Beranda / Pernikahan / Saat Istri Mantan Menghubungiku / Bab 102 Demi Zena, ayo berdamai!!

Share

Bab 102 Demi Zena, ayo berdamai!!

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Setelah dua hari, Gibran dan Nurida kembali ke Jakarta. Gibran ada pekerjaan yang harus ia selesaikan sehingga tidak bisa tinggal lebih lama di Bandung. Sedangkan Nurida dan Al dari awal memang sudah mengatakan hanya bisa berkunjung dua hari saja karena mereka harus mengunjungi kakek dan nenek Al dari pihak ayahnya.

Hari ini pekerjaan Serena di kafe tidak terlalu banyk sehingga wanita berwajah ayu itu bisa pulang lebih awal. Baru saja ia memasuki kamarnya sudah dikejutkan dengan tingkah Dirga. Laki-laki itu sedang mengepak pakaian miliknya ke dalam koper.

"Apa yang kamu lakukan dengan pakaianku?" tanya Serena dengan ekspresi bingung.

"Aku sedang mengepak pakaianmu," jawab Dirga enteng. "Tadi aku sudah sudah mengepak baju-baju Zena sekarang tinggal pakaian kamu saja," jelasnya lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang semat terhenti.

Serena melempar tas yang di bawanya ke atas ranjang, lalu merebut bajunya yang di baru saja Dirga ambil dari almari. "Maksud kamu apa sih?" kesalnya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yunaisha P
updatee dooong...
goodnovel comment avatar
yenyen
egois sangat serena
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 103 Kembali ke Jakarta.

    "Cepatlah mandi! " perintah Dirga untuk yang kedua kalinya, "Aku yang akan mengemasi barang-barang kamu." Tangan kekarnya menarik Serena untuk berdiri. "Tidak perlu, aku bisa sendiri," tolak Serena lalu menghempaskan tangan Dirga lalu masuk ke kamarnya. Serena tidak punya pilihan lain selain menuruti kata-kata Dirga. Ia tidak ingin bersikap egois dan mengorbankan perasaan putrinya. Serena bisa saja membawa pergi Zena tanpa sepengetahuan Dirga, tapi ia tidak sanggup jika melihat putrinya itu menangis histeris karena mencari Papanya. "Aku sama Zena tinggal di rumah bunda saja." kata Serena setelah selesai bersiap-siap dan membawa kopernya ke ruang tengah di mana Dirga dan Zena sudah menunggunya. "Iya," jawab Dirga mengambil alih koper yang di pegang Serena. "Aku juga akan tinggal di rumah Bunda." lanjutnya sambil tersenyum. "Silahkan saja, kalau kamu bisa mendapatkan izin dari Bunda." Tantang Serena. Wanita bertubuh mungil itu tahu jika Bundanya tidak akan membiarkan Dirga menginj

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 104. Dua kubuh.

    "Aku masih suami Serena Mbak, aku yakin Mbak Indira tidak lupa soal itu," kata Dirga pada wanita cantik yang berdiri di depannya. "Ck, itu tidak akan lama lagi." Indira memandang remeh pada Dirga, "Sekalipun Mas Gibran sudah memihakmu, tapi di rumah ini Bunda yang punya kuasa. Bahkan Kakak sulungku itu tidak akan berkutik jika Bunda sudah memutuskan." Lanjutnya sambil bertolak pinggang lalu memanggil satpam untuk mengusir Dirga. Dirga mengepalkan tangannya kuat untuk menahan emosinya. Ia ingin sekali menerobos masuk ke dalam rumah tapi jika itu ia lakukan Zena pasti akan kembali mengingat sikap kasar dulu. Karena tidak ingin membuat keributan akhirnya Dirga memilih untuk mengalah, dengan tenang ia masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan rumah mertuanya itu. "Ck,, cuma begitu saja? Serena bodoh sekali mencintai laki-laki yang tidak benar-benar memperjuangkan cintanya," cibir Indira pada adik iparnya itu. Di dalam rumah, Rendy dan Raka mengajak Zena untuk sholat magrib berjamaah

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 105. KIta adalah keluarga.

    "Indira kamu harus belajar untuk memahami situasi dan kondisi orang lain. Kamu juga harus belajar mengendalikan mulut kamu." Gibran menegur adiknya yang memang sudah terkenal dengan mulutnya yang pedas ketika berbicara. "Aku berbicara sesuai fakta Mas, kenyataannya memang laki-laki itu sudah banyak menyakiti Serena. Bukan hanya hatinya Tapi juga fisiknya. Mas lupa kalau Dirga pernah mengangkat tangan pada adik bungsu kita?" sahut Indira membela diri. "Bodoh kalau Serena masih ingin kembali pada laki-laki yang tidak tahu diri seperti Dirga." Sambung wanita cantik itu sambil mencebikkan bibirnya kesal. Indira merasa tidak senang karena Gibran membela laki-laki yang sudah membuat adik bungsu mereka terluka dan memilih mengasingkan diri ke Bandung dan membuat mereka harus hidup berjauhan selama dua tahun ini. "Semua orang pernah berbuat salah Dira, kamu juga pasti pernah melakukan kesalahan. Jadi tidak ada salahnya memberi kesempatan pada orang yang sudah benar-benar menyesal," tutur

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 106 Alasan penolak Bunda Rahma.

    "Papa pulang dulu ya, besok Papa kesini lagi buat nganter Zena sekolah," bujuk Dirga sambil sesekali menciumi pipi putrinya yang sedang merajuk dalam gendongannya. Setelah pembicaraan Gibran dengan dua adiknya beberapa hari yang lalu, Indira tidak lagi menghalangi Dirga untuk datang ke rumah mereka. Namun tidak dengan Rahma, meski ia telah mengizinkan Dirga mengantar dan jemput Zena ke sekolah tapi wanita paruh baya itu masih bersikap ketus dan melarang Dirga masuk ke dalam rumahnya."Zena Papa harus kerja sayang, turun ya! Sini Mama yang gendong," ujar Serena mengulurkan tangannya ke depan Zena yang mengalukan tangannya di leher Dirga. "Jangan di gendong! Zena sudah besar, nanti tangan kamu sakit," larang Dirga yang langsung membuat Serena melongo tak percaya dengan apa yang ia dengar. 'Apa aku tidak salah dengar? Apa waktu dua tahun benar-benar merubahnya?' Serena membatin. "Doain Papa segera bisa menyelesaikan semua masalah supaya kita bisa kembali bersama seperti dulu lagi," s

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 107. Alasan sesungguhnya.

    "Bunda tidak bisa bersikap sekeras itu pada Dirga." Ujar Gibran berbicara pada wanita paruh bayah yang sedang sibuk membuat makanan di dapurnya. "Dia memang salah tapi dia sudah berubah dan menyesali perbuatannya, Bun. Tidak ada salahnya untuk kita memberinya kesempatan." Lanjutnya setelah duduk di kursi depan table kitchen. "Kamu kenapa datang-datang sudah protes saja?" sahut Rahma menoleh sebentar lalu kembali fokus pada pekerjaannya. "Tadi aku sempat lihat Bunda marah-marah sama Dirga. Bunda juga nyuruh Dirga untuk meninggalkan orang tuannya," terang Gibran. "Bunda apa tidak kepikiran seandainya Serena yang memilih meninggalkan Bunda karena menolak memberi restu mereka bersatu lagi?""Serena adalah putriku, Bunda tahu betul seperti apa dia. Lagian tadi Bunda hanya perjelas kondisi mereka yang sudah tidak mungkin bersama lagi. Dan alasannya jelas, Bunda tidak akan merestui Serena kembali pada Dirga, sama halnya dengan orang tua Dirga yang tidak menyukai Serena," jawab Rahma tanpa

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 108 mengatakan yang sebenarnya.

    Sekitar pukul 9 malam pintu rumah Gibran di ketuk beberapa kali. "Siapa yang datang bertamu?" gumam Serena yang baru saja menidurkan putrinya. Karena rasa penasaran, Serena bejalan keluar kamarnya. Nampak Rahma juga Gibran baru keluar dari kamar masing-masing. "Satpam kemana sih Mas? Sudah malam kok ada orang masuk di biarkan?" tanya Serena yang sudah memakai baju piyama tidur. "Itu Dirga, tadi dia telfon Mas. Minta izin ingin bicara sebentar?" jawab Gibran sembari berjalan mendahului dua wanita di depannya. "Katanya ada yang penting." Lanjutnya sebelum membuka pintu ruang tamu. "Seperti tidak ada hari esok saja," gerutu Rahma sebelum ikut menyusul Gibran yang sudah berjalan lebih dulu. Tidak ingin berkomentar, Serena hanya mendengus kasar lalu berjalan menyusul kakak dan bundanya. "Maaf mengganggu istirahat kalian," ucap Dirga begitu pintu di buka dari dalam. "Ada apa?" tanya Gibran penasaran. "Kamu itu ngerti sopan santun tidak? Malam-malam. bertamu ke rumah orang," sahut Ra

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   109, Lampu hijau dari Bunda.

    "Justru itu, aku sangat berdosa kepadanya tapi dia tidak pernah membenciku. Bisa kamu bayangkan sebesar apa rasa sesal itu?" teriak Serena sambil menangis. Dirga memeluk erat tubuh Serena yang meluruh dan bersimpuh di lantai. Sambil terisak wanita ayu itu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Jika Seandainya Kaisar sedikit saja membenci dan menyalahkannya mungkin rasa bersalah di hati Serena tidak akan sebesar dan sedalam ini."Aku yang salah. Jadi biarkan aku yang menanggungnya. Tolong maafkan dirimu sendiri," bisik Dirga dengan mengeratkan pelukannya. "Aku hiks hiks,,membuatnya menderita, aku penyebab kematiannya hiks hiks... Dosaku sangat besar kepadanya," Sesal Serena dengan terisak. "Shuuut,,,, Jangan berkata seperti itu! Kamu tahu dia tidak pernah berpikir seperti itu." Dirga mengeratkan pelukannya dengan satu tangan mengelus punggung rapuh sang istri. "Kaisar tidak bermaksud untuk menagih janjinya. dia memintaku menjelaskannya padamu," Serena menghentikan tangisnya lagi

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab, 110 Janji Dirgantara Putra.

    Sebuah tangan kecil memencet pipi Dirga bergantian kiri dan kanan mengusik rasa nyaman yang sejak semalam Dirga rasakan. "Hi Hi Hi..." Terdengar suara cekikikan yang menginstruksikan Dirga untuk membuka matanya. "Zena,,,," keluh Dirga dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Mulai nakal ya kamu," Dirga menarik putrinya masuk ke dalam pelukannya dan menciumi Zena sampai gadis kecil itu tertawa keras karena kegelian. "Ha ha ha ha.. geli Pa ha ha ha." Suara tawa Zena terdengar hingga keluar kamar. "Geli ya? Zena geli?" tanya Dirga dengan tertawa sambil terus menciumi gadis kecil itu. Di dapur Rahma dan Zena sampai terkejut mendengar teriakan dan tawa keras Zena. "Sepertinya Zena sangat bahagia," gumam Rahma lalu melirik Serena yang sedang sibuk menggoreng perkedel kentang.Nampak Serena menghela nafas panjang lalu menunduk seperti sedang melamun. "Awas gosong itu perkedel kentang! Itukan kesukaan papanya Zena," sambung Rahma menegur putrinya yang melamun."Ah iya,," Serena buru

Bab terbaru

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 125 Tamat.

    "Sah" pekik sang penghulu yang langsung di sambut riuh para saksi. "Sah," Suara para saksi terdengar kompak disusul. lantunan do'a dari sang penghulu dan segera diaminkan oleh seluruh yang hadir di ruangan itu. "Alhamdulillah,," Suara lirih Rahma penuh syukur. "Iya Alhamdulillah ya Bun. Akhirnya Mas, Gibran menikah juga," sahut Serena sambil mengelus punggung wanita paruh baya itu. Rahma hanya menghela nafas dengan pandangan yang sendu kearah sepasang pengantin yang nampak bahagia dengan senyum sumringah di wajah keduanya. "Bunda, senyum dong. Pengantinnya mau minta do'a restu," ujar Serena saat Gibran dan Nurida mendekati sang Bunda untuk sungkem. Hari ini adalah pernikahan Gibran dan Nurida. Setelah satu tahun meminta berjuang akhirnya hari ini mereka bisa melangsungkan akad nikah dengan restu dari Rahma. Ya, awalnya Rahma menolak memberi restu Gibran menikahi sahabat Serena itu. Rahma menginginkan menantu yang statusnya sama dengan Gibran. Bukan seorang janda dengan satu ana

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 124 Sebenarnya Siapa Serena itu.

    "Ru rujuk? maksudnya?" tanya Serena menoleh pada Dirga. "Beberapa bulan yang lalu Anita mengajukan gugatan cerai pada Andika." Dirga menjawab pertanyaan Serena lalu mengalihkan pandangannya pada Hendrawan. "Bukannya perceraian mereka sudah di putuskan pengadilan?" "Iya tapi belum mengikrarkan talak. Selama perpisahan mereka Andika belum pernah mengucap talak." penjelasan Hendrawan mendapat anggukan mengerti dari Dirga. Serena hanya diam tanpa berniat berkomentar. Ia masih tidak percaya mendengar berita perceraian adik iparnya itu. Apalagi selama ini Hendra dan Mirna selalu membanggakan rumah tangga putri bungsunya itu sangat harmonis. "Rena, kenapa tamunya tidak di ajak masuk?" Rahma ikut keluar menyambut besannya itu. Dengan senyum ramah ibu Serena mengulurkan tangannya menyalami kedua orang tua menantunya itu. "Ayo silahkan masuk!" ajak Rahma menggiring besannya itu untuk masuk ke sisi lain ruang tamu yang memang di peruntukkan untuk menjamu tamu yang datang. "Maaf duduknya di

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 123 Acara tasyakuran rumah baru.

    Sudah dari kemarin Dirga dan Serena menempati rumah baru mereka. Tak ketinggalan Rahma dan Gibran juga keluarga kecil Indira ikut menginap sejak semalam. sudan dari selesai sholat shubuh Rahma sibuk mengatur persiapan acara ulang tahun sekaligus tasyakuran rumah baru putri bungsunya. Di bantu dua orang asisten rumah tangga ia sibuk di dapur. Rencananya pada jam 9 pagi akan diadakan pengajian bersama dengan mengundang para tetangga juga saudara dan teman-teman Dirga. Untuk ulang tahun Zena akan diadakan setelah dhuhur. Bukan hanya Rahma, Indira pun begitu. Kakak kedua Serena itu juga sibuk mengatur tempat dan bingkisan untuk para undangan. "Inah, kamu taruh semua bingkisan itu di depan. Di bawah tenda ya!" perintahnya pada seorang asisten rumah tangga yang baru di pekerjakan oleh Dirga sejak dua hari yang lalu. "Periksa juga bingkisan untuk undangan ulang tahun Zena! Jumlahnya kurang atau tidak?" sambungnya lalu berjalan menuju dapur. "Rena, cateringnya datang jam berapa? Acaranya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 122 Rahma yang sudah tidak menahan diri lagi.

    "Siapa yang akan mengacaukan? Dirga bisa sesukses ini juga karena kita. Enak sekali keluarga Serena, tidak merasakan susahnya sekarang ikut menikmati hasil kesuksesan Dirga," gerutu Hendrawan. "Minta alamatnya. Minggu depan kita berangkat ke sana," "Apa Ayah Tidak malu bicara seperti itu?" Mirna menatap tajam suaminya. "Sudah lupa apa yang Ayah lakukan pada Dirga?" Pertanyaan Mirna sontak menyulut emosi di dada Hendrawan. Dengan rahang yang mengeras pria paruh baya itu membalas tatapan Mirna tak kalah tajam. Namun kali ini Mirna tidak takut apalagi segan. Ia sudah sangat jengah dengan dengan sikap dan perangai suaminya itu. "Aku pikir beberapa bulan ini kamu sudah berubah, tapi nyatanya aku salah. Kamu tetap egois dan tidak mau mengakui salah." "Apa maksudmu?" sentak Hendrawan emosi. "Apa perlu aku mengulangi perkataan Dirga dua tahun lalu? Apa perlu aku mengulik kesalahan suamiku yang tidak pernah mau kamu akui?" Mirna menarik nafas panjang untuk sedikit mengurangi rasa kesalnya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 121 Kejutan untuk Zena.

    Sekitar pukul setengah tujuh malam, mobil dirga memasuki pelataran rumah besar mertuanya. Serena membuka pintu rumah bersamaan dengan Dirga yang keluar dari mobilnya dengan membawa banyak bawaan di kedua tangannya. "Biar kubantu Mas," ujar Serena segera mendekat dan mengambil satu kotak besar dari tangan kanan Dirga. "Hati-hati itu kue ulang tahun untuk Zena," sahut Dirga sedikit khawatir. "Iya," jawab Serena tersenyum lalu berjalan masuk lebih dulu. "Dimana Zena?" tanya Dirga berjalan dibelakang Serena. "Zena lagi di kamar Bunda bersama Rendy dan Raka." Serena segera meletakkan kuenya di sisi meja makan. "Malam Ga," sapa Indira yang berjalan keluar dari dapur dengan segelas air putih di tangannya. "Malam juga Mbak. Mana Mas Abimana?" sahut Dirga bertanya bersikap ramah."Tu," indira menunjuk ke arah ruang tengah. Dua orang pria duduk sambil berbincang. "Halo Ga," Abimana mengangkat tangannya menyapa yang di jawab anggukan oleh Dirga. Merasa sungkan Dirga hendak berjalan untuk

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 120 Bahagia setelah badai.

    Setelah sholat shubuh Dirga mendatangi ibu mertuanya untuk memberia tahu jika nanti malam dia akan membuat kejutan ulang tahun untuk putrinya. Dirga meminta Rahma untuk memberi tahu Indira dan Gibran untuk ikut datang. Sebenarnya Dirga ingin mengadakan pesta ulang tahun putrinya itu di rumah baru mereka namun dikarenakan rumah baru mereka belum siap untuk ditempati akhirnya Serena menyarankan untuk memberikan kejutan kecil dan nanti setelah rumah mereka sudah siap akan membuat pesta ulang tahun Zena bersamaan dengan tasyakuran rumah baru mereka. Setelah semua anaknya dan menantunya berangkat Rahma segera menelpon putri ke duanya untuk memintanya datang malam ini seperti permintaan menantu sulungnya. "Tentu saja kami akan datang Bun. Tanpa Bunda telfon aku dan anak-anak sudah berniat ke rumah Bunda sepulang sekolah nanti dan Mas Aby akan menyusul sepulang kerja. Kami tidak akan lupa dengan ulang tahun princess Zena," jawab Indira saat Rahma memintanya datang. Mendengar jawaban putr

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 119 Papa hanya punya Zena.

    "Kamu percaya sama aku kan? Aku bersumpah aku hanya menganggapnya teman. Kami bertemu hanya untuk berbincang dan bertukar pikiran saja." Kembali ia berusaha menyakinkan istrinya itu. Ia tahu jika kediaman Serena karena masih ada kerguan di hati istrinya itu. "Kenapa dulu kamu tidak ingin berbincang dan bertukar pikiran denganku?" tanya Serena yang membuat Dirga terdiam lalu perlahan menegakkan kembali punggungnya. "Apa karena aku tidak enak diajak bicara?" "Karena aku bodoh. Aku tidak tahu caranya berbicara denganmu sehingga kita selalu berakhir dengan bertengkar," jawab Dirga dengan ekspresi khawatir.Dirga sangat menyesal mengapa harus membahas Meysa. Mungkin seharusnya ia tidak membahas sahabat lamanya itu. Ia benar-benar tidak ingin hubungannya dengan Serena kembali merenggang hanya karena seseorang yang sama sekali tidak penting bagi Dirga. "Hemm," Serena menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. "Pergilah mandi! Lalu keluar untuk makan malam." Kembali Dirga menghela nafas, mes

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 118 Mengulik mada lalu.

    Beberapa hari ini Dirga harus pulang terlambat karena harus menyelesaikan persiapan launching produk baru perusahaanya. Jika seminggu kemarin ia sampai rumah pada pukul 10 malam, namun hari ini ia bisa pulang lebih awal. Sekitar pukul delapan malam Dirga sudah sampai di rumah. Serena segera menyambut Dirga begitu mendengar suara mobil suaminya itu memasuki pelataran rumah. Saat Dirga hendak masuk kamar nampak putrinya sedang belajar di ruang tengah. Zena terlihat sangat serius dengan buku-buku di depannya. Gadis kecil itu duduk di atas karpet dengan meja kecil yang menjadi tumpuannya. Zena sama sekali tidak menyadari kepulangan ayahnya. "Mandi dan ganti baju dulu, setelah itu baru menyapanya," ujar Serena setelah menepuk pundak Dirga yang berdiri di depan pintu kamar sembari memandang putri mereka yang sedang serius belajar. "Besok dia ada lomba matematika. Dia agak minder karena ini di Jakarta makanya ia sangat serius belajar," tambahnya bercerita. Dirga menoleh sambil mengerutkan

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 117 Dari hati ke hati.

    Serena menggeliat ketika tidurnya merasa terganggu sesuatu yang keras menempel erat di perutnya yang ramping. Satu tangannya meraba pada benda yang terasa keras dan berotot. Seketika matanya terbuka lebar saat ia sadar benda yang melingkar di perutnya adalah sebuah tangan kekar entah milik siapa? Serena mengangkat kepalanya dan menoleh ke belakang. "Astaga.," pekiknya tertahan. Dirga memeluknya dari belakang. "Bikin kaget saja, kamu kenapa tidur di sini?" Serena memukul lengan kekar yang memeluknya itu. Masih dalam keadaan setengah sadar Dirga membuka matanya, "Apa Rena? aku ngantuk besok aja bicaranya," keluh Dirga dengan suara serak dan mata menyipit. "Kamu itu ngapain tidur disini?" tanya Serena. Meski sudah beberapa hari ini Dirga tinggal serumah dengannya tapi Serena belum mengizinkan Dirga untuk tidur satu ranjang dengan dirinya. Jika Dirga tidur dengan Zena maka Serena akan memilih tidur di kamar Bundanya. Serena beranjak bangun dari tidurnya. Dengan posisi duduk ia menatap

DMCA.com Protection Status