Tersadar Bill menunggu jawabannya dan saat ini mereka sedang berada di tengah-tengah medan perang, Steven pun tidak mau membuang waktu lagi dan dengan cepat berkata, "Saya siap, Jenderal."Bill tersenyum lega dan kemudian mulai memerintah, "Kemarilah!"Steven tidak bertanya dan langsung saja mengikuti perintah dari sang jenderal perang terkuat itu.Bill lalu mulai menjelaskan beberapa hal yang harus dilakukan oleh Steven dan menuntunnya untuk berperang bersamanya.Bill dengan begitu tangkas bekerja sama bersama dengan Steven hingga pria itu juga bisa merasakan kehebatan Bill yang luar biasa.Tidak hanya serangan William Mackenzie yang sangat akurat tetapi juga bagaimana pria itu melindungi orang-orang di sekitarnya.Penguasaan senjata serta kecepatan yang dimiliki oleh Bill menjadi salah satu kekuatan terbesar yang dimilikinya Selain itu, setiap keputusan yang dibuat selalu tepat dan tidak pernah gagal sampai-sampai Steven melongo setiap Bill berhasil membuat pasukan musuh mereka itu
Sang pemimpin pasukan lawan itu pun seketika merasa sedikit aneh.Dia pikir orang di depannya itu akan dengan mudah dia serang mentalnya tetapi nyatanya Jody Gardner masih tampak begitu tenang dan serangannya pun juga masih terbilang cukup akurat.Kenyataan terpampang begitu jelas itu pun semakin menguatkan duganya bila orang-orang dari kerajaan Ans De Lou memang tak bisa diremehkan.Sang pemimpin perang dari pasukan lawan tersebut mundur beberapa langkah hingga salah satu anak buahnya bertanya kepadanya, "Ketua, apa ini sebenarnya terjadi?""Kenapa dia sama sekali tidak terganggu? Bukankah menurut sumber informasi yang baru saja kita dapatkan orang yang memimpin perang ini termasuk memiliki temperamen yang sangat buruk?""Benar, Tuan. Namun, apa yang kita lihat sekarang ini jelaskan berbeda jauh. Dia tampak begitu tenang meskipun kita provokasi," sambung yang lainnya.Sang pemimpin yang memiliki nama Geraldi Jones itu juga tidak mengerti jawaban atas pertanyaan yang begitu mengganggu
Steven tidak lagi membantah dan segera saja membawa para pasukan mereka untuk segera kembali ke Kerajaan Ans De Lou.Di tengah perjalanan, dia tidak berbicara sedikitpun dan hanya terdiam saja.Sementara itu, beberapa pasukannya terlihat mulai berbicara di bagian belakang saat melihat wajah sang jenderal perang terhebat itu luar biasa tidak sedap dipandang.Mereka hanya berani berbisik-bisik karena tidak ingin membuat pemilik julukan Dewa Maut itu tersinggung atas ucapan mereka."Apa Jenderal Mackenzie marah pada kita?" tanya seseorang pada temannya."Tidak mungkin. Mengapa dia marah pada kita? Tidak ada alasan apapun baginya bisa marah pada kita.""Kau benar. Kita bahkan selalu menurut kepadanya dan walaupun sebagian dari kita tadinya sempat tidak menurut namun pada akhirnya kita kembali menurut kepadanya."Seorang lainnya juga ikut menanggapi, "Kita sudah melakukan apa saja yang dia perintahkan.""Kurasa dia bukan marah pada kita tapi ...."Perkataan salah satu pasukan yang terbilan
Greg yang mendengarkan penjelasan dari Knox itu sungguh ingin menertawakan pria itu.Dia ingin sekali membuat mata Knox semakin melebar setelah benar-benar mengetahui kehebatan dari sang jenderal perang.Sayangnya, mereka saat ini masih berada di dalam pesawat sehingga Greg harus berusaha keras untuk menahan dirinya.Akan tetapi, seseorang yang tidak jauh dari tempat duduk Knox itu berkata, "Makanya jangan pernah sekalipun kau meragukan seseorang yang bahkan kau tidak tahu seperti apa dirinya. Sebab, bisa jadi suatu ketika kau mungkin sangat mengaguminya."Knox tertohok. "Semua yang aku lakukan itu sangat wajar, apalagi dulunya beliau juga sudah pernah berhenti sementara menjadi prajurit. Siapa yang akan menyangka bila ternyata kekuatannya tetaplah seperti dulu dan bisa dikatakan malah jauh lebih meningkat daripada sebelumnya?"Knox memandang sekeliling dan melihat reaksi pasukan lain tetapi sepertinya mereka tidak benar-benar menganggapnya serius sehingga mau tidak mau dia menelan k
Keannu Wellington tidak bisa lagi menahan rasa jengkelnya pada jenderal perang yang dulunya merupakan salah satu prajurit kesayangan ayahnya.Tetapi dia merasa begitu lega karena pria itu menemuinya di tengah malam sehingga dia tak perlu harus menanggung malu di depan para pejabat istana.Andai saya pria itu menemuinya di siang hari maka sudah pasti dia tak akan sanggup mengangkat muka di depan para pejabat istana lagi.Bukan hanya satu kali atau dua kali William Mackenzie telah mempermalukan dirinya.Hal itu pula yang membuatnya ingin sekali menghancurkan pria itu. Meskipun dia juga paham bila dia sampai kehilangan jenderal besar itu maka dirinya akan rugi besar.Bila tak ada orang sekuat William Mackenzie sebagai pelindung negerinya, bukan tidak mungkin kerajaan tercintanya itu akan diserang habis-habisan oleh kerajaan-kerajaan musuh yang telah dia taklukkan."Yang Mulia, perintah Anda sedang ditunggu," ucap Bill yang segera menyadarkan sang raja dari lamunan singkatnya.Keannu meng
Steven tidak membalas tetapi malah semakin tertawa terpingkal-pingkal dan hal ini membuat Greg semakin jengkel kepada wakil jenderal perang itu.Namun, karena dirinya memang tidak bisa memaksa Steven untuk menjelaskan lebih lanjut maka ia pun hanya bisa menunggu dengan pasrah."Dasar bodoh! Siapa yang berniat untuk menghukummu?" ucap Steven setelah tawanya mereda.Sungguh dia tidak pernah berpikir bila anak buahnya akan bertingkah bodoh semacam itu.Greg sama sekali tidak marah ketika dimaki-maki seperti itu, justru dia malah semakin penasaran akan perkataan Steven yang sebelumnya.Namun, kini Steven sebenarnya juga tidak bisa menyalahkan anak buahnya itu lantaran tindakan-tindakan yang dilakukan oleh William Mackenzie memanglah selalu di luar dugaan.Bahkan, dirinya juga diliputi oleh keterkejutan dan kebingungan yang hampir membuatnya tidak bisa berkata-kata."Tuan, tapi Anda tadi-""Astaga, kurasa penyeleksian prajurit istana seharusnya lebih diperketat. Tidak hanya melalui tes fis
William Mackenzie buru-buru membalas, "Cassie, ini bukan apa-apa. Kau tidak perlu memikirkan hal ini." "Apa maksudmu tidak perlu? Apa kau pikir aku tidak bisa membantumu?" balas Cassandra. Bill memejamkan mata dan kini mulai merasa bila dirinya mungkin akan segera bertengkar dengan sang istri. "Kau tahu itu bukan. Cassie, aku hanya tidak ingin menambah dirimu beban. Sudah, aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan setelah semuanya selesai aku akan segera pulang," ucap Bill. Cassandra yang berada di ujung sana terdiam selama beberapa saat. Wanita cantik itu tidak tersinggung sama sekali dan justru malah begitu kasihan kepada sang suami yang harus memikirkan segalanya sendiri. Bukan berarti dirinya tidak ingin benar-benar membantu suaminya itu tetapi dia merasa bila Bill benar-benar sangat memikirkan dirinya sehingga dia memilih untuk tidak lagi mempermasalahkan hal itu. "Baiklah, kalau memang maumu seperti itu." Cassandra kemudian berbicara tentang beberapa hal sebelum akhirnya
Tentu saja perkataan Jody Gardner memancing amarah William Mackenzie.Tak bisa menahan diri lagi, William Mackenzie pun segera mencengkram leher Jody Gardner lalu menyeretnya menyingkir dari area itu.Keannu Wellington tentu saja terbelalak kaget saat melihatnya tetapi dia tidak bisa melakukan hal apapun karena tak ingin lebih disalahkan.Jody Gardner hanya bisa meronta-ronta tanpa bisa melepaskan diri dari cengkraman William Mackenzie. "Lepaskan aku!" Jody berontak tetapi dengan kekuatan penuh Bill malah langsung meninju Jody."Apa kau sudah gila, Jenderal Mackenzie?" ucap Jody dengan mulut yang sudah meneteskan darah di bagian bibirnya.William Mackenzie kemudian berkata, "Kau bukan manusia."Jody yang juga sudah tidak bisa menutupi segalanya pun lalu menjawab, "Hm, apa kau baru sadar kalau aku bukan manusia?" Pukulan William Mackenzie pun tertahan hingga Jody berhasil melepaskan diri.Semua orang di kerajaan itu mengelilingi dengan dua orang tersebut berada di tengah-tengah."Aku
“Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.