menunjuk ke sebuah sofa di ruang tamu yang luas.

Revan duduk dengan hati-hati, merasa asing di tempat semewah ini. Tak lama kemudian, suara langkah sepatu hak terdengar, dan seorang wanita muncul. Rambutnya yang hitam tergerai rapi, wajahnya cantik dengan aura kharismatik yang begitu kuat. Ia mengenakan setelan kerja elegan

Elma mempunyai bentuk tubuh yang aduhai dengan melon besar yang menghiasi penampilannya. Pikiran Revan yang kotor telah membayangkan jika ia bisa memainkan melon segar itu. Pasti nikmat rasanya.

"Ehem...!"

Dehaman Elma membuyarkan lamunan Revan dan membuat pria itu sedikit gugup.

Elma duduk di depan Revan, menatapnya dengan dingin namun penuh wibawa.

Kesan pertama yang Revan rasakan saat melihat calon majikannya itu adalah cantik dan seksi. Tubuhnya terlihat cukup sin tal dan padat. Sungguh sangat beruntung pria yang jadi suaminya. Namun ia juga merasa kalau Elma ini adalah wanita yang galak dan tegas membuat Revan sedikit merinding.

"Kamu yang melamar jadi sopir pribadi?" tanyanya langsung, suaranya tegas. Ia memandang Revan dari ujung kepala hingga kaki.

"Iya Bu, nama saya Revan," jawab Revan dengan sopan.

"Kamu tinggal di mana sekarang?"

"Saya baru pindah ke kos-kosan di daerah Tebet, Bu. Dekat kampus saya."

"Oh jadi kamu mahasiswa?" Elma sedikit terkejut dengan status Revan yang seorang mahasiswa.

"Iya, Bu. Saya kuliah semester empat di jurusan Ekonomi," jawab Revan dengan santai.

Elma mengangkat alisnya. "Mahasiswa sambil kerja? Bukannya itu berat?"

"Mungkin berat, Bu. Tapi saya sudah terbiasa membagi waktu. Saya harus kerja untuk membiayai kuliah saya."

Elma menatapnya beberapa detik, mencoba membaca kesungguhan di wajah pemuda itu.

"Pernah jadi sopir sebelumnya?" lajut Elma.

"Belum, Bu. Tapi saya punya SIM A, dan saya sering mengemudi untuk keluarga atau teman. Saya juga cepat belajar." "Oke. Bagaimana dengan jadwal saya? Kadang saya butuh sopir pagi-pagi sekali, kadang malam hari. Kamu bisa fleksibel?"

"Selama saya tahu jadwalnya lebih awal, saya bisa atur, Bu. Kuliah saya kebanyakan pagi atau siang, jadi saya bisa bekerja di luar jam itu."

"Tanggung jawabnya besar. Kalau saya ada acara penting, saya tidak mau ada kesalahan. Kamu yakin bisa diandalkan?"

"Saya yakin, Bu. Saya selalu serius dengan pekerjaan saya."

Elma kembali memandangi Revan, kali ini dengan sorot mata yang lebih lembut, seolah melihat sesuatu yang menarik.

"Baiklah, saya beri kesempatan. Tapi ini masa percobaan. Kalau kamu tidak bisa memenuhi ekspektasi saya, kamu harus mundur."

"Terima kasih, Bu. Saya akan bekerja keras." Revan tersenyum sumringah. Ia senang karena langsung diterima bekerja.

Elma mengangguk, lalu berdiri. "Besok pagi jam tujuh kamu sudah harus di sini. Pakaiannya harus rapi dan jangan terlambat."

"Siap, Bu." Revan mengangguk mantap.

Revan berangkat lebih awal, pukul tujuh kurang, agar tidak terlambat sampai di rumah Elma. Ia mengenakan pakaian serba hitam yang rapi dan menyesuaikan diri dengan seragam sopir pribadi yang diberikan. Setelah menghindari kemacetan, ia akhirnya tiba di rumah Elma tepat pukul tujuh pagi.

Begitu sampai, ia disambut oleh penjaga yang membukakan gerbang untuknya.

"Mas Revan langsung masuk saja Mas, Ibu sedang sarapan di ruang makan," ujar security itu.

"Maksudnya saya di suruh masuk langsung ke ruang makan?" tanya Revan masih bingung.

"Ya, tadi Bu Elma bilang begitu." Security itu mengangguk.

"Baiklah kalau begitu." Revan akhirnya melangkahkan kakinya menuju ruang makan rumah itu. Namun sebelum ia masuk lebih dalam terdengar suara orang yang sedang berbincang.

Revan menghentikan langkahnya dan memilih menunggu untuk sedikit menguping.

"Mas, aku ingin bercerai." Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Elma saat dia dan Aditya sedang sarapan pagi itu.

Aditya terdiam sejenak, seolah mencerna kalimat itu. Ia tidak menyangka kalau Elma akan mengatakan hal tabu itu.

"Bercerai?" Aditya mengulang kata itu dengan nada datar, seolah tak merasa terkejut.

"Ya, jangan tanya alasan kenapa aku minta cerai,

tanpa aku jelaskan kamu pasti sudah tahu alasannya kan?" cecar Elma yang sudah muak sekali dengan pernikahan ini.

Baginya pernikahan ini seperti neraka karena Aditya sama sekali tidak pernah menganggapnya sebagai istri.

Lelaki itu malah lebih sering menghabiskan waktunya dengan Arumi, kekasih gelap Aditya.

Aditya hanya tersenyum tipis. Ia menatap sejenak wajah Elma yang masam.

"Jangan macam-macam El, kamu juga pasti tahu kalau kedua keluarga kita tidak akan mengizinkan perceraian ini. So, lebih baik kita jalani saja pernikahan ini dengan santai. Toh aku juga membebaskan kamu untuk mencari lelaki lain yang kamu sukai."

Kata-kata itu seperti tamparan keras bagi Elma.

Hatinya mendidih mendengar nada dingin suaminya.

"Apa maksudmu, Mas?" Elma menahan napas, mencoba mengendalikan emosinya yang mulai meledak.

"Kamu suruh aku selingkuh seperti kamu dan Arumi ?" lanjut Elma dengan kesal.

"Jangan bawa-bawa Arumi! Ini urusanku dengan kamu, tidak ada hubungannya dengan Arumi." Emosi Aditya memuncak dan seketika selera makannya rusak.

Pria itu bangkit dari duduknya dan menyambar tas kerjanya.

"Mau kemana kamu Mas, kita belum selesai!" Elma melihat Aditya bersiap pergi.

"Malas aku berdebat sama kamu, jadi lebih baik aku berangkat kerja saja." Aditya menjawab sambil berjalan keluar.

"Kenapa kamu begitu egois, Mas?" Elma tak bisa menahan amarahnya lagi.

Namun teriakan Elma tidak mendapatkan balasan apapun dari Aditya. Pria itu berjalan dengan tergesa-gesa menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah megah milik Aditya dan juga Elma.

Elma merasa seperti ada sesuatu yang patah di dalam hatinya. Dia tahu dia telah mencoba, berusaha bertahan, tetapi di hadapan suaminya yang semakin asing, dia merasa seperti wanita yang tak lagi dihargai.

"Mas, kita tidak lagi saling memahami. Aku merasa sendirian, bahkan saat kita tinggal di rumah yang sama.

Aku lelah menunggu perubahan yang tak kunjung datang," ujar Elma, suaranya perlahan melemah.

Revan yang sedang menguping menatap miris ke

arah wanita cantik yang tampak sakit hati itu. Namun kehadirannya segera diketahui oleh Elma.

"Ngapain kamu di situ?" tanya Elma dengan suara tegas. Tak ada lagi raut kesedihan di wajahnya. Elma begitu cepat mengubah suasana hatinya.

"Em... maaf Bu, saya disuruh security untuk ke sini."

Revan terlihat canggung dan berjalan menghampiri Elma.

Elma terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. Tak berapa lama wanita itupun mendongak dan menatap wajah Revan.

"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya Elma tiba-tiba.

"Me-memangnya kenapa Bu?"

"Em, tapi tidak masalah kalaupun kamu punya pacar.

Begini Revan..." Elma bangun dari duduknya dan berjalan mengelilingi Revan yang masih berdiri terpaku.

"Aku akan kasih kamu uang yang sangat banyak asal kamu mau jadi selingkuhanku."

"Apa?"

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
51 Bab
Bab 1 Jadi Selingkuhan
"Gimana Van? Apa lo cocok tinggal di sini?" tanya Badru, teman Revan yang memberitahu tempat kos sederhana ini pada Revan."Lumayan sih, rapih dan bersih. Sekarang tinggal cari kerja sampingan nih. Lo ada channel gawean nggak buat gue?" tanya Revan."Gue denger dari anak-anak, ada lowongan sopir pribadi. Gajinya lumayan, kerjanya juga nggak ribet. Yang penting lo bisa bawa mobil dan punya SIM.""Sopir pribadi? Buat siapa?" tanya Revan dengan nada penasaran."Katanya buat orang kaya di kawasan elit. Lo bisa sambil kuliah juga, soalnya mereka fleksibel asal lo bisa diandalkan," jawab Badru sambil menyulut rokoknya.Revan terdiam sejenak, mempertimbangkan. Ia memang butuh pekerjaan, dan menjadi sopir sepertinya tak terlalu buruk. Ia juga punya SIM A, jadi syarat itu tak jadi masalah."Oke, gue mau coba," ujar Revan akhirnya. "Lo tahu alamatnya?"Badru menyerahkan secarik kertas kecil dengan alamat yang tertera. "Ini, gue dapet dari kenalan gue. Coba aja, siapa tahu mereka cocok sama lo."
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Bab 2 Melakukan yang 3nak di kostan baru
"Apa?" Revan tersentak kaget saat mendengar permintaan Elma.Elma tersenyum tipis, lalu meraih sebuah tas tangan kecil yang ia simpan di atas meja. Ia mengeluarkan selembar cek berserta satu buah bolpoin. Lalu menuliskan angka 100 juta di atas cek tersebut."Apa masih kurang?" tanyanya sembari menyerahkan cek tersebut ke arah Revan."I-ini apa maksudnya Bu?" Revan masih belum paham dengan maksud Elma."Aku tahu umur kita berbeda. Kamu masih muda, baru 21 tahun. Sementara aku... sudah 30 tahun. Tapi aku bisa memberimu uang, Revan. Banyak uang, yang pasti bisa membantumu menyelesaikan masalah keuanganmu di Jakarta. Apa kamu tertarik?" Elma tersenyum dan tiba-tiba saja mendekat ke arah Revan yang gemetar panas dingin mendapatkan tawaran seperti itu.Apalagi saat tangan Elma menarik kerah bajunya hingga kini tubuhnya semakin mendekat ke arah tubuh sek si Elma.Revan bisa merasakan benda kenyal itu hampir saja menempel di dadanya. Membuata senjata nuklir miliknya semakin tegang."Bagaimana
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Bab 3 mereka Simpanan Tante
Revan melirik arlojinya untuk kesekian kali. Sudah hampir satu jam ia menunggu, dan Elma masih terlihat sibuk mengobrol dengan teman-temannya. Suasana kafe yang awalnya terasa mewah kini hanya membuatnya suntuk.Ia berdiri perlahan, melirik ke arah meja Elma.Wanita itu tampak tidak memperhatikan dirinya sama sekali."Bu Elma," panggilnya pelan saat mendekat.Elma menoleh dengan alis terangkat. "Ada apa, Revan?""Saya izin jalan-jalan sebentar di sekitar sini, ya.Tidak jauh, hanya untuk menghirup udara segar," jawab Revan dengan sopan.Elma mengangguk ringan, jelas tidak terlalu peduli. Baik, tapi jangan terlalu lama.""Siap, Bu," jawab Revan sebelum melangkah keluar.Di luar, udara malam terasa segar. Revan memasukkan tangan ke saku celananya sambil berjalan santai di sepanjang trotoar. Ia melihat deretan butik dan toko-toko mewah di sepanjang jalan, tapi perhatiannya tertuju pada sesuatu yang berbeda.Di seberang jalan, sosok yang sangat familiar menarik pandangannya. Revan menyipi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Bab 4 Tante Yang Malang
Elma sedang sibuk membaca dokumen di ruangannya ketika suara pintu yang terbuka tiba-tiba menarik perhatiannya. Dia mengangkat wajah, dan alisnya langsung bertaut saat melihat siapa yang masuk.Aditya melangkah masuk dengan santai, diikuti oleh seorang wanita yang sudah sangat dikenalnya."Apa maksudmu membawa dia ke sini?" suara Elma dingin, namun matanya penuh kemarahan yang tertahan.Aditya hanya tersenyum tipis, tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun."Kenapa? Ini kantormu, bukan rumah kita. Aku hanya mampir sebentar," jawabnya santai."Dan kamu pikir wajar membawa wanita ini?" Elma berdiri, menatap tajam ke arah Arumi yang berdiri dengan gaya angkuh."Aditya, aku sudah cukup bersabar dengan semua kelakuanmu. Tapi membawa selingkuhanmu ke kantorku, itu sudah sangat keterlaluan! Kamu benar-benar tidak tahu malu!" Elma membagi pandangannya pada dua orang di hadapannya itu.Wanita bernama Arumi itu tersenyum tipis penuh ejekan. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ked
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Bab 5 Terlanjur Bangun
Revan menghela napas panjang saat memarkir mobil di halaman vila mewah itu. Udara Puncak yang sejuk menusuk kulit, membawa aroma pinus dan dedaunan basah. Vila itu berdiri megah, dengan desain modern minimalis dan jendela besar yang mencerminkan cahaya sore.Hari itu hari Sabtu dan Elma menelponnya pagi-pagi, memintanya untuk mengantarnya ke Puncak.Ia melirik Elma yang masih diam di kursi penumpang, tatapannya kosong ke arah luar. Wanita itu tampak seperti patung porselen, cantik, tetapi dingin dan tak tersentuh."Revan, bawa kopernya ke dalam," perintah Elma tiba-tiba tanpa menoleh. Suaranya terdengar datar, tanpa emosi."Baik, Bu," jawab Revan singkat, segera keluar dari mobil dan membuka bagasi.Satu buah koper berukuran sedang terisi barang-barang Elma. Dan wanita cantik itu kini keluar dari dalam mobilnya. Berjalan dengan begitu anggun.Jeans biru press body memperlihatkan bokong sin tal Elma yang bulat berisi. Revan menelan ludah melihatnya.Ia berusaha mengusir bayangan-bayang
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya
Bab 6 kissme
"Oouuhhh... ssshh...!"Revan berhenti sejenak di depan pintu kamar Elma.Suara era Ngan itu semakin jelas dan menggelitik telinga Revan.Lelaki itu mendekat ke arah pintu untuk mendengarkan dengan seksama. Suara itu samar tapi cukup jelas baginya. Era ngan seorang wanita yang seolah tengah melakukan adegan percintaan dan sangat menikmatinya.Alisnya mengernyit. Tidak mungkin ada orang lain di dalam kamar Elma, pikirnya. Ia tidak melihat siapapun masuk ke dalam kamar itu selain Elma."Mama mungkin Mang Darman masuk ke kamar ini."Revan tidak percaya jika penjaga vila itu yang tengah memuaskan ElmaDibanding Mang Darman, dirinya merasa jauh lebih baik, lebih tampan dan lebih perkasa. Masa iya dirinya kalah sama Mang Darman.Rasa penasaran langsung menguasai dirinya. Dengan langkah hati-hati, Revan mendekatkan tubuhnya ke pintu. Ia menempelkan telinganya ke permukaan pintu kayu itu, mencoba memastikan apa yang baru saja didengarnya."Oouuh... yeeaahh..." Suara itu masih terdengar. Era ng
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Bab 7 aku akan memuaskan
Pagi itu suasana di vila berubah mencekam. Matahari baru saja terbit, namun suara jeritan Elma terdengar memekakkan telinga.Elma berdiri dengan wajah merah padam, mengenakan selimut tebal yang ia lilitkan di tubuhnya.Napasnya memburu, matanya dipenuh amarah."REVAN!" serunya dengan suara keras, membuat Revan yang masih terlelap di lantai terkejut setengah mati.Revan langsung bangkit sambil mengucek matanya. Ada apa, Bu? Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya dengan nada bingung."Ada sesuatu yang terjadi?" Elma mengulang pertanyaan itu dengan nada kesal."Kamu masih berani bertanya? Apa yang sudah kamu lakukan padaku semalam?" bentaknya dengan lantang.Pagi itu Elma begitu panik karena saat terbangun tubuhnya sudah dalam keadaan polos tanpa mengenakan sehelai benangpun. Ia menuduh Revan telah melakukan mele cehkannya. Namun wajah Revan juga malah terlihat bingung."Bu, tenang dulu saya bisa menjelaskannya." Revan tampak panik. Ia berusaha mendekat namun Elma melangkah mundur. "Ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Bab 8 Menerima tawaran
"Sayang, kamu serius dipecat?" tanya Dinda tercengang saat tahu kalau Revan dipecat dari pekerjaannya. Padahal baru beberapa hari saja dia bekerja."Iya, Din." Revan mengangguk sambil menyeruput kopi hitamnya. Malam itu Revan mengajak Dinda untuk nongkrong di cafe untuk sekedar menghibur dirinya yang masih kesal akibat pemecatan yang Elma lakukan."Kok bisa? Memangnya kamu bikin kesalahan apa?" cecar Dinda penasaran."Aku juga nggak ngerti salahku dimana. Yang jelas aku ngerasa ini nggak adil." Revan bercerita tanpa menceritakan kalau dia dipecat karena berusaha memuaskan Tante Elma saat dia mabuk. Dia tidak mau membuat Dinda cemburu."Kasihan banget sih kamu Sayang." Dinda menyentuh tangan Revan yang berada di atas meja, berusaha memberinya semangat."Tetap semangat Yang. Aku yakin ada pekerjaan lain yang lebih baik lagi." Dinda coba menghibur."Ya, semoga saja." Revan menghela napas panjang, lalu menatap Dinda."Makasih ya Sayang, kamu memang yang terbaik." Revan tersenyum dan menge
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Bab 9 Kesayangan Tante
Semua mata tertuju pada seseorang yang baru saja masuk ke ruangan VIP klub malam tersebut. Dan orang itu telah membuat tubuh Revan seketika menegang."Elma...," gumamnya pelan.Itu memang Elma. Mantan majikan yang telah memecatnya tanpa alasan jelas. Wanita itu berjalan anggun memasuki ruangan dengan mengenakan dress warna merah elegan yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Aura percaya dirinya seolah membuat waktu berhenti sejenak.Badru yang duduk di sebelah Revan, menyadari perubahan ekspresi kawannya. Ia mengikuti arah pandangan Revan, kemudian menyikut lengannya dengan pelan."Eh, bukannya itu mantan bosmu?" tanya Badru sambil menyeringai tipis. Ia masih mengingat wajah Elma yang pernah dilihatnya lewat foto yang diberitahu Revan.Revan mengangguk pelan, berusaha tetap tenang meskipun hatinya bergejolak."Iya, itu dia," jawabnya singkat, dengan nada setengah berbisik."Wah, dunia ini sempit juga ya. Jadi sekarang dia juga jadi pelanggan di sini? Seru nih," katanya dengan nada be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Bab 10 Malam ini temani aku
"Siapa kamu?"Revan berhenti sejenak, menatap sosok pria yang baru masuk ke rumah itu. Pria tersebut mengenakan setelan rapi, wajahnya memancarkan kelelahan, namun matanya tajam memindai sosok Revan.Revan langsung merasakan ketegangan. Ia melirik Elma yang berada dalam gendongannya. Wanita itu tampak sedikit kaget, tetapi dengan cepat memasang ekspresi datar."Revan, turunkan aku," bisiknya pelan.Revan menurut, ia menurunkan dari Elma dari gendongannya meskipun Elma tidak bisa berdiri dengan tegak dan harus berpegangan pada bahu Revan.Aditya berjalan mendekat dengan langkah pelan, pandangannya tajam tertuju pada Elma."Siapa dia dan kenapa kamu berani sekali membawa dia ke rumah ini?" tanyanya dingin sambil menatap langsung ke arah Elma dan Revan.Revan membuka mulut untuk menjawab, tetapi Elma mengangkat tangan, menghentikannya. Ia maju selangkah, berdiri di antara Revan dan Aditya."Ini bukan urusanmu, Aditya," jawab Elma dengan suara tenang namun penuh penekanan."Aku berhak tah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status