Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap

Suamiku Adalah Pewaris Yang Tak DiAnggap

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-09
Oleh:  Sisi Ryri  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
11 Peringkat. 11 Ulasan-ulasan
40Bab
1.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bramasta harus menerima kenyataan dilaporkan ayah mertuanya ke polisi karena menggunakan narkoba jenis sabu. Seketika gitaris band yang sedang naik daun itu harus terjerembab di lembah penyesalan yang dalam serta menyaksikan keambrukan kariernya. Mampukan Bram kembali membangun kariernya dengan jalan bertaubat?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bram Sang Gitaris

“Bram, tunggu! Kau harus dengarkan aku!!” panggil Widi, istri dari Bramasta Araya yang merupakan gitaris handal dengan terburu.“Apa?” tanya Bram dengan nada tak bersemangat.“Kau harus lihat ini,”“Apa?” ulang Bram yang sudah siap naik pentas untuk konser terakhirnya di tur 7 kotanya kali ini. “Aku tak punya banyak waktu, katakan cepat!”“Kita harus mempersiapkan acara 3 bulanan anak kita,” Wajah Bram langsung berkerut mendengar permintaan istrinya itu. “Kenapa harus ada acara seperti itu?”“Ayahku yang minta! Kita harus merayakan kehamilanku ini. Kau tak boleh tak datang,”Hah! Bram menghela nafasnya berat lalu menggelengkan kepalanya. “Kenapa urusan begini kau tanyakan sekarang,”“Ayahku yang minta, kita tak boleh tak menjalankan tradisi ini,”“Hah! Kau pasti bercanda,”“Tidak! Aku tak bercanda. Acara ini sakral untuk ayahku, jadi kamu harus pulang mempersiapkan semua ini!”“Ih! Sejak kapan urusan tak penting seperti itu harus jadi urusanku?!”“Aku tak mau tau, kita harus menur

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Tirta Yasa
bagus lanjut thor
2023-10-23 10:21:43
0
user avatar
EPOX VQ
lanjut thor
2023-04-30 00:06:34
0
user avatar
NDCO AU
syuka bgt ceritanya
2023-04-30 00:04:48
0
user avatar
QDQT IM
ceritanya seru bgt
2023-04-30 00:02:21
0
user avatar
Mey Dong Ming
ceritanya seru bram harus bangkit
2023-04-29 15:47:12
0
user avatar
Shaka
lanjut thor
2023-04-29 15:30:00
0
user avatar
Dalla Modalla
lanjut kak, jd penasaran nasib si Bram
2023-04-29 15:23:40
0
user avatar
tiyasa blog
seru ceritanya
2023-04-27 23:00:50
0
user avatar
Tirta Yasa
keren ceritanya kak sisi memang selalu seru
2023-04-27 22:53:13
0
user avatar
Dalla Modalla
keren bgt ceritanya
2023-04-18 01:38:47
0
user avatar
Sisi Shaka
cerita Bram sangat seru, bikin baper. duh lnjutatuh thor
2023-04-18 00:37:47
0
40 Bab

Bram Sang Gitaris

“Bram, tunggu! Kau harus dengarkan aku!!” panggil Widi, istri dari Bramasta Araya yang merupakan gitaris handal dengan terburu.“Apa?” tanya Bram dengan nada tak bersemangat.“Kau harus lihat ini,”“Apa?” ulang Bram yang sudah siap naik pentas untuk konser terakhirnya di tur 7 kotanya kali ini. “Aku tak punya banyak waktu, katakan cepat!”“Kita harus mempersiapkan acara 3 bulanan anak kita,” Wajah Bram langsung berkerut mendengar permintaan istrinya itu. “Kenapa harus ada acara seperti itu?”“Ayahku yang minta! Kita harus merayakan kehamilanku ini. Kau tak boleh tak datang,”Hah! Bram menghela nafasnya berat lalu menggelengkan kepalanya. “Kenapa urusan begini kau tanyakan sekarang,”“Ayahku yang minta, kita tak boleh tak menjalankan tradisi ini,”“Hah! Kau pasti bercanda,”“Tidak! Aku tak bercanda. Acara ini sakral untuk ayahku, jadi kamu harus pulang mempersiapkan semua ini!”“Ih! Sejak kapan urusan tak penting seperti itu harus jadi urusanku?!”“Aku tak mau tau, kita harus menur
Baca selengkapnya

Ini Fitnah

“Hah! Enin cerita apa?” Bram terus memutar otak agar eninnya tak bercerita banyak pada siapapun tanpa membuat neneknya ini curiga.“IH! Orang Enin cuma bilang kamu sering kelelahan aja, gak ngomong yang lain.”“Benar?!”“Ya, bener, atuh. Masa Enin bohong. Memangnya kenapa? Takut amat?” Enin kembali melihat keanehan di diri cucunya itu.“Mmm!” Bram memejamkan matanya berusaha terlihat tenang. “Enin jangan bilang siapa-siapa soal Bram. Bram ini kan artis, ya. Jadi harus hati-hati. Cuma takut kalau ada yang kepo terus bikin hoax,”“Iya, Enin juga paham. Jangan takut kelewatan gitu. Ujang banyak-banyak istigfar. Enin teh sayang ke Ujang. Masa Enin tega nyebar-nyebarin berita yang bikin Ujang kena masalah,”Bram tersenyum simpul pada Neneknya dan berusaha menganggap semuanya baik adanya.“Tapi emang Ujang Cuma kelelahan, kan?”“Kenapa Enin bilang gitu?” Bram yang baru saja merasa tenang kembali merasa insecure.“Soalnya namanya artis kan banyak godaannya. Enin cuma gak mau, Ujang teh keper
Baca selengkapnya

Bram Tertangkap

“Dengar Enin dulu, Bram!”“Tapi, Nin!” Bram kembali terlihat cemas. “Sudah! Tak usah takut. Enin akan ada di sisimu, Jang. Tak apa, ya Enin bukakan pintu untuk mereka?” “Kamu harus tanggung jawab, Jang. Kamu tau kalau kamu salah kan,”Bram memanggil yakin dan Enin kemudian berdiri menuju pintu untuk menyambut tamunya. Dengan berani Enin kemudian membukakan pintu. “Selamat siang, kami dari kepolisian. Benar Bramasta Araya tinggal disini?” sapa seorang polisi berbaju preman yang tersenyum ramah pada nenek tua itu. “Benar, Pak. Cucu saya ada di dalam,” tegas Enin lalu membuka pintu rumahnya lebar untuk tiga orang anggota polisi yang berdiri di depan pintu rumahnya.“Terima kasih kerjasamanya. Kami harus bawa Bram ke kantor polisi sekarang,”“Iya!” Enin meraih tangan polisi yang berjalan paling awal. “Pak, tapi Ujang Bram saya jangan digebugin, ya!”“Digebukin?” Polisi itu menatap Enin dengan wajahnya yang tertunduk.“Iya, Pak. Enin sayang sekali sama ujang sholeh ini, mungkin dia nak
Baca selengkapnya

Kembali Ke Rumah Enin

“Kami rasa cukup,” tutur polisi kemudian meminta rekanya membawa masuk kembali Bram dan teman-temannya ke ruang tahanan sementara.Riuh para wartawan yang masih ingin mewawancarai semua anggota band itu terdengar, mereka terus menyalakan lampu blitz kamera untuk mendapatkan gambar yang mereka butuhkan yang harus tayang hari ini juga.Saling dorong terus terjadi hingga akhirnya Bram masuk ke dalam ruangan dimana dia dan keempat temannya yang lain selain Kholil sudah masuk.“Karir kita usai,” bisik Bram dengan mata terpejam sembari membayangkan masa depannya yang kini jadi suram karena pengaruh buruk managernya.“Iya, tapi ya mau gimana lagi, Bro. Kalau gak gini kita tak akan pernah kuat menghadapi konser berjubel yang sudah kita tanda tangani bersama,”“Kau benar,” sahut Bram mengingat kembali jalur karir musiknya yang memang begitu padat sehingga untuk bisa tidur nyenyak saja sangat sulit bagi mereka.“Kalian siap-siap ke RSKO!” seru Swarna memasuki ruangan tempat Bram berada.“Apa se
Baca selengkapnya

Dendam Bram

“Pasti! Ayahmu boleh kabur dari tanggung jawabnya. Ibumu boleh menolakmu, tapi percaya sama Enin, cinta Enin mah tulus untuk Ujang. Enin gak akan ninggalin Ujang asal ujang tetap sayang sama diri ujang,”Bram kembali meneteskan air matanya, ketulusan wanita paruh baya ini sungguh membuatnya semakin merasa jika hidupnya kini hanya pantas dipersembahkan untuk Enin.Dia terus memohon kepada Allah semoga tubuhnya yang begitu rapuh ini bisa kembali mendapatkan kekuatan seperti saat semua kejadian bodoh ini belum berjalan.“Sekarang Ujang sholat. Percaya sama Enin, Cuma Sholat yang bisa membantu Ujang keluar dari semua ujian ini,”Deg! Jantung Bram serasa ditikam belati, dia teringat jika selama ini satu-satunya hal yang dia lupakan adalah menyembah tuhannya.“Kenapa?” tanya Enin melihat perubahan ekspresi wajah cucunya.“Maafkan Bram, Nin. Sepertinya Ujang lupa melakukan ini,” “Jadi Ujang teh ngak pernah sholat di RSK apa itu?”Bram melebarkan senyumnya membuat Enin semakin marah padan
Baca selengkapnya

Penolakan Keluarga Widi

"Jangan banyak menunda! Pergi sekarang!" teriak Enin pada cucunya yang tak juga bergerak dari tempatnya."I--iya. Aku akan pergi!" tegas Bram memberanikan diri.Dengan langkah gontai, Bram bergegas menuju kamarnya dan memesan taksi online yang datang tak lama kemudian. Dengan informasi dari sang nenek dia pun bergegas pergi untuk menemui istrinya yang kabarnya sedang mengalami masalah dengan kandungannya."Ini rumah sakitnya," lirih Bram setelah taksi yang dia kendarai berhenti di halaman Rumah Sakit Advent, Bandung dan dia bergegas turun setelah membayar.Baru saja langkahnya mengayun yakin memasuki rumah sakit tiba-tiba..."Hey, sedang apa kau di sini?!" teriak Dory, sepupu Widi yang melihat sosok Bram datang tanpa diundang."Dory! Hey," Bram mencoba ramah para pria tinggi besar berambut klimis itu."Hey? Hahahaha! Sapaan apa itu?""Kau di sini?" tanya Bram lalu mengulurkan tangannya.Plas!Dory menepis uluran tangan Bram yang ingin bersalaman dengannya."Kenapa denganmu?" "Kau pik
Baca selengkapnya

Kelahiran Anak Pertama Bram

"AAH! Ayah!" teriak Widi berkali-kali dengan wajah yang begitu kesakitan.Bram bersiap untuk melangkah masuk tapi tangan mertuanya segera menariknya. "Jangan! Kau disini saja!""Tapi...""Aku tau kau berniat baik pada putriku tapi percayalah, ini akan jadi urusanku hingga cucuku lahir!""Kenapa aku tak boleh masuk?"Pria tua itu menggelengkan kepalanya cepat lalu mendorong tubuh Bram yang sangat ingin bertemu Widi disaat sakitnya. "Pergilah!"Mendengar kata yang singkat dan begitu jelas itu, Bram menatap nanar wajah Widi yang seakan sulit dia sentuh untuk saat ini, meski permintaan ayah mertuanya begitu sulit, tapi dia mengalah.Pria tampan itu memilih melangkah mundur kemudian membiarkan Hartono masuk ke dalam kamar Widi tanpa dirinya.Kepala Bram tertunduk lalu memutar badan menuju lift untuk meninggalkan Widi yang terlihat sangat kesakitan."Maafkan aku, Widi," bisik Bram menahan sakit di dadanya. Sakit! Ini sangat sakit, tak cuma karena dia tak bisa menemui Widi, tapi juga karen
Baca selengkapnya

Mencurigai Dory

“Kalau begitu kejadiannya, aku akan membantumu mencari pelakunya!” “Sungguh Ayah akan membantuku?”“Bram, kau ini bagaimana sih? Aku sekarang ini ayahmu. Aku harus mengungkap semua ini agar saat kau menduduki posisi CEO, jalanmu akan lapang!”Bram mengangguk penuh semangat mendengar janji dari ayah mertuanya itu. Diapun segera menjabat tangan Hartono berbesar hati untuk melanjutkan hidupnya yang sempat berantakan karena kasus narkoba yang menimpanya.“Kau harus semangat, Nak! Aku akan mendukungmu apapun yang terjadi demi masa depan kau dan putriku!”“Terima kasih, Ayah! Aku tau ini tak mudah bagimu tapi aku sangat senang dengan dukungan yang kau katakan barusan,”“Iya, sekarang temui Widi. Katakan padanya kau tak akan meninggalkannya lagi. Hanya itu yang aku mau sekarang,”“Baik! Aku akan menemuinya setelah jam istirahatnya selesai,”Hartono menatap menantunya itu dengan lembut berharap banyak pada pria yang kini ada tak jauh dari hadapannya. Dia terus berharap segera menemukan orang
Baca selengkapnya

Penyesalan Bram

"Nyonya!" teriak seorang perawat yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Widi yang masih begitu lemas setelah melahirkan."Ada apa?" tanya Widi dengan penuh awas. "Katakan saja,""Tapi, Nyonya!""Apa?" tanya Widi sekali lagi. "Katakan ada apa?" ucapnya penuh penekanan."Pak Hartono, kondisinya dia telah meninggal," ucapnya dengan bibir bergetar."Ayah!" tangis Widi seketika pecah dan tak ada yang bisa menghentikan. Tangisan wanita yang baru melahirkan itu segera bertaut dengan tangisan bayi Widi yang masih berada di kamar perawatannya.Semua orang yang sedang berada di sana tak berani menyentuh Widi karena mereka tau kesedihan ini tak akan bisa tergantikan oleh apapun.Setelah kesedihan di ruang perawatan Widi, beberapa orang anggota keluarga pengusaha dapur rekaman itu satu persatu mulai berdatangan.Tentu Widi butuh penghiburan namun yang ada mereka justru datang untuk menyalahkan Bram yang dianggap keluarga wanita kaya ini sebagai penyebab kematian Hartono yang sebelum kasus gitaris ta
Baca selengkapnya

Wasiat Pak Hartono

“Aku sangat menyesal, Ayah! Maafkan aku!” ucap Bram berkali-kali sambil terus menangis meski tangisan ini tak sedikitpun ingin dihentikan oleh salah satu anggota keluarga istrinya. Tangisannya baru terhenti saat supir kepercayaan ayah mertuanya mendekatinya."Pak, biar saya antar pulang. Ada pesan dari Pak Hartono sebelum Beliau meninggal dunia,""Ayah bilang apa?" tanya Bram sembari memutar lehernya ke arah pria berbaju supir itu."Mari ikut saya,"Bram tersenyum simpul lalu melangkah bersama supir itu meninggalkan ruang persemayaman terakhir Hartono.Dalam hatinya dia terus bertanya-tanya apa gerangan yang dikatakan pria yang mengorbitkannya di dunia musik sebelum tutup usia."Masuk, Pak!" Supir mempersilahkan."Baik!" Bram segera duduk di kursi penumpang sambil bersandar menunggu pria kepercayaan Hartono itu duduk di kursi kemudi."Saya cerita dulu, ya. Jangan di sela," pintanya sambil memutar kunci mobil."Iya!""Jadi sebelum Bapak meninggal, Bapak mengatakan kecurigaannya pada Pa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status