Rowena sudah terlihat agak lemas, Riley pun berkata pelan, "Yang Mulia, maafkan saya."Setelah mengatakan permintaan maaf yang dianggap Rowena sebagai sebuah permintaan izin untuk menyentuh dirinya, Riley memegang lengan sang putri dan dia segera membawanya ke bagian tepi kolam.Tak terlalu susah bagi Riley mengangkatnya ke atas sebab tubuh Rowena yang cukup ringan. Para pelayan segera membantu dan mengelilingi tuan putri mereka di saat Riley baru akan naik ke atas. Bersamaan dengan hal itu, seorang pelayan berlarian bersama dengan seorang pengawal. Di belakangnya ada seorang pria berseragam putih yang juga sedang berlari ke arah sana."Cepat, Dokter!" seorang pelayan berteriak keras.Cepat-cepat dokter yang masih berusia muda itu memeriksa kondisi tuan putri mereka.Entah apa saja yang sedang dilakukan oleh dokter itu, Riley tidak bisa melihatnya. Terlalu banyak pelayan yang mengelilingi sang putri dan tak lama kemudian para pengawal telah datang. Riley terlihat basah kuyup tapi ta
Riley juga mendengar perkataan Diego tapi dia lebih memilih untuk meminum cokelat panasnya dan mengabaikan Diego. James yang sedang mengunyah kentang gorengnya itu pun berhenti menghancurkan kentang itu di dalam mulutnya, "Ada apa dengan putri raja?" "Putri Rowena hampir saja tewas karena tenggelam. Di dekat kolam, tak jauh dari klinik kesehatan istana," Alen menjelaskan dengan antuasias tapi ada sebuah gambaran rasa penasaran juga di ekspresi wajahnya.Seketika James menoleh ke arah Riley, "Jadi, karena itu tadi banyak pelayan dan pengawal yang berada di sana?"Riley masih tak mau menanggapi, sementara Alen langsung bertanya, "Kau tahu soal itu? Memangnya kau ada di sekitar sana?"James mengangguk, "Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku tadi memang ada di sekitar sana. Bersama Riley."Pemuda itu sekali lagi menoleh ke arah Riley yang masih bekonsentrasi dengan minuman hangatnya."Wood, kau juga melihatnya, kan?" tanya James."Sungguh? Ayo, ceritakan pada kami!" Alen berkata deng
"Aku akan mencari tahu," kata James dan dia langsung berdiri.Akan tetapi, seakan Alen tahu bila James akan melakukan sesuatu yang melanggar aturan, pria muda itu segera menahan lengannya, "Duduklah lagi!"James ingin melepaskan diri tapi sayangnya cengkeraman Alen terlalu kuat sehingga dia terpaksa benar-benar kembali duduk. Wajahnya seketika menampilkan ekspresi kesal karena dikekang."Aku tahu kau apa yang akan kau lakukan," kata Alen sambil kedua tangannya masih memegang lengan kanan James.James mendecak lidah, "Huh? Kalau kau tahu, kenapa kau malah menahanku? Biarkan aku mengikuti mereka saja dan kita akan tahu apa yang sedang terjadi."Diego melempar sebuah kentang goreng ke arah wajah James.James mendelik sebal, "Kau ... berani sekali kau!""Tentu saja aku berani, mengapa tidak?" Diego membalas sambil menatap James dengan tatapan menantang.James berkata, "Kalau ini bukan tempat makan, aku sudah meninjumu lagi, Greco."Diego menyeringai, "Kau? Meninjuku? Sekarang saja kau tak
Namun, setelah sang raja Kerajaan Ans De Lou itu menyampaikan semua tawarannya, dia masih tak mendapatkan respon dari Riley. Hal itu membuat sang raja kembali berkata lagi, "Oh, atau kau punya keinginan lain? Jangan khawatir! Aku pasti bisa memenuhi permintaanmu."Riley segera membuat gerakan membungkuk sebagai penghormatan pada raja, Keannu langsung antusias, "Ya, katakan! Katakan apa yang kau mau!""Saya memohon ampun, Yang Mulia. Tapi ... saya tidak menginginkan apapun," Riley berkata dengan nada tegas.Keannu menyipitkan mata, menatap pemuda itu dengan menyelidik, "Tidak mungkin. Kau mau menolak kemurahan hatiku?"Dengan mantap, Riley menjawab, "Ya, Yang Mulia.""Tidak bisa. Kau harus menerima tawaranku," Keannu tiba-tiba memaksa.Riley mengambil napas perlahan dan mengembuskannya sebelum berkata, "Yang Mulia, saya tidak bisa menerima apapun. Namun, Anda tak perlu khawatir. Saya akan tetap menutup mulut saya, saya tidak akan memberitahu apapun dan kepada siapapun mengenai kejadia
Andrew menoleh ke arah pemuda itu, "Sama seperti yang terjadi pada prajurit, dia juga dihukum. Hanya saja, yang tahu seperti apa hukuman itu Raja Keannu dan tentunya Putri Rowena."Mengerikan! Apakah semahal itu harga sebuah kebebasan? Riley membatin."Oh, sudahlah. Kau tak perlu memikirkan masalah itu, yang harus kau lakukan adalah tetap tutup mulut dan fokus dengan latihanmu. Ingat, Wood. Hanya yang terbaik yang bisa menjadi prajurit di sini," Andrew kembali berjalan saat menjelaskan hal itu.Riley pun terdiam dan tak lagi bertanya. Andrew pun tak lagi mengeluarkan suaranya lagi hingga mereka tiba di asrama dua."Ah, ternyata kau banyak memiliki teman yang setia rupanya!" Andrew berkomentar sembari tersenyum.Riley melihat ke arah depan dan melihat tiga teman satu kamarnya sedang berdiri di depan pintu gerbang utama asrama mereka."Ingat pesanku tadi, Wood!" Andrew berkata tanpa menunggu balasan dari Riley.Sang jenderal perang justru cepat-cepat membalikkan badan dan melangkah menj
Ternyata tidak hanya Riley saja yang gelisah. Namun di saat Riley mengedarkan pandang ke arah sekelilingnya, ternyata banyak calon prajurit yang menampilkan ekspresi cemas dan gelisah.Astaga! Memang sebanyak apa calon prajurit yang memalsukan identitas? Dan mengapa mereka juga bisa lolos? Riley membatin penuh tanya.Dia kemudian melihat James mengangkat tangan, Janice pun menyahut, "Ya?""Apa ada perubahan aturan di sini? Bukankah semuanya sudah diteliti sebelum kami masuk ke dalam istana?" Alen mengangguk pada James, setuju dengan apa yang dipertanyakan oleh James.Janice menjelaskan, "Semalam, pihak bagian inspeksi istana menemukan beberapa oknum yang ternyata melakukan kecurangan dengan memalsukan data beberapa calon prajurit.""Dan para calon prajurit itu juga sudah dikirim pulang tadi malam. Hari ini kami akan melanjutkan penyelidikan lagi, selain dari para oknum staf istana yang telah terungkap. Sehingga saya mohon, untuk saat ini Anda semua harus menunggu hasil pemeriksaan si
Janice Grow berhenti beberapa detik, membuat Riley semakin gelisah. "Kalian semua lolos," Janice berkata dengan tegas. Apa? Lolos? Riley membuka matanya seketika, merasa telah salah mendengar. Akan tetapi, kemudian dia mendengar Alen berkata, "Ayo, Riley!" Riley masih terbengong-bengong, ragu akan telinganya. Mana mungkin dia bisa lolos? Namun, James Gardner tiba-tiba merangkul dirinya, "Ayo, kita pergi dari sini, Wood!" Huh? Jadi, dia benar-benar tidak salah mendengar. Dia benar-benar lolos. Tapi, bagaimana caranya? Sebelum pemuda yang masih terlihat agak linglung itu membuka mulut untuk bertanya sesuatu, dia malah mendengar Janice berujar, "Silakan, calon prajurit. Anda semua bisa langsung melakukan latihan di tahap selanjutnya." James sontak menyeret Riley pergi dari gedung itu. Setelah mereka berada di luar gedung, Riley tak sabar mengedarkan arah pandangnya, mencari sosok gadis muda itu. James memperhatikan gerakan aneh Riley dan mendadak mengerutkan kening, "Sia
"Tenang, Riley. Meskipun begitu, kau tetap harus tetap ke sana," Riley bertekad.Dia yang kini bersembunyi di balik tembok besar segera melipat kertas itu lagi dan mulai berjalan dengan masih berhati-hati. Tidak hanya para prajurit saja yang dia hindari, tapi dia juga harus menghindari kamera CCTV.Begitu seperempat perjalanan, dia mengertakkan giginya karena terpaksa harus bersembunyi di balik pohon besar karena melihat rombongan prajurit yang terlihat betah berada di daerah itu."Kenapa mereka hanya berdiam diri di situ?" Riley bergumam pelan.Sayangnya, ternyata prajurit yang berjumlah enam orang tak kunjung pergi dari sana sehingga Riley tak bisa bergerak maju sampai dia menunggu hingga lima belas menit lamanya. Dia pun segera memutar otak, mencari jalan lain."Jalan lain ... melewati tempat tinggal Putri Rowena. Sial! Di sana lebih ketat," Riley bergumam lagi.Namun, dia memilih mengambil resiko itu dan segera memutar badan. Perlahan dia berjalan dan mengambil jalur lain yang ma
Reiner mengernyitkan dahi saat melihat ekspresi James yang menurutnya sangat aneh. Apalagi dia juga melihat bagaimana tiba-tiba bibir James membentuk sebuah senyuman.“Ada apa denganmu?” Reiner akhirnya memilih untuk bertanya.James sekali lagi malah tersenyum pada Reiner, membuat Reiner mengedipkan mata.Reiner juga langsung merinding seketika. “Kau ini kenapa? Jangan bilang kau jadi gila, James!”Helaan napas langsung terdengar dari James. Dia mendengus jengkel, “Sialan! Aku masih memiliki harapan bertemu dengan Riley, meskipun tidak sekarang. Untuk apa aku harus jadi gila?”Mendengar hal itu, Reiner menghela napas penuh kelegaan. Sebab, omelan James adalah salah satu cara yang memperlihatkan bahwa sahabat baiknya itu memang benar-benar baik saja. “Lalu, kenapa kau jadi seperti itu? Tersenyum mengerikan. Sangat aneh, asal kau tahu! Tidak seperti kau yang biasanya,” jelas Reiner yang masih terlihat agak ngeri.James kembali menyeringai, memperlihatkan deretan giginya yang bersih. Di
Bukannya menjawab pertanyaan James Gardner, Xylan Wellington malah berkata, “Aku … aku tahu apa yang sedang ingin kau katakan, Jenderal Gardner.”Baguslah, jadi apa jawabannya? Reiner membatin, mulai merasa malas.James menaikkan alis, “Iya, Yang Mulia?”Xylan mendesah pelan, lalu memejamkan mata selama beberapa detik. Setelah berhasil menguasai dirinya lagi dia pun menjawab, “Ini kelalaianku, Jenderal Gardner.”“Kelalaian? Soal apa, Yang Mulia?” James bertanya, terdengar meminta jawaban yang lebih jelas.“Kakak perempuanku. Aku … tahu dia sudah berbuat salah,” kata Xylan pelan.Sang raja muda itu menundukkan kepala selama beberapa detik, sementara James masih terdiam, menunggu dia berbicara lagi.Dan tanpa James mendesaknya, Xylan berujar, “Sesungguhnya aku sudah memperhatikan ada sesuatu yang aneh tentang dia. Ini … bahkan, sebelum kau berangkat mencari kakak iparku lagi, Jenderal Gardner.”Mata James melebar seketika, tapi dia masih menahan diri untuk berkomentar.Xylan berdehem pe
Mendengar pertanyaan sang jenderal perang baru itu, Xylan Wellington seketika tertawa canggung.Tawa itu sungguh tidak lepas, bahkan malah terdengar aneh sehingga membuat siapapun yang mendengar tawa sang raja muda itu menjadi bingung.Reiner pun menatap Xylan dengan tatapan aneh sedangkan James malah tidak berkedip. Sorot matanya menunjukkan sebuah tuntutan.Tuntutan mengenai penjelasan dari Xylan berkaitan apa yang baru saja dikatakan oleh dirinya.Ketika melihat sorot penuh tanya yang mendesak itu akhirnya Xylan menghentikan tawanya. Dia berdeham pelan sebelum kemudian berkata, “Hm … aku tahu dari prajurit utama.”“Prajurit utama?” ulang James seraya mengernyitkan dahi.Xylan menelan ludah dan tersenyum kikuk, “Prajurit istana raja, Jenderal Gardner.”Oh, sesungguhnya bukan itu yang dimaksud oleh James. Dia tanpa bertanya pun juga tahu jika prajurit utama adalah prajurit istana yang
James Gardner malah hanya terdiam, tidak memberikan jawaban yang jelas pada pertanyaan Reiner.Sebuah kecemasan langsung mendera sang komandan perang darat. Tidak mau diabaikan oleh james, maka Reiner kembali bertanya, “James, katakan padaku. Apa kau akan tetap tinggal di istana? Kau tidak akan pergi kan?”Dia menatap James yang sedang menatap ke arah luar jendela mobil dengan cemas. Tetapi, setelah dia cukup bersabar menunggu dia akhirnya mendengar James menjawab, “Aku tidak tahu.”Hati Reiner seperti dihantam oleh batu seketika.“Jadi … kau akan pergi?” pria itu bertanya dengan nada terdengar kecewa.“Tergantung.”Reiner yang masih menatap James pun menaikkan alis, tampak bingung, “Tergantung pada apa?”James mendesah pelan, “Tergantung pada jawaban Raja Xylan.”Reiner semakin kebingungan. Namun, dia tidak memiliki waktu untuk bertanya lebih lanjut lantaran mobil yang mereka naiki telah memasuki gerbang utama istana Kerajaan Ans De Lou. Meskipun begitu, Reiner tetap tidak mau menye
Pada awalnya Michelle Veren tidak memahami apa yang ditanyakan oleh James Gardner. Namun, ketika dia melihat air muka sang jenderal, dia langsung tahu yang dimaksud tentu saja waktu tentang kepergian tiga orang yang sedang mereka cari.Sehingga, sang pemilik butik Veren itu pun menjawab, “Sekitar satu jam yang lalu, Jenderal Gardner.”Mendengar jawaban itu, Reiner langsung lemas. Tapi, itu berbanding terbalik dengan James yang malah penuh semangat. Hal tersebut bisa terlihat dari James yang malah berkata, “Ayo, Rei. Kita kejar dia.”Reiner menatap sedih ke arah sahabat baiknya itu dan membalas, “Tidak akan terkejar, James. Itu sudah terlalu lama.”James malah tidak mendengarkan ucapan Reiner dan memerintah beberapa anak buahnya, “Siapkan mobil, kita kejar mereka.”“James,” Reiner memanggil pelan.James mengabaikan panggilan itu dan tetap berkata pada anak buahnya yang masih diam menunggu, “Cari tahu melalui CCTV saat ini mereka sudah berada di daerah mana. Mereka … pasti terlihat ji
Sayangnya semuanya itu telah terlambat disadari oleh gadis muda itu. Semua perkataan dari gadis bernama Alice Porter itu jelas-jelas didengar oleh Reiner Anderson dan James Gardner.Dengan raut wajah menggelap James pun berkata, “Nona, kau-”“Tidak, tidak. Aku hanya salah berbicara, aku … aku tidak tahu apapun. Kalian salah dengar,” kata Alice yang wajahnya kian memucat. Apalagi ketika dia melihat bagaimana aura James Gardner, sang jenderal perang yang menakutkan itu, dia semakin kesulitan untuk bernapas.Reiner pun juga sudah tidak bisa menahan diri sehingga berkata dengan nada jengkel, “Katakan apa saja yang kau ketahui atau kau … akan tahu betapa mengerikannya jika kau berhadapan dengan kami berdua.”“Aku tidak peduli kau itu seorang wanita. Aku masih bisa mencarikan sebuah hukuman yang pantas diterima olehmu,” lanjut Reiner dengan dingin.Alice menelan ludah dengan kasar. Tentu gadis muda itu sangat kebingungan. Terlebih lagi, saat itu tidak ada yang mencoba membantu dirinya sam
Pertanyaan James tersebut seketika membuat Reiner terdiam selama beberapa saat. Dia terpaku menatap ke arah butik itu dengan air muka bingung.Sementara James tidak ingin membuang waktu lebih banyak sehingga tanpa kata dia berjalan cepat menuju ke arah butik yang dimiliki oleh Michelle Veren, seorang desainer wanita berusia empat puluh tahun yang cukup terkenal di negara itu.Reiner pun tidak hanya bengong dan berdiam diri, meratapi ketidaktelitiannya. Dia mengikuti James dengan berlari-lari kecil tepat di belakang James tanpa kata.Begitu James lebih cepat darinya mencapai pintu, dia langsung melihat dua penjaga butik yang membukakan pintu itu untuk mereka.“Ada yang bisa saya bantu?” salah satu penjaga butik itu bertanya pada James.“Saya mencari Putri Rowena. Di mana dia sekarang?” James balik bertanya tanpa basa-basi seraya mengedarkan dua matanya ke segala penjuru lantai satu butik itu.Meskipun saat itu ada sebuah rasa curiga yang mencuat di dalam kepala James, pria muda itu leb
Reiner tidak kunjung menjawab pertanyaan James. Dia malah menampilkan ekspresi wajah yang terlihat ragu-ragu sekaligus bingung.Tentu saja hal itu membuat James menjadi semakin kesal. “Ayolah, katakan cepat! Apa yang aneh dari Putri Rowena?” desak James dengan tidak sabar.Reiner menelan ludah dan menggaruk telinganya sebelum menjawab, “Yah, aku tidak yakin apa ini memang aneh buatmu. Tapi … menurutku ini sangat aneh.”James menggertakkan giginya lantaran semakin jengkel dan tidak sabar.Beruntunglah, dia tidak perlu bertanya lagi karena Reiner menambahkan, “Jadi, menurut laporan dia pergi ke luar istana.”Mendengar jawaban Reiner, James sontak mendengus kasar. “Apa yang aneh dari hal itu? Setahuku dia memang sering pergi ke luar istana.”Reiner mendesah pelan, “Memang. Tapi, kali ini … beberapa jam yang lalu, dia pergi tanpa pengawal. Dan dia … pergi membawa putra mereka, Pangeran Kharel.”Seketika James melotot kaget, “Apa? Kau … yakin?”“Iya, James. Dan-”“Bagaimana mungkin? Raja
Gary Davis tidak menjawab pertanyaan Xylan. Dia hanya memasang ekspresi memelas. Hal itu seketika menimbulkan rasa bersalah pada diri Xylan Wellington.Oh, tidak. Apa yang sudah aku lakukan? Apa … aku sudah berlebihan karena telah menaruh curiga pada asisten pribadiku sendiri? Xylan membatin seraya menatap wajah polos Gary.Sang raja muda itu mendesah pelan. Dia pun kembali berpikir keras. Dia mencoba mengingat segala hal tentang Gary. Dia tidak pernah membuat kesalahan, tak sekalipun. Dia juga tidak pernah melakukan hal yang mencurigakan selama ini. Astaga, apa aku sudah salah mencurigai seseorang? pikir Xylan.Akan tetapi, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat saat dia menyadari sesuatu.Tapi, tunggu dulu. James Gardnerlah yang mencurigai dia. Dia tidak mungkin berbicara sembarangan. Kalau tidak, tidak mungkin dia bisa terpilih menjadi wakil jenderal perang. Instingnya pasti sangat kuat sehingga dia memiliki kecurigaan pada Gary Davis, Xylan berpikir serius.Dia lalu menatap k