Share

4. Nama Belakang

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-15 19:19:34
Riley sontak berkata, "Kamu yang melakukannya?"

James membalas, "Melakukan apa?"

"Memberitahu mereka tentang putra dari Jenderal Mackenzie ada di sini?" ucap Riley masih mencoba menahan emosi.

James mengangkat bahu, "Aku hanya memberitahu mereka tentang kemungkinan itu. Ya siapa yang tahu kalau ternyata mereka mempercayainya?"

Alen Smith mendengus, "Kamu sengaja melakukannya karena ingin menemukan putra dari Jenderal Mackenzie kan?"

Diego berujar, "Kau pikir kau bisa memancing anak dari jenderal besar itu muncul?"

Sekali lagi, James Gardner terlihat menyeringai dan membalas, "Tentu saja. Orang itu pasti akan muncul sendiri. Dan ... aku akan mengalahkannya dalam setiap pertandingan, apapun."

"Bermimpi saja terus, selama kau bisa," ujar Alen.

Riley berkata, "Kau seperti kurang kerjaaan saja."

Senyum sombong lenyap dari wajah James. "Terserah apa katamu, tapi kalian bertiga lihat saja. Aku akan mengalahkannya."

Alen dan Diego tidak menanggapi tapi Riley malah berkata, "Baiklah, selamat be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    5. Pergi dari Sini!

    Beberapa orang lainnya juga berteriak hal yang sama. "Anak jenderal pengkhianat!" "Pergi dari sini! Kau tidak pantas ada di sini." "Pergi!" "Usir dia dari sini!" Mary Kesley yang menjadi salah satu penanggung jawab kegiatan itu pun segera mengangkat tangan. "Mohon tenanglah!" Sayangnya perkataan Marry sama sekali tidak digubris oleh orang-orang itu. Mereka tetap saja berteriak heboh meminta James Gardner untuk pergi. Teriakan-teriakan itu juga memenuhi seluruh area di bagian depan pintu gerbang itu. Bisa dibilang hanya segelintir orang saja yang tidak berteriak, termasuk Riley Mackenzie. Pria muda itu seakan tak ingin memperkeruh suasana dan hanya diam saja di sana sambil menunggu mereka berhenti sendiri. Namun, seolah memang sengaja menulikan pendengarannya, James Gardner dengan penuh percaya diri berjalan ke arah depan. Pria itu lalu mengangguk pada Mary Kesley yang masih tampak berusha meredakan kegaduhan yang sayangnya masih gagal itu. Setelah mengambil tas ransel milikn

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    6. Identitas

    Riley cukup terkesan dengan cara James memandang masalah perebutan posisi prajurit itu. Pria muda itu bahkan menyungging sebuah senyum ramah, "Kau benar. Kita akan bersaing sengit." James dengan cepat menanggapi, "Aku tidak akan mudah kau kalahkan." "Ya, memang kau harus begitu. Kalau kau mudah aku kalahkan, lalu bagaimana mungkin kau bisa menghadapi orang yang sedang kamu cari itu?" ucap Riley. James mendengus sebal tapi di dalam hati dia bertekad akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa lebih unggul dari semua saingannya. "Apa kita akan tetap berada di sini sampai semuanya terpanggil?" tanya Alen smith. "Sepertinya begitu," jawab Diego Greco yang sudah terlihat bosan. Riley ikut berkata, "Tidak akan lama. Tas di depan sudah hampir habis." "Benar. Menurutmu, berapa kira-kira jumlah calon prajurit tahun ini?" Diego bertanya pada ketiga orang di sekitarnya. Alen langsung mencoba mengingat-ingat, tapi Riley lebih cepat, "Tahun lalu ada sekitar 3200 orang mendaftar dan mereka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    7. Ketakutan?

    Riley membalas dengan cepat, "Apa yang kau katakan? Dia saja mungkin tidak tahu kalau kau itu ada." James menaikkan sebelah alisnya dan menatap sinis pada Riley, "Bagaimana mungkin dia tidak tahu?" Riley tersenyum sebal, "Dia bisa saja tidak memiliki waktu untuk mengurusi hidup orang lain." James mendecakkan lidah. Alen Smith berkata, "Astaga! Jangankan putra dari Jenderal Mackenzie yang tidak memiliki waktu untuk mencari tahu tentang kau, kami saja juga tidak punya." "Benar. Kami bahkan tidak mengira kalau Jenderal Gardner memiliki seorang putra," ucap Diego jujur. James Gardner menatap ketiga orang yang satu asrama dengannya itu, tetapi dia tidak menemukan sebuah kebohongan di mata ketiganya. Pemuda berusia 22 tahun itu pun mendesah lelah. "Ibuku memang tidak pernah menikah dengan ayaku." Riley amat sangat terkejut mendengar pengakuan yang terlalu jujur itu. Sungguh dia tidak pernah mengira bila James akan langsung terbuka seperti itu. Alen dan Diego saling berpandangan, t

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Sang Dewa Perang Terkuat    8. Jenderal Perang Terlama

    Alen langsung maju dengan penuh emosi tapi Riley cepat-cepat mencegah pemuda itu dengan berkata, "Tahan dirimu!" Alen berusaha melepaskan diri dari Riley tapi Riley tetap menahan lengannya. "Kenapa harus aku yang menahan diri, sementara dia seenaknya sendiri berkata-kata yang membuat orang kesal?" ucap Alen, terlihat tidak terima. Riley berucap pelan, "Karena dia hanya memancing kemarahanmu saja. Paham tidak?" Alen terdiam sehingga Riley pria muda itu sudah lebih tenang dan kemudian dia pun melepaskan diri. Diego pun sudah hampir kehilangan kesabaran menghadapi James tapi belum bertindak apapun. James malah sudah berdiri dan bersedekap, seakan menantang Alen untuk berkelahi. Riley segera berdiri di depan Alen dan berkata dengan nada tajam, "Apa hanya ini yang kau bisa lakukan?" James menatap Riley dengan ekspresi bingung. "Kau melakukan ini, membuat orang lain kesal dan menantang mereka untuk berkelahi denganmu agar kau tidak terlalu banyak mendapatkan musuh di seleksi penerima

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • Sang Dewa Perang Terkuat    9. Semangat yang Berkobar

    Seseorang bahkan memberanikan diri mengangkat tangannya. "Jenderal." Andrew Reece segera ikut mengangkat tangan dan meminta para calon prajurit lain diam dan mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh pria muda yang sedang berdiri itu. "Ya, silakan!" Andrew mempersilakan si penanya. "Jenderal, apa itu semacam program khusus?" Calon prajurit itu bertanya dengan penuh semangat. "Ya. Prajurit yang aku latih langsung di bawah pengawasanku akan secara otomatis ikut dalam pemilihan jenderal perang berikutnya," jelas Andrew. Penjelasan Andrew itu tentu semakin membuat mereka semakin heboh. Begitu banyak yang ingin bertanya tapi Keannu meminta mereka untuk diam dan tenang dulu sebelum membiarlan Andrew kembali melanjutkan penjelasannya. Setelah mereka kembali tenang, Andrew berkata, "Jadi, ada tiga kandidat yang akan menjadi calon jenderal perang berikutnya, menggantikan aku yang akan segera mundur dari jabatan ini satu tahun dari sekarang." Para calon prajurit terlihat semakin kaget

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    10. Usir Dia!

    Andrew Reece membalas, "Yang Mulia, menurut saya semua ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Anda." "Bagaimana bisa tidak ada hubungannya denganku? Sejak dia keluar dari istana, dia langsung menghilang. Perusahaan-perusahaan miliknya juga dijual dan dia pasti membangun perusahaan baru. Keluarga istrinya juga tak pernah membicarakan dia, lalu kenapa kalau bukan karena tak ingin diketahui oleh istana? Olehku tepatnya," jelas Keannu dengan nada kecewa dan juga sedih. Andrew Reece menoleh pada sang raja dan berkata dengan nada menenangkan, "Yang Mulia, jika Jenderal Mackenzie membenci Anda, tidak mungkin di akhir-akhir kepempinannya Anda bisa dekat dengannya. Saya yakin Anda pun merasakan bila Jenderal Mackenzie malah berteman dengan Anda kala itu." "Iya, tapi hanya sebentar," balas Keannu. Andrew mengangguk, mengerti, "Tapi itu sudah cukup menunjukkan bila hubungan Anda dan Jenderal Mackenzie sudah membaik sejak saat itu. Sehingga tidak mungkin hal itu menjadi alasan utama." K

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    11. Kau Gila?

    "Iya, Yang Mulia," jawab Andrew Reece tegas, seakan memang tak ada keraguan akan keputusannya. Keannu menatap jenderal perangnya dengan tatapan aneh, seolah orang yang duduk di sampingnya itu sudah kehilangan akal sehatnya. "Kau sudah gila atau bagaimana, Reece?" ucap Keannu dengan sorot mata bingung. "Yang Mulia, saya masih sangat waras. Mohon dengarkan penjelasan saya dulu," kata Andrew Reece. Keannu mendengus jengkel tapi raja yang memiliki dua orang anak itu tetap berkata, "Katakan!" Andrew Reece pun mengangguk, penuh semangat, "James Gardner dikatakan sedang mencari putra dari Jenderal Mackenzie. Tekadnya pastilah sangat kuat. Ini pasti berhubungan dengan kejadian di masa lalu, di mana Jody Gardner, ayahnya dibunuh oleh Jenderal Mackenzie." "Aku sudah tahu. Justru itu masalahnya, Reece," kata Keannu dengan mengertakkan gigi, berusaha keras menahan rasa jengkelnya pada Andrew Reece. "Ya, saya mengerti, Yang Mulia. Namun, hal itu juga yang kita inginkan, bukan?" tanya Andrew.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-24
  • Sang Dewa Perang Terkuat    12. Kau Salah!

    James Gardner terdiam sesaat, tapi pria muda itu dengan segera membalas, "Tentu saja aku mempelajarinya. Maka dari itu aku tahu siapa yang membunuh ayahku." Beberapa orang yang mulanya juga ingin mengeroyok James dengan kata-kata akhirnya memilih untuk membatalkan niat mereka usai mereka mendengar kepahitan dalam nada suara James. Riley Mackenzie pun kehilangan kata-kata. James berujar lagi, "Kau mungkin lebih tahu semua sejarah kerajaan ini dari pada aku, Riley. Tapi ... aku tentu saja lebih paham darimu jika itu masalah yang berkaitan dengan ayahku, termasuk tentang pembunuh ayahku." Kau salah, James. Aku juga sama pahamnya denganmu mengenai masalah yang satu itu, Riley membatin. Keduanya saling memandanga seakan mereka sudah bermusuhan sejak lama, tapi Riley tak membalas ucapan James yang terakhir itu. "Sudah, tahanlah dirimu sedikit, Riley! Kau tahu kan dia itu gila, tak perlu kau hiraukan!" kata Alen yang hanya dibalas Riley dengan sebuah anggukan kecil. Malam hari di ista

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    42. Alasan James

    Bibir William terangkat ke atas sekali lagi, membentuk sebuah senyuman hangat.“James, tanpa aku menjelaskannya, kau … pasti tahu sendiri kan?” William berkata pelan.Setelah itu sang lelaki tua yang dulu pernah menjadi seorang prajurit terkuat di kerajaan itu pun menepuk punggung belakang James dan kemudian pergi meninggalkan James yang termenung.Pria muda itu menelan ludah secara susah payah. Tiba-tiba saja dia teringat semua hal tentang Riley, lebih tepatnya persahabatan mereka yang telah mereka jalin sejak awal.Semua kenangan-kenangan itu kembali muncul. Salah satu kenangan yang mengusiknya adalah ketika mereka masih belum resmi dilantik menjadi prajurit. Saat itu dia kesal dan mengambil keputusan bodoh dan nekad yakni menyerang musuh sebagai pembuktian bahwa dia berbeda dari sang ayah. Lalu, satu-satunya orang yang benar-benar peduli terhadapnya adalah Riley. Dialah yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya. Pada waktu itu, dia dan Riley sama-sama berstatus sebagai seora

  • Sang Dewa Perang Terkuat    41. Saudaranya?

    James Gardner pun mengangguk, “Iya, Yang Mulia. Bolehkah saya melakukannya?”Xylan Wellington dengan cepat mengangguk, “Pergilah, Jenderal Gardner. Kau bisa berbicara dengannya.”James bersyukur lantaran Xylan tidak menahannya.“Terima kasih, Yang Mulia,” kata James yang kemudian dia segera meninggalkan sang putra mahkota bersama dengan tiga orang prajurit kelas satu untuk menjaganya.Sesungguhnya tiga prajurit itu tentu tidak sebanding dengannya. Namun, dia memilih untuk mempercayai mereka bertiga.Beruntung, rupanya William Mackenzie yang terlihat jauh lebih tua beberapa tahun itu ternyata juga sedang mencarinya sehingga pertemuan mereka pun tidak mengalami rintangan apapun.“Jenderal Mackenzie,” James menyapa ayah dari sahabatnya itu dengan hormat.William Mackenzie tersenyum samar dan membalas, “Jenderal Gardner.”James mengangguk, “Anda … Anda baik-baik saja, Jenderal?”William kembali mengulas sebuah senyuman dan berkata dengan nada pelan, “Bagaimana aku bisa baik-baik saja keti

  • Sang Dewa Perang Terkuat    40. Tidak Tahu Apapun?

    James sontak Gardner tersenyum miring. Dia tahu ternyata memang tidak mudah menjadi perisai Xylan Wellington. Tapi, dia sungguh-sungguh tidak menyangka bila putra mahkota yang menurutnya sangat pintar itu ternyata juga sangat polos.Kepintarannya rupanya berbanding terbalik dengan pengetahuannya dalam hal memahami dunia sekitarnya.Namun, dia sudah memutuskan untuk menggantikan Riley demi menebus beberapa tahun waktunya yang dia sia-siakan sehingga dia harus mencoba bersabar.Jadi, dengan penuh ketenangan dia menjawab, “Anda harus mulai memikirkan masalah pendapat mereka semua, Yang Mulia.”“Kenapa aku harus?” balas Xylan yang terlihat tidak terima dengan perkataan James.James menggigit bibir bawah, merasa memang harus lebih menekan rasa jengkelnya. Ayolah, James. Jangan mudah menyerah! James membatin.“Karena Anda adalah calon raja dan sebentar lagi akan segera mewarisi tahta negeri ini. Jadi, sudah seharusnya Anda mulai memikirkan apa yang mereka pikirkan tentang Anda,” jawab Jam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    39. Pemakaman

    Kebimbangan terlihat begitu nyata di wajah Xylan Wellington. James Gardner yang merasa telah berhasil membuat sang putra mahkota menyadari kesalahan besar yang mungkin akan dilakukan oleh Xylan pun memanggil, “Yang Mulia.”Xylan sedikit agak tersentak ketika mendengar namanya dipanggil oleh James.Pria muda itu pun menoleh ke arah James, tapi masih belum membuka mulut.Di saat seperti itu, James Gardner telah yakin bila Xylan akan mengubah keputusan yang baru saja mereka bicarakan itu.Namun, tiba-tiba dia melihat Xylan tersenyum kepadanya. Hal itu tentu saja membuat James mengedipkan mata lantaran bingung.Akan tetapi, hanya dalam hitungan detik, kebingungannya pun terjawab. Dia mendengar Xylan berkata, “Jenderal Gardner, apa yang kau katakan memang benar. Semuanya benar. Aku … mungkin akan mendapatkan pertentangan karena memilih Gary Davis sebagai penasihat raja.”Dia manggut-manggut. James segera mendapatkan sebuah firasat buruk yang tidak ingin dia bayangkan.“Tapi, Jenderal Gard

  • Sang Dewa Perang Terkuat    38. Tekanan

    “Iya, benar. Asisten pribadiku yang … sekarang ini berada di luar pintu kediaman ayahku,” jawab Xylan, terlihat tidak merasa ada yang aneh dengan jawabannya.James masih terlalu kaget hingga dia sampai terdiam, bingung apa yang harus dia katakan untuk menanggapi penjelasan Xylan.“Kenapa, Jenderal Gardner?” Xylan bertanya karena dia melihat James yang tidak kunjung berbicara.James membasahi bibir bawahnya, masih berpikir untuk menyusun kata-kata yang tepat.Namun, Xylan tidak sabar menunggunya sehingga dia berbicara lagi, “Jenderal Gardner, aku tahu apa yang sedang kau pikirkan.”James mengedipkan matanya, tampak terpana.Xylan menghela napas panjang, “Ini pasti status Gary Davis yang merupakan asisten pribadiku, bukan?”Mata James melebar sedikit hingga dia kemudian menatap sang putra mahkota dengan tatapan heran.Itu yang aku maksud, mengapa kau bisa berpikir menjadikan seorang asisten pribadi sebagai seorang penasihat raja? Apakah kau … sudah kehilangan akal, Yang Mulia? James mem

  • Sang Dewa Perang Terkuat    37. Keanehan Xylan

    “Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak la

  • Sang Dewa Perang Terkuat    36. Bantuan Seperti Apa?

    Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status