Share

11. Kau Gila?

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-24 09:00:28
"Iya, Yang Mulia," jawab Andrew Reece tegas, seakan memang tak ada keraguan akan keputusannya.

Keannu menatap jenderal perangnya dengan tatapan aneh, seolah orang yang duduk di sampingnya itu sudah kehilangan akal sehatnya.

"Kau sudah gila atau bagaimana, Reece?" ucap Keannu dengan sorot mata bingung.

"Yang Mulia, saya masih sangat waras. Mohon dengarkan penjelasan saya dulu," kata Andrew Reece.

Keannu mendengus jengkel tapi raja yang memiliki dua orang anak itu tetap berkata, "Katakan!"

Andrew Reece pun mengangguk, penuh semangat, "James Gardner dikatakan sedang mencari putra dari Jenderal Mackenzie. Tekadnya pastilah sangat kuat. Ini pasti berhubungan dengan kejadian di masa lalu, di mana Jody Gardner, ayahnya dibunuh oleh Jenderal Mackenzie."

"Aku sudah tahu. Justru itu masalahnya, Reece," kata Keannu dengan mengertakkan gigi, berusaha keras menahan rasa jengkelnya pada Andrew Reece.

"Ya, saya mengerti, Yang Mulia. Namun, hal itu juga yang kita inginkan, bukan?" tanya Andrew.
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    12. Kau Salah!

    James Gardner terdiam sesaat, tapi pria muda itu dengan segera membalas, "Tentu saja aku mempelajarinya. Maka dari itu aku tahu siapa yang membunuh ayahku." Beberapa orang yang mulanya juga ingin mengeroyok James dengan kata-kata akhirnya memilih untuk membatalkan niat mereka usai mereka mendengar kepahitan dalam nada suara James. Riley Mackenzie pun kehilangan kata-kata. James berujar lagi, "Kau mungkin lebih tahu semua sejarah kerajaan ini dari pada aku, Riley. Tapi ... aku tentu saja lebih paham darimu jika itu masalah yang berkaitan dengan ayahku, termasuk tentang pembunuh ayahku." Kau salah, James. Aku juga sama pahamnya denganmu mengenai masalah yang satu itu, Riley membatin. Keduanya saling memandanga seakan mereka sudah bermusuhan sejak lama, tapi Riley tak membalas ucapan James yang terakhir itu. "Sudah, tahanlah dirimu sedikit, Riley! Kau tahu kan dia itu gila, tak perlu kau hiraukan!" kata Alen yang hanya dibalas Riley dengan sebuah anggukan kecil. Malam hari di ista

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-25
  • Sang Dewa Perang Terkuat    13. Latihan Pertama

    "Riley, kau dengar apa yang Ayah katakan?" kata William. Riley segera tersadar, "Tidak ada, Ayah. Untuk saat ini tidak ada. Lagi pula, ini baru hari pertama. Aku belum terlalu mengenal banyak orang." Pemuda itu merasa tidak nyaman telah menyembunyikan sebuah hal besar dari ayahnya, tapi dia tidak ingin membuat ayahnya berpikir macam-macam dan cemas berlebihan sehingga dia harus mengambil keputusan berat itu. "Baguslah kalau begitu. Tapi ... dengarkan pesan Ayah, kau tak boleh terlalu percaya orang di sekitarmu," kata William. Riley manggut-manggut meskipun dia tahu ayahnya tak bisa melihat gerakan wajahnya. "Dan cari Andrew Reece ketika kau mendapatkan masalah. Dia pasti akan membantumu," lanjut William. Riley mendesah pelan, "Tenang saja, Ayah. Sampai detik ini aku masih bisa menjaga diriku sendiri." "Ya sudah, istirahatlah. Besok kau sudah harus memulai latihan kan?" tanya William. "Iya, Ayah," jawab Riley sambil menguap. "Oh, Rileyku. Kau sudah mengantuk ternyata. Kalau beg

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-27
  • Sang Dewa Perang Terkuat    14. Ranking 1

    "Ambisimu ternyata terlalu besar menemukan putra sang jenderal," ucap Alen Smith. James menyeringai, "Kau juga akan melakukan apa yang aku lakukan jika terlahir tanpa ayah." Alen seketika membisu, sementara Riley mencengkeram gelas air putihnya. "Eh, sudah muncul," ucap Diego yang berniat mendinginkan suasana. Semua mata para calon prajurit sontak terpaku pada layar berukuran sangat besar. "Aku tak peduli dengan rankingku, yang penting masuk nilai minimal." "Memang ada standard minimal penilaian?" tanya seseorang yang lain. "Dasar bodoh! Memang sebelum mendaftar, kau tidak membaca semua aturan yang dulu?" Mereka pun mulai asyik lempar kata sampai akhirnya mulai terdiam ketika nama-nama mereka mulai bermunculan. Riley melihat James sedang begitu serius memperhatikan layar, sementara dirinya hanya sekilas membaca nama-nama mereka. "Wah! Kau menempati urutan pertama dalam kemampuan berpedang, Riley," ucap Diego. Alen bertepuk tangan, ikut senang, "Luar biasa! Kenapa kau tidak c

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Sang Dewa Perang Terkuat    15. Prajurit Pengawas

    "Aku ingin sekali berkata 'iya', tapi kau tahu kalau 'Wood' bukanlah marga yang langka, itu marga yang terlalu umum, Reece," kata Keannu. Wajah Andrew yang semula terlihat cerah itu kini mendadak kembali agak suram. Keannu seketika merasa bersalah. "Aku bukan bermaksud memusnahkan harapanmu, Reece. Aku hanya tak mau kau terlalu kecewa," ucap Keannu perlahan. Andrew mengangguk, "Anda benar, Yang Mulia. Terlalu cepat bila menebak anak itu adalah putra Jenderal Mackenzie hanya dengan melihat beberapa hasil latihan." "Ya. Perhatikan saja dia sama seperti kau memperhatikan si Gardner muda itu. Ah, tapi ... aku memiliki firasat buruk tentang anak itu," ucap Keannu. Sang raja terlihat menampakkan ekspresi kecemasan, hingga Andrew berkata, "Jangan khawatir, Yang Mulia. Anak itu akan saya awasi lebih ketat. Tidak akan saya biarkan dia mengacau." "Sebaiknya memang begitu," balas Keannu. Andrew pun setelah itu memerintah beberapa anak buahnya untuk selalu berjaga-jaga di sekitar James Gard

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Sang Dewa Perang Terkuat    16. Tebakan James

    Tanpa berkedip Riley pun membalas, "Kenapa aku harus bermain tebak-tebakan denganmu? Bukankah kau mengaku paling unggul?" "Jadi, kau bisa menemukan putra Jenderal Mackenzie dengan mudah kan?" tambah Riley. James memberengut kesal, "Tak menyenangkan kalau aku mencarinya sendiri." "Oh, maksudmu dengan kata lain kau mau berkata kalau butuh bantuanku untuk menemukan dia?" tanya Riley dengan mengangkat alis tebal kanannya. Alen terkekeh pelan, sedangkan Diego malah secara terang-terangan berkata, "Saudara satu kamarku, kau sudah bertekad untuk menemukan lalu mengalahkannya. Ya lakukan sendiri." "Kenapa mengajak Riley?" tamya Alen. James yang semula kesal pun kemudian tersenyum, "Padahal aku berniat memberikan uang yang besar untuk permainan ini." Alen dan Diego saling lempar pandang, terlihat kaget. Tapi, Riley dengan cepat berkata, "Siapa yang peduli soal uang di sini?" James menghela napas panjang, "Astaga, Wood. Tidak semua orang yang datang ke kerajaan ini untuk murni mengabd

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Sang Dewa Perang Terkuat    17. Gedung Es

    Mary Kesley yang berdiri di depan gedung itu menyapa mereka dengan senyum ramah, "Selamat datang di gedung es, Tuan-Tuan." Riley mengangguk dan balas tersenyum, begitu juga dengan Jason Hoult. Tapi James Gardner berkata, "Kenapa kita diminta datang ke gedung ini? Kenapa bukan di gedung perak, emas atau titanium?" Mary menjawab, "Saya tidak tahu. Saya hanya menjalankan perintah Jenderal Reece." James tidak menyukai jawaban itu sehingga dia berkata sekali lagi, "Kau menjalankan semua yang diperintahkan kepadamu tanpa tahu alasannya, Nona?" Mary berniat menjawab pertanyaan James yang menjengkelkan itu, tapi Riley berkata terlebih dulu, "Tugas Nona ini hanya menyampikan perintah dari jenderal, bukan untuk menyelidiki alasan Jenderal Reece. Lagi pula, Jenderal Reece tidak perlu menjelaskan atas tindakan yang dia ambil, kecuali Raja Keannu yang memintanya." Jason yang tidak menyukai James pun langsung mengangguk setuju, "Sudahlah, kau sudah membuat waktu berharga Jenderal Reece, Gardner

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-02
  • Sang Dewa Perang Terkuat    18. Kemungkinan

    Setelah Andrew Reece dan Jason Hoult memasuki ruang khusus yang telah disebutkan oleh Andrew tadi, James Gardner menghela napas panjang. Riley tak sabar berkata, "Kau tidak berpikir kalau Jason Hoult itu adalah putra dari Jenderal Mackenzie kan?" James yang sedang meregangkan ototnya membalas, "Kenapa tidak? Kau bisa lihat sendiri, bukan?" "Lihat apa maksudmu?" Riley tak mengerti. James mendesah, "Wood, kau menempati peringkat satu, tapi ternyata cara berpikirmu ternyata sangatlah lambat. Bagaimana kau bisa mendapatkan posisi itu?" Oh, James bukannya tidak mengakui kehebatan Riley, tapi dia hanya kesal karena teman satu kamarnya itu tak langsung memahami situasi yang sedang terjadi. "Aku sedang tidak ingin bermain tebak-tebakkan denganmu, James," balas Riley lalu pemuda itu mengalihkan pandangan karena jengkel. James kembali berbicara, "Hei, Wood. Kalau kau bukan teman satu kamarku, aku pasti sudah akan mengabaikanmu." "Aku lebih suka diabaikan olehmu, terima kasih banyak," bal

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-05
  • Sang Dewa Perang Terkuat    19. Es dan Api

    Setelah pintu itu ditutup kembali oleh Andrew Reece, Jason Hoult segera bertanya, "Apa yang sudah dia katakan? Mengapa kau terlihat sangat kesal?"Riley Mackenzie tersenyum dengan setengah terpaksa, "Bukan hal yang penting."Jason tidak sepenuhnya percaya sehingga dia bertanya lagi, "Dia tidak menghinamu atau berkata menyebalkan untuk membuatmu kesal kan?""Tidak. Hm, kalaupun dia mengatakan hal menyebalkan, aku sudah terbiasa," kata Riley.Jason menatap heran, "Terbiasa bagaimana?""Kami satu asrama dan kebetulan satu kamar. Jadi ... hm, kau tahu maksudku, bukan?" ucap Riley.Jason terlihat terkejut, "Oh, nasibmu sangat buruk sekali. Satu asrama dengan orang menjengkelkan itu? Dia pasti menguji kesabaranmu."Jason menggelengkan kepala dan menambahkan, "Kalau aku jadi kau, aku tidak yakin bisa bertahan satu kamar dengannya dalam satu malam saja."Riley hanya tertawa kecil."Hm, ya sudah. Aku harus kembali ke asrama. Jenderal Reece memintaku untuk kembali ke asrama langsung," ucap Jaso

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-06

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    59. Kau Tidak Percaya?

    Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    58. Penumpang Cerewet

    Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en

  • Sang Dewa Perang Terkuat    57. Satu Hari Cukup?

    “Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    56. Katakanlah, Yang Mulia!

    “Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh

  • Sang Dewa Perang Terkuat    55. Tidak Kecewa?

    Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,

  • Sang Dewa Perang Terkuat    54. Raja Terbaik?

    Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    53. Demi Kebaikan

    Philip Crawford pun menjawab, “Yang Mulia, Anda telah melakukan kesalahan besar.”Semua orang menahan napas mendengar jawaban yang sangat berani yang dikatakan oleh Philip.Bahkan, Ashton Rowles tampak terkejut setengah mati hingga lupa menutup mulutnya yang terbuka lebar.“Astaga! Apa Perdana Menteri sudah hilang akal?” gumam seorang menteri yang berdiri tidak jauh dari Ashton.Seorang temannya yang juga merupakan menteri pun membalas, “Dia memang sudah gila.”“Aku rasa dia berani membantah raja karena dia tidak rela kehilangan jabatannya,” sahut menteri lain.Seorang staf kementerian kehutanan mengangguk, “Anda semua benar, menteri. Sepertinya Perdana Menteri Crawford tidak bisa menerima keputusan raja.”“Itu sudah jelas. Hanya saja … kalau aku menjadi Perdana Menteri, aku akan melakukan hal yang sama,” kata seorang staf kementerian yang lain.Menteri Sosial menanggapi, “Mengapa?”Orang itu mengangkat bahu, “Masalahnya adalah … dia digantikan oleh seorang yang memiliki kriteria jauh

  • Sang Dewa Perang Terkuat    52. Ya, Perdana Menteri?

    “Tidak, sudah aku katakan dia tidak mungkin melakukannya, Perdana Menteri,” Ashton Rowles berkata pelan.Namun, dari nada suaranya, Philip merasakan bila Ashton pun tidak yakin dengan apa yang dia katakan.Hal itu membuat Philip mendecakkan lidah, sedangkan Ashton sendiri juga sebenarnya mulai tidak yakin dan keheranan.Akan tetapi, dia tidak akan mengungkapkan keraguannya itu pada Philip karena tidak mau seniornya tersebut merasa kesal.“Sudahlah, kalau dia memang berniat memecatku, aku akan terima. Mungkin ini memang sudah waktunya aku pensiun dari istana,” kata Philip dengan nada terdengar muram.Ashton sontak merasa kasihan tapi dia tahu dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu keputusan raja.“Jabatan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou tetap akan dipegang Philip Crawford yang telah berjasa begitu banyak untuk kerajaan ini,” kata Xylan.Philip melongo tak percaya.Sementara Ashton langsung tertawa lega dan berkata, “Aku benar kan, Perdana Menteri? Dia tidak memecatmu.”“Sel

  • Sang Dewa Perang Terkuat    51. Para Menteri

    Rupanya Ashton tidak tersinggung meskipun Philip berkata kepadanya dengan nada sinis.Ashton malah tersenyum menenangkan, “Aku tidak mungkin menertawakan seniorku, Perdana Menteri.”Usia Ashton memang lima belas tahun lebih muda daripada Philip. Selain usianya yang jauh di bawah Philip, Ashton juga memiliki lebih sedikit pengalaman dibandingkan Philip.Ashton Rowles baru menginjakkan kakinya di istana itu sekitar dua belas tahun lalu, tepat di saat dia berusia 30 tahun. Dia diangkat sebagai Menteri Pendidikan 4 tahun yang lalu di saat usianya baru 38 tahun.Dia memang salah satu menteri termuda yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou, tapi jika dibandingkan dengan Philip Crawford yang telah mengabdikan diri di istana selama lebih dari dua puluh tahun, tentu saja dia tidak sebanding.“Lalu, kenapa?” Philip bertanya, masih dengan nada sebal.Ashton pun menjawab, “Raja Xylan menghargai orang lain. Aku … sangat yakin bila dia akan mempertahankan kau, Perdana Menteri.”Philip terpana, “Kenap

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status