Share

24. Hukuman

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-02-13 10:45:48
Melihat Riley yang hanya diam saja, James tersenyum masam lalu dia menabrakkan sebagian badannya dengan badan Riley dan kemudian berkata, "Kau sama saja dengan yang lain. Hanya melihat sesuatu dari satu sisi."

Setelah itu, James berjalan menjauh dari Riley.

"Kau mau pergi ke mana?"

James tidak menjawabnya. Riley berteriak memanggilnya, "James."

"Kau mau ke mana?" ulang Riley.

"Bukan urusanmu, Wood." James menjawab tanpa berhenti berjalan atau puun menoleh ke arah Riley.

Riley tidak menyerah begitu saja dan langsung berjalan dengan setengah berlari menyusul James. "Berhenti, James Gardner!"

James masih mengabaikan Riley, Riley pun berkata dengn cepat, "Sebentar lagi latihan dimulai."

"Aku tidak peduli," sahut James masih tak mau berhenti berjalan dan terus melangkah dengan langkah lebar-lebar.

"Kita satu kelompok." Riley berkata dengan tergesa-gesa.

Ternyata hal itu berhasil membuat James berhenti berjalan dan langsung menoleh. "Apa katamu? Kita satu kelompok?"

Berhasil. Rile
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    25. Penghibur

    Riley pun tak mengatakan kata-kata lagi, tapi dia mendengar Diego menyindir, "Menyenangkan sekali ya membersihkan tempat yang dulu dihuni oleh orang yang sudah membunuh ayahmu?" James hanya mencengkeram sisi meja, tak mau kembali mendapatkan hukuman jika dia memukul Diego. Riley pun kemudian menanggapi, "Diego, kurasa ini bukan sesuatu yang pantas untuk dibahas." Diego hanya mengangkat bahunya, tetap tidak terlalu peduli dan malah tersenyum menyebalkan pada James. Alen yang saat ini lebih ingin menjadi pihak yang netral, yang tak ingin berpihak pada salah satu di antara James maupun Diego pun hanya menengahi dengan berkata, "Sudah, lebih baik kita bersiap-siap. Sebentar lagi kita akan segera masuk gedung latihan." Hal itu membuat James tertarik hingga dia menoleh ke arah Riley, "Wood, kita akan berlatih untuk cabang apa?" "Latihan fisik tanpa senjata," jawab Riley. Mendengar jawaban Riley, James tersenyum, "Kalau begitu kau harus berhati-hati padaku, Wood." Riley memutar bola ma

    Last Updated : 2024-02-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    26. Paling Hebat?

    Riley pun memisahkan diri dari James dan memilih area bagian selatan untuk berlatih. Sedangkan James memilih bagian utara seolah memang dua orang itu berseberangan.Pada saat berlatih, para calon prajurit memakai kaos berlengan pendek dan juga celana panjang berbahan ringan yang membuat mereka bebas bergerak. Akan tetapi, ketika pertarungan dimulai, mereka akan berganti kostum sesuai dengan cabang mereka. Untuk cabang bela diri bebas tanpa senjata, mereka nantinya akan mengenakan pelindung diri tambahan.Riley sudah mulai meregangkan otot dan mulai melakukan gerakan-gerakan yang tidak terlalu ekstrim demi menjaga tenaganya.Saat dia baru berlatih sekitar tiga puluh menit, seseorang mendekat, "Hei, kau Riley, bukan?"Riley yang sedang melakukan headstand mengembalikan posisinya perlahan dan menoleh ke arah orang yang bertanya kepadanya itu, "Ya. Ada apa?""Perkenalkan aku Warren Clay," ucap pemuda itu sembari mengulurkan tangan.Riley menyambut uluran tangannya dan bertanya, "Kau dari

    Last Updated : 2024-02-17
  • Sang Dewa Perang Terkuat    27. Siapa yang Akan Menang?

    "Kalau bukan karena kau berada di peringkat satu, aku tak akan berkata begitu," balas Warren.Dia meludah sebelum kemudian meninggalkan Riley yang hanya bisa menghela napas panjang. Beberapa orang memperhatikannya, tapi Riley memilih untuk tidak peduli pada tanggapan oran-orang itu.Pemuda itu pun lanjut berlatih.Sedangkan Warren Clay yang tak mendapatkan keinginannya pun berjalan menuju ke arah teman-temannya."Aku dengar teriakanmu. Apa terjadi masalah?" Simon bertanya dengan kening berkerut.Warren membalas dengan nada jengkel, "Si sombong itu berkata tak membutuhkan uang. Huh, apa-apaan? Aku bahkan tak pernah mendengar nama keluarganya. 'Wood', pengusaha apa dengan nama itu? Rasanya tidak ada pengusaha dengan nama keluarga itu.""Memang benar. Tapi, melihat bagaimana dia bersikap, dia mungkin memang orang idealis yang susah diajak bekerja sama, Warren," Leonard berkata setelah dia membuka kaosnya yang sudah basah oleh keringat.Warren mendesah sebal, lalu menatap kedua temannya.

    Last Updated : 2024-02-22
  • Sang Dewa Perang Terkuat    28. Siap?

    "Astaga, Wood. Kau ini, tentu saja untuk membuat kita berdua lebih bersemangat bertanding," James membalas dengan seringaiannya yang mematikan.Namun, Riley Mackenzie tidak terlihat terpengaruh. Dengan ekpresi malas pemuda itu malah berkata, "Aku tidak tertarik."James seketika memajang wajah kecewa, "Kenapa memangnya? Padahal aku belum mengatakan hadiahnya kalau kau menang dariku.""Jangan banyak bicara! Lagi pula, aku tak butuh hadiah. Sudahlah, ayo cepat kita selesaikan, James." Riley berkata sembari menoleh ke arah wasit pertandingan.James mendengus sebal, tapi dia tetap membalas, "Baiklah. Tapi, kau rugi. Asal kau tahu saja."Riley mengabaikan ucapannya dan malah mengangguk pada sang wasit, tanda dia telah siap."James Gardner, apa kau sudah siap?" sang wasit bertanya.James segera mengatur posisi dan menoleh, "Ya, saya siap."Sang wasit yang tidak diketahui namanya itu pun berujar, "Baik. Peraturan tetap sama, siapapun yang berhasil membuat lawannya melewati garis pembatas dan

    Last Updated : 2024-02-23
  • Sang Dewa Perang Terkuat    29.Teman?

    James tidak membalas perkataan Riley dan malah menyeringai lebar. Detik selanjutnya, pria muda yang memiliki rambut sedikit menutupi matanya itu membalik keadaan dengan membanting Riley dengan kecepatan yang tak terduga.Riley terbelalak kaget tapi jetika James berniat menggunakan siku kanannya untuk menahan Riley, Riley berhasil berguling dan bangkit dengan cepat.James menatap dengan ekspresi terkejut. "Kau ...."Perkataan James tak bisa diselesaikan karena melihat Riley sedikit melompat lalu menerjangnya hingga membuatnya tersungkur. Riley terengah-engah menatap pemuda yang membuatnya sempat bingung tadi.Darah menetes-netes dari hidung James saat dia melihat ke arah Riley, masih dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.Ada rasa kaget, heran sekaligus kagum dan juga bingung yang bercampur menjadi satu di mata James.Akan tetapi, dia semakin heran ketika Riley tak menyerangnya lagi. Namun, dia pun tertawa kecil, mengerti alasan Riley sudah berhenti menyerangnya."Kau mengalahkan aku,

    Last Updated : 2024-02-25
  • Sang Dewa Perang Terkuat    30. Bukan Dia

    Riley bisa merasakan nada pahit itu juga diliputi oleh rasa kesepian yang dalam. Riley tidak bisa membayangkan jika dia tak memiliki seorang teman untuk sekedar diajak mengobrol. Dia pasti akan sangat bosan."Oh, jangan tunjukkan wajah kasihan! Aku benci melihatnya," James berkata kesal saat melihat ekspresi Riley.Riley menggelengkan kepala, "Tapi, ada baiknya juga tak ada yang mau berteman denganmu.""Maksudmu?" James membalas dengan mengangkat alis kanan."Cara berbicaramu itu terkadang membuat telinga orang sakit, jadi akan jauh lebih baik jika kau tidak memiliki teman di sekitarmu, bukan?" Riley berkata santai.James mendengus, tapi dia tersenyum. Dia tahu Riley hanya mencoba menghiburnya. Uh, bagaimana ini? Karena hadirnya Riley Wood, dia merasa ingin memiliki seorang teman. Namun, dia tidak mau bertindak gegabah dengan meminta Riley sebagai temannya secara terang-terangan. Dia tak mau dianggap terlalu membutuhkannya.Setelah sekitar lima menit berjalan, mereka sudah sampai di

    Last Updated : 2024-02-26
  • Sang Dewa Perang Terkuat    31. Dasar Pembohong!

    Rowena sudah terlihat agak lemas, Riley pun berkata pelan, "Yang Mulia, maafkan saya."Setelah mengatakan permintaan maaf yang dianggap Rowena sebagai sebuah permintaan izin untuk menyentuh dirinya, Riley memegang lengan sang putri dan dia segera membawanya ke bagian tepi kolam.Tak terlalu susah bagi Riley mengangkatnya ke atas sebab tubuh Rowena yang cukup ringan. Para pelayan segera membantu dan mengelilingi tuan putri mereka di saat Riley baru akan naik ke atas. Bersamaan dengan hal itu, seorang pelayan berlarian bersama dengan seorang pengawal. Di belakangnya ada seorang pria berseragam putih yang juga sedang berlari ke arah sana."Cepat, Dokter!" seorang pelayan berteriak keras.Cepat-cepat dokter yang masih berusia muda itu memeriksa kondisi tuan putri mereka.Entah apa saja yang sedang dilakukan oleh dokter itu, Riley tidak bisa melihatnya. Terlalu banyak pelayan yang mengelilingi sang putri dan tak lama kemudian para pengawal telah datang. Riley terlihat basah kuyup tapi ta

    Last Updated : 2024-03-01
  • Sang Dewa Perang Terkuat    32. Bersama Riley

    Riley juga mendengar perkataan Diego tapi dia lebih memilih untuk meminum cokelat panasnya dan mengabaikan Diego. James yang sedang mengunyah kentang gorengnya itu pun berhenti menghancurkan kentang itu di dalam mulutnya, "Ada apa dengan putri raja?" "Putri Rowena hampir saja tewas karena tenggelam. Di dekat kolam, tak jauh dari klinik kesehatan istana," Alen menjelaskan dengan antuasias tapi ada sebuah gambaran rasa penasaran juga di ekspresi wajahnya.Seketika James menoleh ke arah Riley, "Jadi, karena itu tadi banyak pelayan dan pengawal yang berada di sana?"Riley masih tak mau menanggapi, sementara Alen langsung bertanya, "Kau tahu soal itu? Memangnya kau ada di sekitar sana?"James mengangguk, "Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku tadi memang ada di sekitar sana. Bersama Riley."Pemuda itu sekali lagi menoleh ke arah Riley yang masih bekonsentrasi dengan minuman hangatnya."Wood, kau juga melihatnya, kan?" tanya James."Sungguh? Ayo, ceritakan pada kami!" Alen berkata deng

    Last Updated : 2024-03-01

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    92. Sampai Kapan?

    Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di

  • Sang Dewa Perang Terkuat    91. Sebuah Kesalahan

    Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    90. Tuduhan James

    Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    89. Dia Sudah Tahu?

    James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye

  • Sang Dewa Perang Terkuat    88. Tidak Akan Terkejar, James!

    Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji

  • Sang Dewa Perang Terkuat    87. Rencana Putri Rowena

    Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam

  • Sang Dewa Perang Terkuat    86. Butik Veren

    Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb

  • Sang Dewa Perang Terkuat    85. Keanehan Lain

    Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    84. Katakan, Rei!

    Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status