Share

Author's Note

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-06 22:18:21

Hi, Readers. Terima kasih bagi semua pembaca yang membaca cerita ini hingga tamat. Saya sangat-sangat hepi sekali banyak pembaca yang menaruh apresiasi yang tinggu untuk novel ini.

Bahkan, buku ini juga sempat memenangan sebuah kompetisi The Series tahun lalu.

Lantas, saya pun menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Inggris dan betapa senangnya saya ketika buku versi Inggrisnya pun bisa diterima dengan sangat baik di luar negeri. Maka, dikarenakan hal itu, saya ingin melanjutkan cerita ke versi selanjutnya, yakni season 2 yang menceritakan tentang kisah putra dari William Mackenzie.

Dimulai hari ini ya, Readers. Semoga season keduanya akan lebih disukai. Terima kasih banyak, Readers.

Salam hangat,

Zila Aicha

Komen (1)
goodnovel comment avatar
seger supriadi
cerita bagus......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kerelaan

    "Hentikan memberi ekspresi seperti itu pada putramu, Bill!" tegur Cassandra pada sang suami, William yang memang memperlihatkan ekspresi tidak rela. William menghela napas panjang, "Lalu, apa yang kau ingin aku lakukan? Tersenyum lebar di saat aku harus melepas putraku yang ingin mempertaruhkan nyawa demi Kerajaan Ans De Lou?" "Kau tahu aku tidak bisa, Cassie. Kau tahu aku ...." William Mackenzie, mantan dewa perang, sang jenderal yang terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou tak bisa melanjutkan perkataannya dikarenakan putra tunggalnya, Riley sudah berjalan kembali kepada mereka setelah berpamitan dengan teman-temannya. Dia tentu tak ingin putranya melihat dirinya sedang berdebat dengan istrinya. "Hei, bagaimanapun juga kau sudah memberi izin pada putramu untuk mendaftar, kau tidak bisa menarik ucapanmu lagi, Bill," kata Cassandra sembari melebarkan mata, memberi suaminya sebuah peringatan. William hanya bisa menghela napas panjang, "Kau sudah selesai, Sayang?" Cassandra

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06
  • Sang Dewa Perang Terkuat    2. Perdebatan

    Riley Mackenzie menoleh dan terkejut saat James Gardner tengah menatap dirinya juga. "Ada apa?" Riley memilih bertanya pada James. James mendecakkan lidah, "Kau sepertinya cukup tinggi. Olahraga apa yang kau lakukan?" Alen Smith menaikkan alis kanan, "Apa yang sedang kau lakukan? Mengapa bertanya begitu?"" "Apa yang salah dengan pertanyaanku?" balas James tak mau kalah. Diego sontak berkata, "Kamu sepertinya memang memiliki sebuah masalah, teman." "Apa maksudmu?" James bertanya dengan raut wajah tidak suka. "Kesopanan," jawab Diego singkat. Riley yang menyaksikan tiga orang itu sedang mulai akan berdebat itu mendesah pelan. Dia berniat untuk melerai tapi dia malah mendengar James membalas ucapan Diego, "Kesopanan? Apa itu? Aku sama sekali tidak paham." Diego mengertakkan gigi, tapi Alen dengan cepat berkata, "Tentu saja kau tidak paham. Kalau paham, kau tentu bukan menjadi keturunan Jody Gardner." Riley terlonjak kaget saat mendengar temannya mengambil topik itu. Benar saja,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-10
  • Sang Dewa Perang Terkuat    3. Ide Bagus

    "Katakan padaku! Apa kamu benar-benar mengenal putra William Mackenzie?" tanya James Gardner dengan tatapan penuh harap. Alen Smith ingin ikut menanggapi, tapi James hanya memperhatikan jawaban yang dikeluarkan oleh Riley sehingga pria itu diabaikan. James berkata lagi, "Kalau iya, bisa katakan padaku di kompartemen mana dia berada?" Riley bukannya takut menghadapi James, tapi dia hanya ingin menjaga rahasianya seperti apa yang diinginkan oleh ayahnya. Memang tidak mungkin selamanya menyembunyikan identitas aslinya, tapi setidaknya tidak di awal dia meninggalkan kotanya. Dia bahkan belum menginjakkan kakinya di istana. Bagaimana bisa dia membuka identitasnya? Jelas, dia tidak bisa melakukannya. Maka, pemuda itu pun membalas, "Bagaimana aku bisa tahu dia ada di mana? Aku langsung naik ke kereta ini dan mencari kompartemenku. Aku belum melihat-lihat k sekeliling." Mendengar jawaban itu, James mendengus kecewa. Tapi, anak muda itu terlihat tak mudah menyerah sehingga dia berkata

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    4. Nama Belakang

    Riley sontak berkata, "Kamu yang melakukannya?"James membalas, "Melakukan apa?""Memberitahu mereka tentang putra dari Jenderal Mackenzie ada di sini?" ucap Riley masih mencoba menahan emosi.James mengangkat bahu, "Aku hanya memberitahu mereka tentang kemungkinan itu. Ya siapa yang tahu kalau ternyata mereka mempercayainya?"Alen Smith mendengus, "Kamu sengaja melakukannya karena ingin menemukan putra dari Jenderal Mackenzie kan?"Diego berujar, "Kau pikir kau bisa memancing anak dari jenderal besar itu muncul?"Sekali lagi, James Gardner terlihat menyeringai dan membalas, "Tentu saja. Orang itu pasti akan muncul sendiri. Dan ... aku akan mengalahkannya dalam setiap pertandingan, apapun.""Bermimpi saja terus, selama kau bisa," ujar Alen.Riley berkata, "Kau seperti kurang kerjaaan saja."Senyum sombong lenyap dari wajah James. "Terserah apa katamu, tapi kalian bertiga lihat saja. Aku akan mengalahkannya."Alen dan Diego tidak menanggapi tapi Riley malah berkata, "Baiklah, selamat be

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    5. Pergi dari Sini!

    Beberapa orang lainnya juga berteriak hal yang sama. "Anak jenderal pengkhianat!" "Pergi dari sini! Kau tidak pantas ada di sini." "Pergi!" "Usir dia dari sini!" Mary Kesley yang menjadi salah satu penanggung jawab kegiatan itu pun segera mengangkat tangan. "Mohon tenanglah!" Sayangnya perkataan Marry sama sekali tidak digubris oleh orang-orang itu. Mereka tetap saja berteriak heboh meminta James Gardner untuk pergi. Teriakan-teriakan itu juga memenuhi seluruh area di bagian depan pintu gerbang itu. Bisa dibilang hanya segelintir orang saja yang tidak berteriak, termasuk Riley Mackenzie. Pria muda itu seakan tak ingin memperkeruh suasana dan hanya diam saja di sana sambil menunggu mereka berhenti sendiri. Namun, seolah memang sengaja menulikan pendengarannya, James Gardner dengan penuh percaya diri berjalan ke arah depan. Pria itu lalu mengangguk pada Mary Kesley yang masih tampak berusha meredakan kegaduhan yang sayangnya masih gagal itu. Setelah mengambil tas ransel milikn

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    6. Identitas

    Riley cukup terkesan dengan cara James memandang masalah perebutan posisi prajurit itu. Pria muda itu bahkan menyungging sebuah senyum ramah, "Kau benar. Kita akan bersaing sengit." James dengan cepat menanggapi, "Aku tidak akan mudah kau kalahkan." "Ya, memang kau harus begitu. Kalau kau mudah aku kalahkan, lalu bagaimana mungkin kau bisa menghadapi orang yang sedang kamu cari itu?" ucap Riley. James mendengus sebal tapi di dalam hati dia bertekad akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa lebih unggul dari semua saingannya. "Apa kita akan tetap berada di sini sampai semuanya terpanggil?" tanya Alen smith. "Sepertinya begitu," jawab Diego Greco yang sudah terlihat bosan. Riley ikut berkata, "Tidak akan lama. Tas di depan sudah hampir habis." "Benar. Menurutmu, berapa kira-kira jumlah calon prajurit tahun ini?" Diego bertanya pada ketiga orang di sekitarnya. Alen langsung mencoba mengingat-ingat, tapi Riley lebih cepat, "Tahun lalu ada sekitar 3200 orang mendaftar dan mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    7. Ketakutan?

    Riley membalas dengan cepat, "Apa yang kau katakan? Dia saja mungkin tidak tahu kalau kau itu ada." James menaikkan sebelah alisnya dan menatap sinis pada Riley, "Bagaimana mungkin dia tidak tahu?" Riley tersenyum sebal, "Dia bisa saja tidak memiliki waktu untuk mengurusi hidup orang lain." James mendecakkan lidah. Alen Smith berkata, "Astaga! Jangankan putra dari Jenderal Mackenzie yang tidak memiliki waktu untuk mencari tahu tentang kau, kami saja juga tidak punya." "Benar. Kami bahkan tidak mengira kalau Jenderal Gardner memiliki seorang putra," ucap Diego jujur. James Gardner menatap ketiga orang yang satu asrama dengannya itu, tetapi dia tidak menemukan sebuah kebohongan di mata ketiganya. Pemuda berusia 22 tahun itu pun mendesah lelah. "Ibuku memang tidak pernah menikah dengan ayaku." Riley amat sangat terkejut mendengar pengakuan yang terlalu jujur itu. Sungguh dia tidak pernah mengira bila James akan langsung terbuka seperti itu. Alen dan Diego saling berpandangan, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Sang Dewa Perang Terkuat    8. Jenderal Perang Terlama

    Alen langsung maju dengan penuh emosi tapi Riley cepat-cepat mencegah pemuda itu dengan berkata, "Tahan dirimu!" Alen berusaha melepaskan diri dari Riley tapi Riley tetap menahan lengannya. "Kenapa harus aku yang menahan diri, sementara dia seenaknya sendiri berkata-kata yang membuat orang kesal?" ucap Alen, terlihat tidak terima. Riley berucap pelan, "Karena dia hanya memancing kemarahanmu saja. Paham tidak?" Alen terdiam sehingga Riley pria muda itu sudah lebih tenang dan kemudian dia pun melepaskan diri. Diego pun sudah hampir kehilangan kesabaran menghadapi James tapi belum bertindak apapun. James malah sudah berdiri dan bersedekap, seakan menantang Alen untuk berkelahi. Riley segera berdiri di depan Alen dan berkata dengan nada tajam, "Apa hanya ini yang kau bisa lakukan?" James menatap Riley dengan ekspresi bingung. "Kau melakukan ini, membuat orang lain kesal dan menantang mereka untuk berkelahi denganmu agar kau tidak terlalu banyak mendapatkan musuh di seleksi penerima

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    59. Kau Tidak Percaya?

    Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    58. Penumpang Cerewet

    Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en

  • Sang Dewa Perang Terkuat    57. Satu Hari Cukup?

    “Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    56. Katakanlah, Yang Mulia!

    “Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh

  • Sang Dewa Perang Terkuat    55. Tidak Kecewa?

    Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,

  • Sang Dewa Perang Terkuat    54. Raja Terbaik?

    Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    53. Demi Kebaikan

    Philip Crawford pun menjawab, “Yang Mulia, Anda telah melakukan kesalahan besar.”Semua orang menahan napas mendengar jawaban yang sangat berani yang dikatakan oleh Philip.Bahkan, Ashton Rowles tampak terkejut setengah mati hingga lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.“Astaga! Apa Perdana Menteri sudah hilang akal?” gumam seorang menteri yang berdiri tidak jauh dari Ashton.Seorang temannya yang juga merupakan menteri pun membalas, “Dia memang sudah gila.”“Aku rasa dia berani membantah raja karena dia tidak rela kehilangan jabatannya,” sahut menteri lain.Seorang staf kementerian kehutanan mengangguk, “Anda semua benar, menteri. Sepertinya Perdana Menteri Crawford tidak bisa menerima keputusan raja.”“Itu sudah jelas. Hanya saja … kalau aku menjadi Perdana Menteri, aku akan melakukan hal yang sama,” kata seorang staf kementerian yang lain.Menteri Sosial menanggapi, “Mengapa?”Orang itu mengangkat bahu, “Masalahnya adalah … dia digantikan oleh seorang yang memiliki kriteria jauh

  • Sang Dewa Perang Terkuat    52. Ya, Perdana Menteri?

    “Tidak, sudah aku katakan dia tidak mungkin melakukannya, Perdana Menteri,” Ashton Rowles berkata pelan.Namun, dari nada suaranya, Philip merasakan bila Ashton pun tidak yakin dengan apa yang dia katakan.Hal itu membuat Philip mendecakkan lidah, sedangkan Ashton sendiri juga sebenarnya mulai tidak yakin dan keheranan.Akan tetapi, dia tidak akan mengungkapkan keraguannya itu pada Philip karena tidak mau seniornya tersebut merasa kesal.“Sudahlah, kalau dia memang berniat memecatku, aku akan terima. Mungkin ini memang sudah waktunya aku pensiun dari istana,” kata Philip dengan nada terdengar muram.Ashton sontak merasa kasihan tapi dia tahu dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu keputusan raja.“Jabatan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou tetap akan dipegang Philip Crawford yang telah berjasa begitu banyak untuk kerajaan ini,” kata Xylan.Philip melongo tak percaya.Sementara Ashton langsung tertawa lega dan berkata, “Aku benar kan, Perdana Menteri? Dia tidak memecatmu.”“Sel

  • Sang Dewa Perang Terkuat    51. Para Menteri

    Rupanya Ashton tidak tersinggung meskipun Philip berkata kepadanya dengan nada sinis.Ashton malah tersenyum menenangkan, “Aku tidak mungkin menertawakan seniorku, Perdana Menteri.”Usia Ashton memang lima belas tahun lebih muda daripada Philip. Selain usianya yang jauh di bawah Philip, Ashton juga memiliki lebih sedikit pengalaman dibandingkan Philip.Ashton Rowles baru menginjakkan kakinya di istana itu sekitar dua belas tahun lalu, tepat di saat dia berusia 30 tahun. Dia diangkat sebagai Menteri Pendidikan 4 tahun yang lalu di saat usianya baru 38 tahun.Dia memang salah satu menteri termuda yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou, tapi jika dibandingkan dengan Philip Crawford yang telah mengabdikan diri di istana selama lebih dari dua puluh tahun, tentu saja dia tidak sebanding.“Lalu, kenapa?” Philip bertanya, masih dengan nada sebal.Ashton pun menjawab, “Raja Xylan menghargai orang lain. Aku … sangat yakin bila dia akan mempertahankan kau, Perdana Menteri.”Philip terpana, “Kenap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status