Greg yang mendengarkan penjelasan dari Knox itu sungguh ingin menertawakan pria itu.Dia ingin sekali membuat mata Knox semakin melebar setelah benar-benar mengetahui kehebatan dari sang jenderal perang.Sayangnya, mereka saat ini masih berada di dalam pesawat sehingga Greg harus berusaha keras untuk menahan dirinya.Akan tetapi, seseorang yang tidak jauh dari tempat duduk Knox itu berkata, "Makanya jangan pernah sekalipun kau meragukan seseorang yang bahkan kau tidak tahu seperti apa dirinya. Sebab, bisa jadi suatu ketika kau mungkin sangat mengaguminya."Knox tertohok. "Semua yang aku lakukan itu sangat wajar, apalagi dulunya beliau juga sudah pernah berhenti sementara menjadi prajurit. Siapa yang akan menyangka bila ternyata kekuatannya tetaplah seperti dulu dan bisa dikatakan malah jauh lebih meningkat daripada sebelumnya?"Knox memandang sekeliling dan melihat reaksi pasukan lain tetapi sepertinya mereka tidak benar-benar menganggapnya serius sehingga mau tidak mau dia menelan k
Keannu Wellington tidak bisa lagi menahan rasa jengkelnya pada jenderal perang yang dulunya merupakan salah satu prajurit kesayangan ayahnya.Tetapi dia merasa begitu lega karena pria itu menemuinya di tengah malam sehingga dia tak perlu harus menanggung malu di depan para pejabat istana.Andai saya pria itu menemuinya di siang hari maka sudah pasti dia tak akan sanggup mengangkat muka di depan para pejabat istana lagi.Bukan hanya satu kali atau dua kali William Mackenzie telah mempermalukan dirinya.Hal itu pula yang membuatnya ingin sekali menghancurkan pria itu. Meskipun dia juga paham bila dia sampai kehilangan jenderal besar itu maka dirinya akan rugi besar.Bila tak ada orang sekuat William Mackenzie sebagai pelindung negerinya, bukan tidak mungkin kerajaan tercintanya itu akan diserang habis-habisan oleh kerajaan-kerajaan musuh yang telah dia taklukkan."Yang Mulia, perintah Anda sedang ditunggu," ucap Bill yang segera menyadarkan sang raja dari lamunan singkatnya.Keannu meng
Steven tidak membalas tetapi malah semakin tertawa terpingkal-pingkal dan hal ini membuat Greg semakin jengkel kepada wakil jenderal perang itu.Namun, karena dirinya memang tidak bisa memaksa Steven untuk menjelaskan lebih lanjut maka ia pun hanya bisa menunggu dengan pasrah."Dasar bodoh! Siapa yang berniat untuk menghukummu?" ucap Steven setelah tawanya mereda.Sungguh dia tidak pernah berpikir bila anak buahnya akan bertingkah bodoh semacam itu.Greg sama sekali tidak marah ketika dimaki-maki seperti itu, justru dia malah semakin penasaran akan perkataan Steven yang sebelumnya.Namun, kini Steven sebenarnya juga tidak bisa menyalahkan anak buahnya itu lantaran tindakan-tindakan yang dilakukan oleh William Mackenzie memanglah selalu di luar dugaan.Bahkan, dirinya juga diliputi oleh keterkejutan dan kebingungan yang hampir membuatnya tidak bisa berkata-kata."Tuan, tapi Anda tadi-""Astaga, kurasa penyeleksian prajurit istana seharusnya lebih diperketat. Tidak hanya melalui tes fis
William Mackenzie buru-buru membalas, "Cassie, ini bukan apa-apa. Kau tidak perlu memikirkan hal ini." "Apa maksudmu tidak perlu? Apa kau pikir aku tidak bisa membantumu?" balas Cassandra. Bill memejamkan mata dan kini mulai merasa bila dirinya mungkin akan segera bertengkar dengan sang istri. "Kau tahu itu bukan. Cassie, aku hanya tidak ingin menambah dirimu beban. Sudah, aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan setelah semuanya selesai aku akan segera pulang," ucap Bill. Cassandra yang berada di ujung sana terdiam selama beberapa saat. Wanita cantik itu tidak tersinggung sama sekali dan justru malah begitu kasihan kepada sang suami yang harus memikirkan segalanya sendiri. Bukan berarti dirinya tidak ingin benar-benar membantu suaminya itu tetapi dia merasa bila Bill benar-benar sangat memikirkan dirinya sehingga dia memilih untuk tidak lagi mempermasalahkan hal itu. "Baiklah, kalau memang maumu seperti itu." Cassandra kemudian berbicara tentang beberapa hal sebelum akhirnya
Tentu saja perkataan Jody Gardner memancing amarah William Mackenzie.Tak bisa menahan diri lagi, William Mackenzie pun segera mencengkram leher Jody Gardner lalu menyeretnya menyingkir dari area itu.Keannu Wellington tentu saja terbelalak kaget saat melihatnya tetapi dia tidak bisa melakukan hal apapun karena tak ingin lebih disalahkan.Jody Gardner hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa melepaskan diri dari cengkraman William Mackenzie. "Lepaskan aku!" Jody berontak tetapi dengan kekuatan penuh Bill malah langsung meninju Jody."Apa kau sudah gila, Jenderal Mackenzie?" ucap Jody dengan mulut yang sudah meneteskan darah di bagian bibirnya.William Mackenzie kemudian berkata, "Kau bukan manusia."Jody yang juga sudah tidak bisa menutupi segalanya pun lalu menjawab, "Hm, apa kau baru sadar kalau aku bukan manusia?" Pukulan William Mackenzie pun tertahan hingga Jody berhasil melepaskan diri.Semua orang di kerajaan itu mengelilingi dengan dua orang tersebut berada di tengah-tengah."Aku
Hi, Readers. Terima kasih bagi semua pembaca yang membaca cerita ini hingga tamat. Saya sangat-sangat hepi sekali banyak pembaca yang menaruh apresiasi yang tinggu untuk novel ini.Bahkan, buku ini juga sempat memenangan sebuah kompetisi The Series tahun lalu.Lantas, saya pun menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Inggris dan betapa senangnya saya ketika buku versi Inggrisnya pun bisa diterima dengan sangat baik di luar negeri. Maka, dikarenakan hal itu, saya ingin melanjutkan cerita ke versi selanjutnya, yakni season 2 yang menceritakan tentang kisah putra dari William Mackenzie.Dimulai hari ini ya, Readers. Semoga season keduanya akan lebih disukai. Terima kasih banyak, Readers.Salam hangat,Zila Aicha
"Hentikan memberi ekspresi seperti itu pada putramu, Bill!" tegur Cassandra pada sang suami, William yang memang memperlihatkan ekspresi tidak rela. William menghela napas panjang, "Lalu, apa yang kau ingin aku lakukan? Tersenyum lebar di saat aku harus melepas putraku yang ingin mempertaruhkan nyawa demi Kerajaan Ans De Lou?" "Kau tahu aku tidak bisa, Cassie. Kau tahu aku ...." William Mackenzie, mantan dewa perang, sang jenderal yang terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou tak bisa melanjutkan perkataannya dikarenakan putra tunggalnya, Riley sudah berjalan kembali kepada mereka setelah berpamitan dengan teman-temannya. Dia tentu tak ingin putranya melihat dirinya sedang berdebat dengan istrinya. "Hei, bagaimanapun juga kau sudah memberi izin pada putramu untuk mendaftar, kau tidak bisa menarik ucapanmu lagi, Bill," kata Cassandra sembari melebarkan mata, memberi suaminya sebuah peringatan. William hanya bisa menghela napas panjang, "Kau sudah selesai, Sayang?" Cassandra
Riley Mackenzie menoleh dan terkejut saat James Gardner tengah menatap dirinya juga. "Ada apa?" Riley memilih bertanya pada James. James mendecakkan lidah, "Kau sepertinya cukup tinggi. Olahraga apa yang kau lakukan?" Alen Smith menaikkan alis kanan, "Apa yang sedang kau lakukan? Mengapa bertanya begitu?"" "Apa yang salah dengan pertanyaanku?" balas James tak mau kalah. Diego sontak berkata, "Kamu sepertinya memang memiliki sebuah masalah, teman." "Apa maksudmu?" James bertanya dengan raut wajah tidak suka. "Kesopanan," jawab Diego singkat. Riley yang menyaksikan tiga orang itu sedang mulai akan berdebat itu mendesah pelan. Dia berniat untuk melerai tapi dia malah mendengar James membalas ucapan Diego, "Kesopanan? Apa itu? Aku sama sekali tidak paham." Diego mengertakkan gigi, tapi Alen dengan cepat berkata, "Tentu saja kau tidak paham. Kalau paham, kau tentu bukan menjadi keturunan Jody Gardner." Riley terlonjak kaget saat mendengar temannya mengambil topik itu. Benar saja,
Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya
Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en
“Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe
“Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh
Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,
Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang
Philip Crawford pun menjawab, “Yang Mulia, Anda telah melakukan kesalahan besar.”Semua orang menahan napas mendengar jawaban yang sangat berani yang dikatakan oleh Philip.Bahkan, Ashton Rowles tampak terkejut setengah mati hingga lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.“Astaga! Apa Perdana Menteri sudah hilang akal?” gumam seorang menteri yang berdiri tidak jauh dari Ashton.Seorang temannya yang juga merupakan menteri pun membalas, “Dia memang sudah gila.”“Aku rasa dia berani membantah raja karena dia tidak rela kehilangan jabatannya,” sahut menteri lain.Seorang staf kementerian kehutanan mengangguk, “Anda semua benar, menteri. Sepertinya Perdana Menteri Crawford tidak bisa menerima keputusan raja.”“Itu sudah jelas. Hanya saja … kalau aku menjadi Perdana Menteri, aku akan melakukan hal yang sama,” kata seorang staf kementerian yang lain.Menteri Sosial menanggapi, “Mengapa?”Orang itu mengangkat bahu, “Masalahnya adalah … dia digantikan oleh seorang yang memiliki kriteria jauh
“Tidak, sudah aku katakan dia tidak mungkin melakukannya, Perdana Menteri,” Ashton Rowles berkata pelan.Namun, dari nada suaranya, Philip merasakan bila Ashton pun tidak yakin dengan apa yang dia katakan.Hal itu membuat Philip mendecakkan lidah, sedangkan Ashton sendiri juga sebenarnya mulai tidak yakin dan keheranan.Akan tetapi, dia tidak akan mengungkapkan keraguannya itu pada Philip karena tidak mau seniornya tersebut merasa kesal.“Sudahlah, kalau dia memang berniat memecatku, aku akan terima. Mungkin ini memang sudah waktunya aku pensiun dari istana,” kata Philip dengan nada terdengar muram.Ashton sontak merasa kasihan tapi dia tahu dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu keputusan raja.“Jabatan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou tetap akan dipegang Philip Crawford yang telah berjasa begitu banyak untuk kerajaan ini,” kata Xylan.Philip melongo tak percaya.Sementara Ashton langsung tertawa lega dan berkata, “Aku benar kan, Perdana Menteri? Dia tidak memecatmu.”“Sel
Rupanya Ashton tidak tersinggung meskipun Philip berkata kepadanya dengan nada sinis.Ashton malah tersenyum menenangkan, “Aku tidak mungkin menertawakan seniorku, Perdana Menteri.”Usia Ashton memang lima belas tahun lebih muda daripada Philip. Selain usianya yang jauh di bawah Philip, Ashton juga memiliki lebih sedikit pengalaman dibandingkan Philip.Ashton Rowles baru menginjakkan kakinya di istana itu sekitar dua belas tahun lalu, tepat di saat dia berusia 30 tahun. Dia diangkat sebagai Menteri Pendidikan 4 tahun yang lalu di saat usianya baru 38 tahun.Dia memang salah satu menteri termuda yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou, tapi jika dibandingkan dengan Philip Crawford yang telah mengabdikan diri di istana selama lebih dari dua puluh tahun, tentu saja dia tidak sebanding.“Lalu, kenapa?” Philip bertanya, masih dengan nada sebal.Ashton pun menjawab, “Raja Xylan menghargai orang lain. Aku … sangat yakin bila dia akan mempertahankan kau, Perdana Menteri.”Philip terpana, “Kenap