Home / Urban / Sang Dewa Perang Terkuat / 145. Trik untuk Menang

Share

145. Trik untuk Menang

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2023-08-18 15:50:02

"Karena ini perintah raja. Mungkinkah mereka berani menolak atau melawan?" ucap Bill tenang.

Jody seolah hampir saja tenggelam di dasar samudra setelah mendengar jawaban itu.

Jawaban itu tidak hanya membuat semua orang terdiam tetapi juga sekaligus membuat para pasukan itu mengerti bagaimana posisi mereka.

Pada intinya William Mackenzie hanya ingin menunjukkan bahwa dia pun sebenarnya juga tidak menginginkan hal ini terjadi tetapi dikarenakan itu sudah menjadi perintah raja mereka maka tak ada kesempatan baginya untuk membantah.

Meskipun dia begitu ingin menolak dan tetap memimpin pasukan yang telah dia latih lama itu dan juga mengenalnya dengan sangat baik yang berarti juga sudah mengetahui bagaimana karakternya kala memimpin mereka, Bill tidak akan merengek untuk meminta pasukan aslinya.

"Kau sungguh luar biasa. Begitu sangat bijak dan pandai menyikapi suatu keadaan," puji Keannu yang sebenarnya tak suka dengan pemilihan kata Bill.

Jody Gardner mendengus kala mendengar pujian itu ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    146. Diragukan

    Benar-benar tidak ada yang bergerak di sana. Jody Gardner tersenyum puas dan kini mulai menyusun strateginya."Masuk ke dalam pesawat!" perintah sang jenderal.Semua bukan yang ini menjadi bawahan Jody Gardner pun mulai naik ke dalam pesawat tempur A.Di sisi lain, William Mackenzie baru saja mendapati bila pasukannya berkurang sekitar lebih dari 200 orang tanpa pemberitahuan yang jelas."780, Jenderal," ucap Steven.Bill tentu saja kecewa tetapi pria itu dengan mudah bisa menyembunyikan emosinya.Setidaknya tidak sampai separuh dia kehilangan pasukan.Namun, sesungguhnya yang membuat dia tidak suka adalah pasukannya yang mundur bukan karena tidak percaya akan kemampuannya memimpin tetapi karena kau tidak puasa mereka terhadap keputusannya dahulu yang tidak menerima pasukan lagi."Apa yang harus kita lakukan sekarang, Jenderal?" tanya Steven."Pisahkan mereka. Bagi ke beberapa kelompok sesuai dengan kemampuan mereka. Ahli menembak, memanah, bom dan yang lainnya," ucap Bill.Hal ini c

    Last Updated : 2023-08-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    147. Cara Licik?

    Mendengar ucapan sadis Greg, Knox pun mau tak mau segera menutup mulutnya rapat-rapat karena benar-benar tidak ingin dilempar keluar oleh temannya itu.Sesungguhnya perkataan Greg itu bukanlah sebuah pertanyaan melainkan tindakan yang mungkin akan dia lakukan jika Knox tidak berhenti berbicara.Dia dan Greg sudah saling mengenal sejak lama. Dirinya bahkan bisa dikatakan selalu berada di dalam satu kelompok yang sama.Sehingga, Knox tahu betul bila apa yang dikatakan oleh Greg itu bukanlah sebuah gertakan semata tetapi justru sebuah perintah untuknya agar segera menutup mulutnya.Setelah Knox benar-benar terdiam, Greg pun berbicara, "Jenderal Mackenzie itu jenderal paling kuat yang pernah ada di kerajaan ini. Tak mungkin beliau akan membuat kita kehilangan nyawa.""Aku sangat heran kenapa masih ada orang bodoh yang tidak sadar akan kekuatan hebat yang dimiliki oleh sang legenda?" sindir Greg.Knox tentu saja merasa tersindir tetapi dia tidak menanggapi dan hanya terdiam.Greg melanjutk

    Last Updated : 2023-08-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    148. Ketidakpatuhan

    "Menyumpahimu? Untuk apa? Tanpa aku menyumpahimu pun kau juga bisa mati," jawab Greg dengan begitu santainya tanpa terlihat ada beban sama sekali.Si penembak jitu tersebut hampir saja akan mengajak Greg berkelahi tetapi dia memperingatkan dirinya sendiri bila saat ini mereka sedang berada di medan perang sehingga mau tidak mau dia harus menahan diri."Setelah perang ini berakhir, aku bersumpah akan memberimu pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan seumur hidupmu," ucap si penembak jitu yang tidak diketahui namanya oleh Greg.Greg membalas sinis, "Boleh saja. Tapi itu pun jika kau masih hidup.""Kau-"Kata-kata umpatan yang ingin sekali dilontarkan oleh si penembak jitu itu tak jadi dia keluarkan dari mulutnya setelah melihat Steven melotot marah kepadanya.Tentu dia tidak ingin membuat wakil jenderal perang itu marah kepadanya dan malah melemparnya keluar barisan.Dia masih ingin hidup dan memenangkan perang itu lalu memamerkannya pada si brengsek Greg.Sedangkan sekarang di bar

    Last Updated : 2023-08-21
  • Sang Dewa Perang Terkuat    149. Tanggung Jawab

    Steven hampir saja akan membalas perkataan Greg yang menurutnya begitu sangat kurang ajar itu, tetapi Greg tidak membiarkan hal itu terjadi karena anak buahnya itu sudah pergi terlebih dahulu sebelum dia sempat membalas."Bajingan kecil itu!" umpat Steven begitu jengkel.Dia tentu saja tak mau menyusul meskipun saat ini beberapa anak buahnya telah memandangnya dengan tatapan penuh tanya.Dia berusaha membutakan matanya seolah dia tak melihat ekspresi-ekspresi yang memperlihatkan ekspresi kecewa terhadapnya.Sungguh dia masih menyayangi nyawanya sehingga tak mau mati konyol hanya karena berlagak menjadi seorang pahlawan di dalam medan perang itu.Tentu dia tidak membutuhkan pujian ataupun penghargaan apapun dari siapapun.Yang dia butuhkan saat ini adalah bisa selamat dari perang itu dan kembali ke kerajaan tanpa kurang apapun.Sayangnya, dia ternyata tak bisa begitu saja berdiam diri di sana karena lama-kelamaan beberapa prajurit bahkan mulai berani berbicara dengannya."Tuan, apakah

    Last Updated : 2023-08-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    150. Hanya Itu Saja?

    Tersadar Bill menunggu jawabannya dan saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah medan perang, Steven pun tidak mau membuang waktu lagi dan dengan cepat berkata, "Saya siap, Jenderal."Bill tersenyum lega dan kemudian mulai memerintah, "Kemarilah!"Steven tidak bertanya dan langsung saja mengikuti perintah dari sang jenderal perang terkuat itu.Bill lalu mulai menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan oleh Steven dan menuntunnya untuk berperang bersamanya.Bill dengan begitu tangkas bekerja sama bersama dengan Steven hingga pria itu juga bisa merasakan kehebatan Bill yang luar biasa.Tidak hanya serangan William Mackenzie yang sangat akurat tetapi juga bagaimana pria itu melindungi orang-orang di sekitarnya.Penguasaan senjata serta kecepatan yang dimiliki oleh Bill menjadi salah satu kekuatan terbesar yang dimilikinya Selain itu, setiap keputusan yang dibuat selalu tepat dan tidak pernah gagal sampai-sampai Steven melongo setiap Bill berhasil membuat pasukan musuh mereka itu

    Last Updated : 2023-08-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    151. Kerugian

    Sang pemimpin pasukan lawan itu pun seketika merasa sedikit aneh.Dia pikir orang di depannya itu akan dengan mudah dia serang mentalnya tetapi nyatanya Jody Gardner masih tampak begitu tenang dan serangannya pun juga masih terbilang cukup akurat.Kenyataan terpampang begitu jelas itu pun semakin menguatkan duganya bila orang-orang dari kerajaan Ans De Lou memang tak bisa diremehkan.Sang pemimpin perang dari pasukan lawan tersebut mundur beberapa langkah hingga salah satu anak buahnya bertanya kepadanya, "Ketua, apa ini sebenarnya terjadi?""Kenapa dia sama sekali tidak terganggu? Bukankah menurut sumber informasi yang baru saja kita dapatkan orang yang memimpin perang ini termasuk memiliki temperamen yang sangat buruk?""Benar, Tuan. Namun, apa yang kita lihat sekarang ini jelaskan berbeda jauh. Dia tampak begitu tenang meskipun kita provokasi," sambung yang lainnya.Sang pemimpin yang memiliki nama Geraldi Jones itu juga tidak mengerti jawaban atas pertanyaan yang begitu mengganggu

    Last Updated : 2023-08-25
  • Sang Dewa Perang Terkuat    152. Perubahan Sikap

    Steven tidak lagi membantah dan segera saja membawa para pasukan mereka untuk segera kembali ke Kerajaan Ans De Lou.Di tengah perjalanan, dia tidak berbicara sedikitpun dan hanya terdiam saja.Sementara itu, beberapa pasukannya terlihat mulai berbicara di bagian belakang saat melihat wajah sang jenderal perang terhebat itu luar biasa tidak sedap dipandang.Mereka hanya berani berbisik-bisik karena tidak ingin membuat pemilik julukan Dewa Maut itu tersinggung atas ucapan mereka."Apa Jenderal Mackenzie marah pada kita?" tanya seseorang pada temannya."Tidak mungkin. Mengapa dia marah pada kita? Tidak ada alasan apapun baginya bisa marah pada kita.""Kau benar. Kita bahkan selalu menurut kepadanya dan walaupun sebagian dari kita tadinya sempat tidak menurut namun pada akhirnya kita kembali menurut kepadanya."Seorang lainnya juga ikut menanggapi, "Kita sudah melakukan apa saja yang dia perintahkan.""Kurasa dia bukan marah pada kita tapi ...."Perkataan salah satu pasukan yang terbilan

    Last Updated : 2023-08-26
  • Sang Dewa Perang Terkuat    153. Saran Jenderal Perang

    Greg yang mendengarkan penjelasan dari Knox itu sungguh ingin menertawakan pria itu.Dia ingin sekali membuat mata Knox semakin melebar setelah benar-benar mengetahui kehebatan dari sang jenderal perang.Sayangnya, mereka saat ini masih berada di dalam pesawat sehingga Greg harus berusaha keras untuk menahan dirinya.Akan tetapi, seseorang yang tidak jauh dari tempat duduk Knox itu berkata, "Makanya jangan pernah sekalipun kau meragukan seseorang yang bahkan kau tidak tahu seperti apa dirinya. Sebab, bisa jadi suatu ketika kau mungkin sangat mengaguminya."Knox tertohok. "Semua yang aku lakukan itu sangat wajar, apalagi dulunya beliau juga sudah pernah berhenti sementara menjadi prajurit. Siapa yang akan menyangka bila ternyata kekuatannya tetaplah seperti dulu dan bisa dikatakan malah jauh lebih meningkat daripada sebelumnya?"Knox memandang sekeliling dan melihat reaksi pasukan lain tetapi sepertinya mereka tidak benar-benar menganggapnya serius sehingga mau tidak mau dia menelan k

    Last Updated : 2023-08-26

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    90. Tuduhan James

    Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    89. Dia Sudah Tahu?

    James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye

  • Sang Dewa Perang Terkuat    88. Tidak Akan Terkejar, James!

    Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    87. Rencana Putri Rowena

    Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    86. Butik Veren

    Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb

  • Sang Dewa Perang Terkuat    85. Keanehan Lain

    Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    84. Katakan, Rei!

    Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k

  • Sang Dewa Perang Terkuat    83. Pencarian Terakhir

    Ben tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi perkataan temannya itu, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah pergi mendekati James lalu menepuk punggungnya dengan perlahan berulang kali dengan tujuan menenangkan sang sahabat.“Dia benar-benar tidak akan kembali, Ben.”“Tidak. Itu hanya-”“Dia tidak akan memberi pesan semacam itu jika dia tidak serius dengan ucapannya,” James memotong ucapan Ben.Ben mendesah pelan, “James, yang aku maksud adalah … dia mungkin tidak ingin dicari lagi karena dia ingin pulang sendiri ke istana.”Perkataan Ben tersebut membuat James yang semula begitu sangat kalut menegakkan punggungnya. Jenderal perang itu kemudian menoleh ke arah Ben dan menanggapi, “Apa maksudmu?”Ben sebetulnya tidak yakin atas apa yang dia pikirkan tapi dia tetap menyampaikan buah pikirnya itu, “Menurutku … dia hanya mau pulang sendiri.”James terdiam, berusaha mencerna ucapan temannya.“Begini saja … bagaimana kalau kita pulang saja ke istana, siapa yang tahu kalau mungkin Riley benar-

  • Sang Dewa Perang Terkuat    82. Pilihan yang Sulit

    Ricky Drilon hanya bisa terbengong-bengong saat mendengarkan pertanyaan itu.Oh, dia sering kali mendapati dirinya dalam sebuah situasi yang membingungkan. Tapi, dia tidak pernah merasa tertekan sekalipun.Padahal dia pun sangat sering dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit. Namun, lagi-lagi hal-hal semacam itu bisa diselesaikannya dengan baik tanpa adanya pergolakan batin.Akan tetapi, satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Riley Mackenzie berhasil membuatnya berada di dalam fase tersulitnya. “Kenapa kau diam saja? Siapa yang akan kau patuhi? Aku atau Jenderal Gardner?” Riley mengulang kembali pertanyaannya itu.Ricky menelan ludah dengan kasar, semakin bingung.Dahinya pun berkerut, jelas menunjukkan sebuah kebimbangan yang sangat besar. Berulang kali dia merapikan rambutnya hanya dalam satu menit saja. Hal itu membuat Riley tersenyum aneh, “Jadi, bagaimana? Kau akan memilih untuk mematuhi siapa?” Ricky menggigit giginya sendiri.Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Dan k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status