Share

17. Gedung Es

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Mary Kesley yang berdiri di depan gedung itu menyapa mereka dengan senyum ramah, "Selamat datang di gedung es, Tuan-Tuan."

Riley mengangguk dan balas tersenyum, begitu juga dengan Jason Hoult. Tapi James Gardner berkata, "Kenapa kita diminta datang ke gedung ini? Kenapa bukan di gedung perak, emas atau titanium?"

Mary menjawab, "Saya tidak tahu. Saya hanya menjalankan perintah Jenderal Reece."

James tidak menyukai jawaban itu sehingga dia berkata sekali lagi, "Kau menjalankan semua yang diperintahkan kepadamu tanpa tahu alasannya, Nona?"

Mary berniat menjawab pertanyaan James yang menjengkelkan itu, tapi Riley berkata terlebih dulu, "Tugas Nona ini hanya menyampikan perintah dari jenderal, bukan untuk menyelidiki alasan Jenderal Reece. Lagi pula, Jenderal Reece tidak perlu menjelaskan atas tindakan yang dia ambil, kecuali Raja Keannu yang memintanya."

Jason yang tidak menyukai James pun langsung mengangguk setuju, "Sudahlah, kau sudah membuat waktu berharga Jenderal Reece, Gardner
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Agus Seputarindo
keren sih alurnya, bikin mikin pinisirin. hihihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    18. Kemungkinan

    Setelah Andrew Reece dan Jason Hoult memasuki ruang khusus yang telah disebutkan oleh Andrew tadi, James Gardner menghela napas panjang. Riley tak sabar berkata, "Kau tidak berpikir kalau Jason Hoult itu adalah putra dari Jenderal Mackenzie kan?" James yang sedang meregangkan ototnya membalas, "Kenapa tidak? Kau bisa lihat sendiri, bukan?" "Lihat apa maksudmu?" Riley tak mengerti. James mendesah, "Wood, kau menempati peringkat satu, tapi ternyata cara berpikirmu ternyata sangatlah lambat. Bagaimana kau bisa mendapatkan posisi itu?" Oh, James bukannya tidak mengakui kehebatan Riley, tapi dia hanya kesal karena teman satu kamarnya itu tak langsung memahami situasi yang sedang terjadi. "Aku sedang tidak ingin bermain tebak-tebakkan denganmu, James," balas Riley lalu pemuda itu mengalihkan pandangan karena jengkel. James kembali berbicara, "Hei, Wood. Kalau kau bukan teman satu kamarku, aku pasti sudah akan mengabaikanmu." "Aku lebih suka diabaikan olehmu, terima kasih banyak," bal

  • Sang Dewa Perang Terkuat    19. Es dan Api

    Setelah pintu itu ditutup kembali oleh Andrew Reece, Jason Hoult segera bertanya, "Apa yang sudah dia katakan? Mengapa kau terlihat sangat kesal?"Riley Mackenzie tersenyum dengan setengah terpaksa, "Bukan hal yang penting."Jason tidak sepenuhnya percaya sehingga dia bertanya lagi, "Dia tidak menghinamu atau berkata menyebalkan untuk membuatmu kesal kan?""Tidak. Hm, kalaupun dia mengatakan hal menyebalkan, aku sudah terbiasa," kata Riley.Jason menatap heran, "Terbiasa bagaimana?""Kami satu asrama dan kebetulan satu kamar. Jadi ... hm, kau tahu maksudku, bukan?" ucap Riley.Jason terlihat terkejut, "Oh, nasibmu sangat buruk sekali. Satu asrama dengan orang menjengkelkan itu? Dia pasti menguji kesabaranmu."Jason menggelengkan kepala dan menambahkan, "Kalau aku jadi kau, aku tidak yakin bisa bertahan satu kamar dengannya dalam satu malam saja."Riley hanya tertawa kecil."Hm, ya sudah. Aku harus kembali ke asrama. Jenderal Reece memintaku untuk kembali ke asrama langsung," ucap Jaso

  • Sang Dewa Perang Terkuat    20. Kekecewaan

    Andrew sedikit menahan napas, menunggu jawaban Riley yang dia perkirakan adalah putra dari William Mackenzie setelah dia melihat anak muda itu berhasil menempati ranking pertama dengan nilai sempurna.Tetapi, dia kemudian dia melihat Riley mengangkat wajah dan tersenyum kepadanya, "Tentu, Jenderal Reece. Mana mungkin saya tidak tahu mengenai jenderal perang terkuat yang pernah ada di Kerajaan Ans De Lou?""Saya sangat mengidolakan beliau, Jenderal. Saya juga bahkan membaca semua buku yang membahas tentang beliau."Riley mengambil jeda sesaat dan melanjutkan, "Dan alasan saya mendaftar sebagai prajurit di sini juga karena beliau. Saya pun berlatih keras juga karena ingin menjadi salah satu orang yang memakai baju perang yang sama dengan Jenderal Mackenzie."Andrew tercengang dan tidak lama kemudian dia tersenyum pada Riley. "Kau terlihat benar-benar sangat mengidolakan Jenderal Mackenzie rupanya," ucap Andrew.Riley mengangguk dengan penuh semangat, "Beliau adalah orang nomor satu yan

  • Sang Dewa Perang Terkuat    21. Bantuan?

    "Apa? Bagaimana bisa?" ucap Riley dengan nada tak percaya.Mary Kesley sekali lagi melihat sekelilingnya dan setelah yakin bila tak ada orang yang benar-benar melihat mereka, gadis muda itu segera menarik tangan Riley dan menuntunnya ke sebuah tempat yang tak ada penjagaan.Riley yang masih sangat bingung pun tak bisa menahan diri untuk segera bertanya pada Mary, "Jadi, bagaimana Anda bisa melakukannya?"Mary mendesah, "Kita tidak bisa lama-lama berada di sini, jadi saya akan langsung saja mengatakan intinya kepadamu."Riley pun mendengarkan baik-baik."Ibu saya dan ayahmu dulu berteman baik. Ibu saya adalah Amanda Clark, dulunya merupakan seorang sekretaris istana," kata Mary.Mary kemudian bertanya, "Apa kamu pernah mendengar nama ibu saya? Apa ayahmu pernah menyebut nama ibu saya?"Riley mengangguk dengan cepat, "Saat ayah saya dulu kembali istana, orang-orang yang mengetahuinya adalah Andrew Reece dan Amanda Clark. Beliau jugalah yang memberikan nama 'Bill Stewart' pada ayah saya.

  • Sang Dewa Perang Terkuat    22. Berhati-hatilah!

    William menggelengkan kepala, "Tidak. Dia tidak ingin meniruku, aku tahu hal itu dengan pasti. Hanya saja ... aku pikir dia juga sudah jatuh cinta dengan dunia perang, maksudku seolah itu menjadi sesuatu yang ingin dia kejar. Cita-cita atau mimpi, mungkin lebih mirip seperti itu."Amanda seketika memegang kepalanya yang berdenyut. "Saat itu kau bisa melakukan pemalsuan identitasku tanpa ketahuan siapapun. Kali ini pasti bisa kan?" tanya William.Amanda menghela napas panjang, "Dulu itu perintah raja, Bill."William berkata, "Sistem keamanan istana sangat ketat, aku tidak bisa menembusnya. Uangku rasanya tak ada gunanya jika berhadapan dengan istana.""Kenapa harus dipalsukan? Kalau kau sudah mengizinkan putramu ke istana, kenapa harus ditutupi lagi identitasnya?" tanya Amanda.William menjawab, "Dia akan menarik perhatian yang sangat besar. Semua orang akan langsung menyorotnya dan aku tidak ingin dia terganggu."Amanda pun segera berpikir agak lama, "Hm, begini. Kau berniat menyembu

  • Sang Dewa Perang Terkuat    23. Apa Aku Salah?

    Mary Kesley tersenyum penuh penyesalan, "Aku minta maaf. Masalah penempatan kamar itu aku sama sekali tidak bisa ikut campur. Kalau aku ikut campur, aku takut orang-orang akan curiga."Riley Mackenzie membalas, "Ini bukan salahmu."Mary menghela napas panjang, "Tapi, jangan khawatir. Meskipun kau satu kamar dengannya, untuk masalah jadwal latihan dan tes rasanya tidak mungkin kau satu kelompok.""Kecuali kau sangat sial," tambah Mary.Riley hanya tersenyum samar menanggapinya.Sekitar satu minggu kemudian, atau lebih tepatnya di minggu ketiga mereka berada di istana Kerajaan Ans De Lou, Riley terpana ketika melihat daftar namanya masuk ke dalam sebuah kelompok yang mana terdapat James Gardner yang menempati satu baris di atas namanya.Mereka sekarang ini belum sampai di bagian gedung umum yang menjadi tempat di mana mereka menyantap makanan mereka. Mereka masih berada di sekitar taman yang tak jauh dari kediaman Rowena Wellington."Ternyata aku memang sedang sial," gumam Riley pelan.

  • Sang Dewa Perang Terkuat    24. Hukuman

    Melihat Riley yang hanya diam saja, James tersenyum masam lalu dia menabrakkan sebagian badannya dengan badan Riley dan kemudian berkata, "Kau sama saja dengan yang lain. Hanya melihat sesuatu dari satu sisi." Setelah itu, James berjalan menjauh dari Riley. "Kau mau pergi ke mana?" James tidak menjawabnya. Riley berteriak memanggilnya, "James." "Kau mau ke mana?" ulang Riley. "Bukan urusanmu, Wood." James menjawab tanpa berhenti berjalan atau puun menoleh ke arah Riley. Riley tidak menyerah begitu saja dan langsung berjalan dengan setengah berlari menyusul James. "Berhenti, James Gardner!" James masih mengabaikan Riley, Riley pun berkata dengn cepat, "Sebentar lagi latihan dimulai." "Aku tidak peduli," sahut James masih tak mau berhenti berjalan dan terus melangkah dengan langkah lebar-lebar. "Kita satu kelompok." Riley berkata dengan tergesa-gesa. Ternyata hal itu berhasil membuat James berhenti berjalan dan langsung menoleh. "Apa katamu? Kita satu kelompok?" Berhasil. Rile

  • Sang Dewa Perang Terkuat    25. Penghibur

    Riley pun tak mengatakan kata-kata lagi, tapi dia mendengar Diego menyindir, "Menyenangkan sekali ya membersihkan tempat yang dulu dihuni oleh orang yang sudah membunuh ayahmu?" James hanya mencengkeram sisi meja, tak mau kembali mendapatkan hukuman jika dia memukul Diego. Riley pun kemudian menanggapi, "Diego, kurasa ini bukan sesuatu yang pantas untuk dibahas." Diego hanya mengangkat bahunya, tetap tidak terlalu peduli dan malah tersenyum menyebalkan pada James. Alen yang saat ini lebih ingin menjadi pihak yang netral, yang tak ingin berpihak pada salah satu di antara James maupun Diego pun hanya menengahi dengan berkata, "Sudah, lebih baik kita bersiap-siap. Sebentar lagi kita akan segera masuk gedung latihan." Hal itu membuat James tertarik hingga dia menoleh ke arah Riley, "Wood, kita akan berlatih untuk cabang apa?" "Latihan fisik tanpa senjata," jawab Riley. Mendengar jawaban Riley, James tersenyum, "Kalau begitu kau harus berhati-hati padaku, Wood." Riley memutar bola ma

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    260. Akhir

    Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    259. Ini Salahku!

    Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    258. Berita Buruk

    Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk

  • Sang Dewa Perang Terkuat    257. Ah, Jadi Begitu!

    James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    256. Bicaralah Padaku!

    Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs

  • Sang Dewa Perang Terkuat    255. Itu Sudah Terlalu Lama!

    Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    254. Kau Juga Tahu?

    Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.

DMCA.com Protection Status