Share

136. Penyambutan

Author: Zila Aicha
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Untuk itu, saya tidak bisa menjelasaknnya lebih lanjut, Yang Mulia," ucap Bill.

Keannu mendengus keras, sadar bila tak mungkin dirinya bisa memaksa jenderal besar itu sehingga dia pun kemudian hanya bisa berkata, "Baiklah, kalau begitu Jenderal Mackenzie. Terserah kau saja. Kalau kau ingin membongkar identitasmu sendiri tak masalah."

Mendengar jawaban itu, Bill pun segera berjkata, "Terima kasih atas kemurahan hati Anda, Yang Mulia."

Keannu mengangguk dan membiarkan William Mackenzie meninggalkannya.

Dua hari kemudian, sesuai dengan permintaan Bill, Keannu pun menggelar pesta resmi di dalam halaman aula istana di siang hari. Semua orang pun mulai bertanya-tanya akan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

"Aku tidak tahu, memangnya ada perayaan apa?" tanya salah satu pelayan yang mempersiapkan pesta itu.

"Entahlah. Aku tidak mendengar ada sesuatu yang baik yang terjadi, tapi siapa yang tahu?"

"Sudahlah, kita ini hanya pelayan yang tidak berhak bertanya. Bukankah lebih baik, kita segera s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sang Dewa Perang Terkuat    137. Drama Raja

    Tapi selanjutnya suara-suara pun mulai terdengar di sana."Jenderal Mackenzie?""Jenderal terkuat dan terbaik yang pernah kita miliki dulu?" "Tapi di mana beliau sekarang kenapa aku tidak melihatnya?"Seseorang yang lainnya kemudian menggelengkan kepalanya, "Aku tidak melihat orang yang memakai baju zirah milik Sang Jenderal.""Oh, tapi kalau memang perayaan ini dimaksud untuk menyambut kedatangan kembali Jenderal Mackenzie, jelas aja itu masuk akal.""Aku tahu, tapi masalahnya sekarang aku tak melihat adanya tanda-tanda kehadiran beliau," ucap seorang pengawal lainnya.Keannu Wellington yang menunggu orang-orang itu tak lagi berbicara pun kemudian dengan tak sabar mengetuk meja untuk membuat semuanya menjadi lebih terkendali.Saat semua penghuni istana itu mulai terdiam dan menunggu apa yang mungkin akan disampaikan raja mereka, Keannu Wellington pun berdiri dan mulai berjalan ke arah tengah.Monica Wilhelm yang telah mengetahui semuanya itu pun kini sedang luar biasa kesal kepada s

  • Sang Dewa Perang Terkuat    138. Kebijakan Raja

    Keannu Wellington segera memalingkan wajahnya dan menatap istrinya dengan tatapan yang begitu terganggu seakan kesenangannya baru saja diinterupsi oleh sang istri. Akan tetapi, Monica Wilhelm yang sudah tak kenal takut lagi dan begitu muak dengan suaminya hanya menatap sambil tersenyum, "Suamiku. Silakan!" Keannu hampir saja mengumpat pada istrinya dan meluapkan kekesalannya karena telah diganggu tetapi dia dengan cepat berhasil mengendalikan dirinya dan membalas senyum sang istri lalu berkata, "Kamu benar, Ratuku. Aku harus segera menghentikan semua ini." Mendengar kalimat itu, baik Jody Gardner maupun seluruh pejabat di dalam istana seketika kembali ke posisi mereka masing-masing dan terdiam menunggu tindakan sang raja. Sekali lagi, Keannu Wellington berusaha keras agar tak terlalu terlihat begitu kecewa di depan seluruh penghuni istana itu. Dengan suara yang terdengar seperti seorang raja bijaksana dia berkata, "Kehadiran Jenderal Mackenzie tidak akan pernah mengganggu Jendera

  • Sang Dewa Perang Terkuat    139. Perbedaan yang Tipis

    "Hal itu sudah jelas. Mau bagaimanapun juga dia adalah seorang raja dan jika perintahnya bertujuan untuk memperkuat kerajaan kita maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya," kata Bill.Andrew Reece terlihat begitu tidak setuju. Dia pun tidak hanya berdiam diri dan membiarkan pendapatnya itu tertanam di dalam kepalanya.Laki-laki muda yang begitu dipercayai oleh William Mackenzie itu pun berkata, "Tapi Jenderal. Raja Keannu seperti memiliki sebuah tujuan tersendiri. Ini tidak hanya demi kepentingan rakyat saja tetapi juga kepentingan pribadinya. Apakah ini tidak bisa dijadikan landasan untuk menolak perintahnya?"William Mackenzie mengembuskan napasnya dengan pelan.Saat ini mereka masih berada di halaman istana, tentu dirinya tidak bisa berkata-kata lebih banyak karena tak ingin mengganggu jalannya acara.Namun, dia pun tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja sehingga dia memilih untuk menjelaskan secara singkat, "Raja Keannu mungkin memiliki suatu kepentingan pribadi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    140. Cerdik?

    Masih dengan raut wajah yang tegas, Andrew Reece pun membalas lagi, "Tidak ada kelonggaran atau apapun itu. Ini sudah menjadi keputusan Jenderal Mackenzie."Pada akhirnya keenam orang itu pergi dengan tangan kosong.Dan sejak percakapan Andrew dengan mereka, berita tentang sang jenderal terkuat yang menolak para pasukan baru yang ingin masuk ke dalam anggota pasukannya pun menjadi isu yang sangat hangat diperbincangkan di mana-mana.Tidak hanya di kalangan para prajurit tetapi juga di kalangan para pejabat istana.Bahkan, sebagian orang sudah mulai menafsirkan hal-hal yang menjadi alasan sang jenderal tidak ingin menerima pasukan lagi.Sayangnya, mereka mengutarakan pendapat dengan begitu liarnya hingga tak jarang malah terkesan menghakimi keputusan sang legenda.Hingga suatu ketika raja di negeri itu juga mendengar desas-desus yang telah beredar di kalangan penghuni istana. "Mackenzie memang sangat bodoh sekali. Dia baru saja kembali mendapatkan identitasnya lagi tetapi malah akhirn

  • Sang Dewa Perang Terkuat    141. Angkat Kepalamu!

    Sebelum Steven sempat berkata-kata, seseorang berteriak, "Steven!"Sang jenderal perang yang begitu dia hormati itu sedang memanggilnya.Entah mengapa seolah hal itu memang berlangsung begitu kebetulan, tapi Steven seolah bisa merasakan jika Jody Gardner mengetahui bila anak buahnya sedang membicarakannya.Dengan segera, laki-laki itu pun meninggalkan area itu dan bergerak menuju Jody Gardner."Ya, Jenderal.""Ikut aku!" ucao Jody Gardner.Steven membungkuk, "Baik, Jenderal."Steven pun mengikuti Jody tepat di belakangnya. Mereka berjalan menjauh dari area latihan dan baru saja berhenti saat jarak mereka dari gedung itu sudah jauh.Begitu yakin tak ada yang mendengar, Jody langsung berbalik dan menatap Steven."Apa yang baru saja kau lakukan?" tanya Jody.Steven langsung yakin mungkin saja Jody sungguh-sungguh mendengar apa yang mereka bicarakan sebelumnya. Jika sudah begitu, semuanya pasti akan menjadi lebih gawat."Ampun, Jenderal. Saya hanya menyampaikan apa yang tidak saya suka.

  • Sang Dewa Perang Terkuat    142. Berpaling?

    Suara Monica Wilhelm memang terdengar begitu lembut di telinga ketiga pelayan itu tetapi jelas sekali kata-katanya berisi sebuah perintah yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.Anehnya suara yang begitu lembut itu juga memiliki sebuah pengaruh yang cukup besar bagi ketiga pelayan itu.Kedua pelayan yang menyaksikan temannya tersebut diminta untuk melakukan perintah ratunya itu tentu saja mendadak begitu kasihan kepadanya.Dengan begitu tegang sang pelayan ketiga pun segera mulai mengangkat kepalanya dengan perlahan dan menampilkan wajah yang sudah begitu ketakutan.Matanya sudah berair dan keringat dingin pun sudah mulai menetes-netes.Bahkan, Monica Wilhelm bisa melihat bila wajah pelayan tersebut begitu sangat pucat seperti mayat.Monica menghela napas panjang lihat pelayan itu dan mendadak seperti terasa kasihan pun juga muncul di dalam hati.Sesungguhnya Monica tak ingin melepaskan pelayan itu tetapi rupanya wanita itu tak sanggup melakukannya.Monica Wilhelm pun tak ingin membua

  • Sang Dewa Perang Terkuat    143. Boneka Raja

    Steven tidak pernah menyangka bila perkataannya itu justru malah membuat dirinya berada di dalam masalah.Dia pikir dia telah berhasil menenangkan Jenderal perannya tetapi yang terjadi adalah sebaliknya.Pria muda yang tidak ingin sang jenderal perang itu semakin salah paham terhadapnya itu pun segera berkata, "Jenderal Gardner, Anda telah salah paham. Saya tidak akan mungkin berpaling dari Anda.""Kalau saya ingin berpaling dari Anda, saya pasti telah melakukannya sedari dulu. Namun, saya tetap bertahan di sisi Anda karena bagi saya hanya Andalah yang pantas dihormati."Jody Gardner yang semula terlihat begitu emosi itu seketika menjadi tenang.Pria itu lalu mengalihkan pandangan dan memilih untuk tidak menanggapi ucapan Steven.Steven yang dengan mudah bisa memahami sang jenderal perang itu pun juga bisa menghela napas lega.Tak lama kemudian, raja yang mereka tunggu pun telah tiba di sana tanpa ratunya.Tidak aneh bila Monica Wilhelm tidak hadir di sana karena memang wanita itu sa

  • Sang Dewa Perang Terkuat    144. Latihan?

    Keannu Wellington tidak mengerti kalau ternyata ada orang yang bisa setenang itu padahal hidup dan matinya sedang dipermainkan olehnya. Mungkin hanya orang di depannya itu yang memiliki ketenangan luar biasa yang tak bisa diganggu oleh siapapun, termasuk dirinya. Akan tetapi, jika William Mackenzie begitu mudah terpancing olehnya maka tidak akan seru. Sikap seperti itulah yang saat ini membuatnya bergairah untuk menindas jenderal perang itu. Tak ingin menunda-nunda, Keannu pun segera berkata, "Jenderal Mackenzie, bagaimana pendapatmu?" Mendengar pertanyaan sang raja, semua orang di aula istana megah itu pun seketika berhenti mengacau. Tiba-tiba ada suara lagi yang terdengar. Kini, mereka semua pun menunggu jawaban William Mackenzie atas pertanyaan rajanya itu. Bahkan, Jody Gardner yang semula masih tersulut emosi dan suka sekali mengoceh itu juga tampak menutup mulutnya sembari melempar tatapan penuh tanya pada Willliam Mackenzie. Bill pun bangkit dari kursinya dan segera berlut

Latest chapter

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

  • Sang Dewa Perang Terkuat    260. Akhir

    Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja

  • Sang Dewa Perang Terkuat    259. Ini Salahku!

    Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    258. Berita Buruk

    Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk

  • Sang Dewa Perang Terkuat    257. Ah, Jadi Begitu!

    James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku

  • Sang Dewa Perang Terkuat    256. Bicaralah Padaku!

    Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs

  • Sang Dewa Perang Terkuat    255. Itu Sudah Terlalu Lama!

    Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang

  • Sang Dewa Perang Terkuat    254. Kau Juga Tahu?

    Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.

DMCA.com Protection Status