Riley bisa merasakan nada pahit itu juga diliputi oleh rasa kesepian yang dalam. Riley tidak bisa membayangkan jika dia tak memiliki seorang teman untuk sekedar diajak mengobrol. Dia pasti akan sangat bosan."Oh, jangan tunjukkan wajah kasihan! Aku benci melihatnya," James berkata kesal saat melihat ekspresi Riley.Riley menggelengkan kepala, "Tapi, ada baiknya juga tak ada yang mau berteman denganmu.""Maksudmu?" James membalas dengan mengangkat alis kanan."Cara berbicaramu itu terkadang membuat telinga orang sakit, jadi akan jauh lebih baik jika kau tidak memiliki teman di sekitarmu, bukan?" Riley berkata santai.James mendengus, tapi dia tersenyum. Dia tahu Riley hanya mencoba menghiburnya. Uh, bagaimana ini? Karena hadirnya Riley Wood, dia merasa ingin memiliki seorang teman. Namun, dia tidak mau bertindak gegabah dengan meminta Riley sebagai temannya secara terang-terangan. Dia tak mau dianggap terlalu membutuhkannya.Setelah sekitar lima menit berjalan, mereka sudah sampai di
Rowena sudah terlihat agak lemas, Riley pun berkata pelan, "Yang Mulia, maafkan saya."Setelah mengatakan permintaan maaf yang dianggap Rowena sebagai sebuah permintaan izin untuk menyentuh dirinya, Riley memegang lengan sang putri dan dia segera membawanya ke bagian tepi kolam.Tak terlalu susah bagi Riley mengangkatnya ke atas sebab tubuh Rowena yang cukup ringan. Para pelayan segera membantu dan mengelilingi tuan putri mereka di saat Riley baru akan naik ke atas. Bersamaan dengan hal itu, seorang pelayan berlarian bersama dengan seorang pengawal. Di belakangnya ada seorang pria berseragam putih yang juga sedang berlari ke arah sana."Cepat, Dokter!" seorang pelayan berteriak keras.Cepat-cepat dokter yang masih berusia muda itu memeriksa kondisi tuan putri mereka.Entah apa saja yang sedang dilakukan oleh dokter itu, Riley tidak bisa melihatnya. Terlalu banyak pelayan yang mengelilingi sang putri dan tak lama kemudian para pengawal telah datang. Riley terlihat basah kuyup tapi ta
Riley juga mendengar perkataan Diego tapi dia lebih memilih untuk meminum cokelat panasnya dan mengabaikan Diego. James yang sedang mengunyah kentang gorengnya itu pun berhenti menghancurkan kentang itu di dalam mulutnya, "Ada apa dengan putri raja?" "Putri Rowena hampir saja tewas karena tenggelam. Di dekat kolam, tak jauh dari klinik kesehatan istana," Alen menjelaskan dengan antuasias tapi ada sebuah gambaran rasa penasaran juga di ekspresi wajahnya.Seketika James menoleh ke arah Riley, "Jadi, karena itu tadi banyak pelayan dan pengawal yang berada di sana?"Riley masih tak mau menanggapi, sementara Alen langsung bertanya, "Kau tahu soal itu? Memangnya kau ada di sekitar sana?"James mengangguk, "Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi aku tadi memang ada di sekitar sana. Bersama Riley."Pemuda itu sekali lagi menoleh ke arah Riley yang masih bekonsentrasi dengan minuman hangatnya."Wood, kau juga melihatnya, kan?" tanya James."Sungguh? Ayo, ceritakan pada kami!" Alen berkata deng
"Aku akan mencari tahu," kata James dan dia langsung berdiri.Akan tetapi, seakan Alen tahu bila James akan melakukan sesuatu yang melanggar aturan, pria muda itu segera menahan lengannya, "Duduklah lagi!"James ingin melepaskan diri tapi sayangnya cengkeraman Alen terlalu kuat sehingga dia terpaksa benar-benar kembali duduk. Wajahnya seketika menampilkan ekspresi kesal karena dikekang."Aku tahu kau apa yang akan kau lakukan," kata Alen sambil kedua tangannya masih memegang lengan kanan James.James mendecak lidah, "Huh? Kalau kau tahu, kenapa kau malah menahanku? Biarkan aku mengikuti mereka saja dan kita akan tahu apa yang sedang terjadi."Diego melempar sebuah kentang goreng ke arah wajah James.James mendelik sebal, "Kau ... berani sekali kau!""Tentu saja aku berani, mengapa tidak?" Diego membalas sambil menatap James dengan tatapan menantang.James berkata, "Kalau ini bukan tempat makan, aku sudah meninjumu lagi, Greco."Diego menyeringai, "Kau? Meninjuku? Sekarang saja kau tak
Namun, setelah sang raja Kerajaan Ans De Lou itu menyampaikan semua tawarannya, dia masih tak mendapatkan respon dari Riley. Hal itu membuat sang raja kembali berkata lagi, "Oh, atau kau punya keinginan lain? Jangan khawatir! Aku pasti bisa memenuhi permintaanmu."Riley segera membuat gerakan membungkuk sebagai penghormatan pada raja, Keannu langsung antusias, "Ya, katakan! Katakan apa yang kau mau!""Saya memohon ampun, Yang Mulia. Tapi ... saya tidak menginginkan apapun," Riley berkata dengan nada tegas.Keannu menyipitkan mata, menatap pemuda itu dengan menyelidik, "Tidak mungkin. Kau mau menolak kemurahan hatiku?"Dengan mantap, Riley menjawab, "Ya, Yang Mulia.""Tidak bisa. Kau harus menerima tawaranku," Keannu tiba-tiba memaksa.Riley mengambil napas perlahan dan mengembuskannya sebelum berkata, "Yang Mulia, saya tidak bisa menerima apapun. Namun, Anda tak perlu khawatir. Saya akan tetap menutup mulut saya, saya tidak akan memberitahu apapun dan kepada siapapun mengenai kejadia
Andrew menoleh ke arah pemuda itu, "Sama seperti yang terjadi pada prajurit, dia juga dihukum. Hanya saja, yang tahu seperti apa hukuman itu Raja Keannu dan tentunya Putri Rowena."Mengerikan! Apakah semahal itu harga sebuah kebebasan? Riley membatin."Oh, sudahlah. Kau tak perlu memikirkan masalah itu, yang harus kau lakukan adalah tetap tutup mulut dan fokus dengan latihanmu. Ingat, Wood. Hanya yang terbaik yang bisa menjadi prajurit di sini," Andrew kembali berjalan saat menjelaskan hal itu.Riley pun terdiam dan tak lagi bertanya. Andrew pun tak lagi mengeluarkan suaranya lagi hingga mereka tiba di asrama dua."Ah, ternyata kau banyak memiliki teman yang setia rupanya!" Andrew berkomentar sembari tersenyum.Riley melihat ke arah depan dan melihat tiga teman satu kamarnya sedang berdiri di depan pintu gerbang utama asrama mereka."Ingat pesanku tadi, Wood!" Andrew berkata tanpa menunggu balasan dari Riley.Sang jenderal perang justru cepat-cepat membalikkan badan dan melangkah menj
Ternyata tidak hanya Riley saja yang gelisah. Namun di saat Riley mengedarkan pandang ke arah sekelilingnya, ternyata banyak calon prajurit yang menampilkan ekspresi cemas dan gelisah.Astaga! Memang sebanyak apa calon prajurit yang memalsukan identitas? Dan mengapa mereka juga bisa lolos? Riley membatin penuh tanya.Dia kemudian melihat James mengangkat tangan, Janice pun menyahut, "Ya?""Apa ada perubahan aturan di sini? Bukankah semuanya sudah diteliti sebelum kami masuk ke dalam istana?" Alen mengangguk pada James, setuju dengan apa yang dipertanyakan oleh James.Janice menjelaskan, "Semalam, pihak bagian inspeksi istana menemukan beberapa oknum yang ternyata melakukan kecurangan dengan memalsukan data beberapa calon prajurit.""Dan para calon prajurit itu juga sudah dikirim pulang tadi malam. Hari ini kami akan melanjutkan penyelidikan lagi, selain dari para oknum staf istana yang telah terungkap. Sehingga saya mohon, untuk saat ini Anda semua harus menunggu hasil pemeriksaan si
Janice Grow berhenti beberapa detik, membuat Riley semakin gelisah. "Kalian semua lolos," Janice berkata dengan tegas. Apa? Lolos? Riley membuka matanya seketika, merasa telah salah mendengar. Akan tetapi, kemudian dia mendengar Alen berkata, "Ayo, Riley!" Riley masih terbengong-bengong, ragu akan telinganya. Mana mungkin dia bisa lolos? Namun, James Gardner tiba-tiba merangkul dirinya, "Ayo, kita pergi dari sini, Wood!" Huh? Jadi, dia benar-benar tidak salah mendengar. Dia benar-benar lolos. Tapi, bagaimana caranya? Sebelum pemuda yang masih terlihat agak linglung itu membuka mulut untuk bertanya sesuatu, dia malah mendengar Janice berujar, "Silakan, calon prajurit. Anda semua bisa langsung melakukan latihan di tahap selanjutnya." James sontak menyeret Riley pergi dari gedung itu. Setelah mereka berada di luar gedung, Riley tak sabar mengedarkan arah pandangnya, mencari sosok gadis muda itu. James memperhatikan gerakan aneh Riley dan mendadak mengerutkan kening, "Sia