Beranda / Pernikahan / Saat Istri Mantan Menghubungiku / Bab 107. Alasan sesungguhnya.

Share

Bab 107. Alasan sesungguhnya.

Penulis: iva dinata
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Bunda tidak bisa bersikap sekeras itu pada Dirga." Ujar Gibran berbicara pada wanita paruh bayah yang sedang sibuk membuat makanan di dapurnya. "Dia memang salah tapi dia sudah berubah dan menyesali perbuatannya, Bun. Tidak ada salahnya untuk kita memberinya kesempatan." Lanjutnya setelah duduk di kursi depan table kitchen.

"Kamu kenapa datang-datang sudah protes saja?" sahut Rahma menoleh sebentar lalu kembali fokus pada pekerjaannya.

"Tadi aku sempat lihat Bunda marah-marah sama Dirga. Bunda juga nyuruh Dirga untuk meninggalkan orang tuannya," terang Gibran. "Bunda apa tidak kepikiran seandainya Serena yang memilih meninggalkan Bunda karena menolak memberi restu mereka bersatu lagi?"

"Serena adalah putriku, Bunda tahu betul seperti apa dia. Lagian tadi Bunda hanya perjelas kondisi mereka yang sudah tidak mungkin bersama lagi. Dan alasannya jelas, Bunda tidak akan merestui Serena kembali pada Dirga, sama halnya dengan orang tua Dirga yang tidak menyukai Serena," jawab Rahma tanpa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yenyen
ampun deh..cukup deh tersesatnya diputus di ibunya saja. Jangan diteruskan ke anak anaknya. Dosa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 108 mengatakan yang sebenarnya.

    Sekitar pukul 9 malam pintu rumah Gibran di ketuk beberapa kali. "Siapa yang datang bertamu?" gumam Serena yang baru saja menidurkan putrinya. Karena rasa penasaran, Serena bejalan keluar kamarnya. Nampak Rahma juga Gibran baru keluar dari kamar masing-masing. "Satpam kemana sih Mas? Sudah malam kok ada orang masuk di biarkan?" tanya Serena yang sudah memakai baju piyama tidur. "Itu Dirga, tadi dia telfon Mas. Minta izin ingin bicara sebentar?" jawab Gibran sembari berjalan mendahului dua wanita di depannya. "Katanya ada yang penting." Lanjutnya sebelum membuka pintu ruang tamu. "Seperti tidak ada hari esok saja," gerutu Rahma sebelum ikut menyusul Gibran yang sudah berjalan lebih dulu. Tidak ingin berkomentar, Serena hanya mendengus kasar lalu berjalan menyusul kakak dan bundanya. "Maaf mengganggu istirahat kalian," ucap Dirga begitu pintu di buka dari dalam. "Ada apa?" tanya Gibran penasaran. "Kamu itu ngerti sopan santun tidak? Malam-malam. bertamu ke rumah orang," sahut Ra

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   109, Lampu hijau dari Bunda.

    "Justru itu, aku sangat berdosa kepadanya tapi dia tidak pernah membenciku. Bisa kamu bayangkan sebesar apa rasa sesal itu?" teriak Serena sambil menangis. Dirga memeluk erat tubuh Serena yang meluruh dan bersimpuh di lantai. Sambil terisak wanita ayu itu memukul-mukul dadanya yang terasa sesak. Jika Seandainya Kaisar sedikit saja membenci dan menyalahkannya mungkin rasa bersalah di hati Serena tidak akan sebesar dan sedalam ini."Aku yang salah. Jadi biarkan aku yang menanggungnya. Tolong maafkan dirimu sendiri," bisik Dirga dengan mengeratkan pelukannya. "Aku hiks hiks,,membuatnya menderita, aku penyebab kematiannya hiks hiks... Dosaku sangat besar kepadanya," Sesal Serena dengan terisak. "Shuuut,,,, Jangan berkata seperti itu! Kamu tahu dia tidak pernah berpikir seperti itu." Dirga mengeratkan pelukannya dengan satu tangan mengelus punggung rapuh sang istri. "Kaisar tidak bermaksud untuk menagih janjinya. dia memintaku menjelaskannya padamu," Serena menghentikan tangisnya lagi

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab, 110 Janji Dirgantara Putra.

    Sebuah tangan kecil memencet pipi Dirga bergantian kiri dan kanan mengusik rasa nyaman yang sejak semalam Dirga rasakan. "Hi Hi Hi..." Terdengar suara cekikikan yang menginstruksikan Dirga untuk membuka matanya. "Zena,,,," keluh Dirga dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Mulai nakal ya kamu," Dirga menarik putrinya masuk ke dalam pelukannya dan menciumi Zena sampai gadis kecil itu tertawa keras karena kegelian. "Ha ha ha ha.. geli Pa ha ha ha." Suara tawa Zena terdengar hingga keluar kamar. "Geli ya? Zena geli?" tanya Dirga dengan tertawa sambil terus menciumi gadis kecil itu. Di dapur Rahma dan Zena sampai terkejut mendengar teriakan dan tawa keras Zena. "Sepertinya Zena sangat bahagia," gumam Rahma lalu melirik Serena yang sedang sibuk menggoreng perkedel kentang.Nampak Serena menghela nafas panjang lalu menunduk seperti sedang melamun. "Awas gosong itu perkedel kentang! Itukan kesukaan papanya Zena," sambung Rahma menegur putrinya yang melamun."Ah iya,," Serena buru

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 111 Bertemu sang mertua.

    Kemarin malam Dirga kembali tidak membawa pakaian ganti. Suami Serena itu tidak sempat pulang ke rumahnya. Kemarin pekerjaanya sangat banyak dan tidak bisa ditunda lagi karena perusahaannya sedang mempersiapkan produk baru. Sekitar pukul 7 malam dia baru bisa meninggalkan kantor. Dirga lebih memilih membeli baju di sebuah butik saat perjalanan pulang, dari pada harus mampir ke rumahnya yang akan menghabiskan waktu yang lebih lama lagi. Sedangkan Serena sudah mengabarkan jika putri mereke sudah merajuk dan menolak makan malam sebelum Dirga pulang. Benar saja ketika Dirga sampai Zena sudah menunggunya di teras rumah dengan ditemani Serena. Pagi ini Dirga sudah berpesan jika dirinya akan pulang telat jadi Zena tidak boleh merajuk lagi. "Nanti kalau Papa pulang Zena harus sudah makan malam ya!" pesan Dirga ketika mereka di depan teras sebelum berangkat sekolah. "Iya Pa. Nanti Zena makan bareng Oma dan Mama." jawab Gadis kecil itu menurut. "Anak pintar," puji Serena sambil mengelus ram

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 112 Kembali Dirga bersikap tegas.

    Dirga bergegas pulang ketika mendapat telfon dari ibunya yang memberitahu jika mereka berkunjung ke rumahnya bersamaan dengan kedatangan Serena. Dirga sudah berusaha menghubungi Serena namun ponsel istrinya itu tidak aktif. Ketika Dirga sampai di rumahnya sudah ada ibunya yang menunggunya dengan gelisah. "Dirga,,," pekik Mirna yang sejak tadi menunggu kedatangan putranya itu, "Kenapa kamu lama sekali?" sambungnya dengan wajah khawatir. "Mana Serena Bu?" tanya Dirga dengan nafas ngos-ngosan. "Dia sudah pulang. Tadi ibu bilang, 'susul Serena!' tapi kamu keburu menutup telfonmu," jawab Mirna sekaligus menjelaskan. "Maaf ibu tidak bisa mencegahnya, sepertinya Serena marah karena ayah kamu memberitahunya jika kamu akan menikah dengan Laras." tambahnya yang membuat Dirga mengusap wajahnya kasar. "Kapan aku menyetujui rencana itu?" sungut Dirga tidak terima. "Kali ini Ayah benar-benar keterlaluan," sambungnya lalu masuk ke dalam rumah. "Sabar Ga, jangan kamu emosi sama Ayah," tutur Mirn

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 113 Menyelesaikan salah faham.

    Sepanjang perjalanan Zena hanya terdiam sambil memeluk lengan Serena. Gadis kecil itu hanya menggeleng dan mengangguk jika di tanya oleh mamanya. Tidak sepatah katapun keluar dari mulut mungilnya yang biasanya sangat cerewet bertanya ini itu dan itu ketika sedang di perjalanan. Setibanya di rumah Zena langsung berlari menuju kamarnya. Gadis kecil itu bahkan tidak menyahut sapaan dari omanya yang menyambutnya di teras rumah. Sikap dingin dan wajah kesal Zena sontak membuat Mirna mengerutkan keningnya. "Ada apa dengan cucu Bunda?" tanya Rahma bingung. Serena menghela nafas lelah sebagai jawaban. Rahma mengangguk faham, putrinya itu butuh waktu untuk istirahat sebelum menjawab pertanyaannya. "Ya sudah masuk dulu. Bunda buatkan teh hangat buat kamu," ajaknya merangkul pundak putrinya dan membawanya masuk. Rahma meminta putrinya untuk mencuci mukanya lalu istirahat di ruang keluarga sembari menunggunya membuat teh hangat. Sambil menunggu air mendidih sesekali Rahma mengetuk pintu kama

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 114. Keteguhan hati Dirga.

    "Ceraikan aku dulu jika kamu ingin menikah dengannya," teriak Serena meluapkan kekesalan yang sejak tadi ditahannya sampai membuatnya tak berselera makan. Nafasnya memburu dengan tatapan menghunus tajam pada pria yang berdiri di depannya. Mata Dirga melebar, tubuhnya tersentak kaget. Tidak pernah sebelumnya ia melihat istrinya semarah ini. Dirga mengehela nafas panjang, dengan tatapan memelas ia berkata, "Aku tidak pernah ingin menikahainya," "Terserah aku tidak peduli. Aku sudah sangat lelah, jadi akhiri semuanya. Cepat ceraikan aku," kekeh Serena dengan tatapan tajam. "Tidak, aku tidak akan menceraikan kamu." "Aku sudah lelah menghadapi sikap keluargamu yang membenciku." "Aku yang akan menghadapi mereka. Mulai sekarang aku tidak akan membiarkan mereka menyakiti perasaanmu dan Zena," ujar Dirga bersungguh-sungguh. Serena memutar matanya jengah "Berhenti memberi harapan palsu karena aku sudah tidak percaya lagi sama kamu." Serena menolak dengan tegas. Tidak berputus asa Dirga

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 115 Kesabaran Dirga yang berbuah manis.

    Setelah menunaikan sholat subuh Dirga kembali naik keatas ranjang, dipeluknya tubuh mungil yang masih bergelung dengan mimpi indahnya. Rasa hangat dan nyaman tanpa sadar membuatnya kembali terlelap. Sampai sebuah tepukan terasa di pundaknya, membawanya kembali ke alam sadar. "Ini sudah jam 6 pagi, Zena harus sekolah." Suara lembut dan wajah ayu menyambutnya begitu membuka mata. "Hey, bangun sudah pagi," Ujar Serena dengan wajah kesal yang anehnya membuat Dirga tersenyum gemas. "Apa sih? Malah senyum-senyum gak jelas," gerutu Serena dengan tatapan kesal pada pria di depannya. Setelah mengusap wajahnya Dirga beranjak bangun. "Biar aku saja yang membangunkan Zena," ucapnya dengan suara serak. "Tidak perlu. Kamu mandi saja! Zena pasti akan rewel. Nanti kamu telat," tolak Serena masih dengan posisi berdiri di samping ranjang. "Tidak apa-apa, aku akan membujuknya. Aku papanya." Dirga memandang Serena dengan ekspresi memohon. Serena menghela nafas, "Baiklah. Jika tidak bisa panggil sa

Bab terbaru

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 125 Tamat.

    "Sah" pekik sang penghulu yang langsung di sambut riuh para saksi. "Sah," Suara para saksi terdengar kompak disusul. lantunan do'a dari sang penghulu dan segera diaminkan oleh seluruh yang hadir di ruangan itu. "Alhamdulillah,," Suara lirih Rahma penuh syukur. "Iya Alhamdulillah ya Bun. Akhirnya Mas, Gibran menikah juga," sahut Serena sambil mengelus punggung wanita paruh baya itu. Rahma hanya menghela nafas dengan pandangan yang sendu kearah sepasang pengantin yang nampak bahagia dengan senyum sumringah di wajah keduanya. "Bunda, senyum dong. Pengantinnya mau minta do'a restu," ujar Serena saat Gibran dan Nurida mendekati sang Bunda untuk sungkem. Hari ini adalah pernikahan Gibran dan Nurida. Setelah satu tahun meminta berjuang akhirnya hari ini mereka bisa melangsungkan akad nikah dengan restu dari Rahma. Ya, awalnya Rahma menolak memberi restu Gibran menikahi sahabat Serena itu. Rahma menginginkan menantu yang statusnya sama dengan Gibran. Bukan seorang janda dengan satu ana

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 124 Sebenarnya Siapa Serena itu.

    "Ru rujuk? maksudnya?" tanya Serena menoleh pada Dirga. "Beberapa bulan yang lalu Anita mengajukan gugatan cerai pada Andika." Dirga menjawab pertanyaan Serena lalu mengalihkan pandangannya pada Hendrawan. "Bukannya perceraian mereka sudah di putuskan pengadilan?" "Iya tapi belum mengikrarkan talak. Selama perpisahan mereka Andika belum pernah mengucap talak." penjelasan Hendrawan mendapat anggukan mengerti dari Dirga. Serena hanya diam tanpa berniat berkomentar. Ia masih tidak percaya mendengar berita perceraian adik iparnya itu. Apalagi selama ini Hendra dan Mirna selalu membanggakan rumah tangga putri bungsunya itu sangat harmonis. "Rena, kenapa tamunya tidak di ajak masuk?" Rahma ikut keluar menyambut besannya itu. Dengan senyum ramah ibu Serena mengulurkan tangannya menyalami kedua orang tua menantunya itu. "Ayo silahkan masuk!" ajak Rahma menggiring besannya itu untuk masuk ke sisi lain ruang tamu yang memang di peruntukkan untuk menjamu tamu yang datang. "Maaf duduknya di

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 123 Acara tasyakuran rumah baru.

    Sudah dari kemarin Dirga dan Serena menempati rumah baru mereka. Tak ketinggalan Rahma dan Gibran juga keluarga kecil Indira ikut menginap sejak semalam. sudan dari selesai sholat shubuh Rahma sibuk mengatur persiapan acara ulang tahun sekaligus tasyakuran rumah baru putri bungsunya. Di bantu dua orang asisten rumah tangga ia sibuk di dapur. Rencananya pada jam 9 pagi akan diadakan pengajian bersama dengan mengundang para tetangga juga saudara dan teman-teman Dirga. Untuk ulang tahun Zena akan diadakan setelah dhuhur. Bukan hanya Rahma, Indira pun begitu. Kakak kedua Serena itu juga sibuk mengatur tempat dan bingkisan untuk para undangan. "Inah, kamu taruh semua bingkisan itu di depan. Di bawah tenda ya!" perintahnya pada seorang asisten rumah tangga yang baru di pekerjakan oleh Dirga sejak dua hari yang lalu. "Periksa juga bingkisan untuk undangan ulang tahun Zena! Jumlahnya kurang atau tidak?" sambungnya lalu berjalan menuju dapur. "Rena, cateringnya datang jam berapa? Acaranya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 122 Rahma yang sudah tidak menahan diri lagi.

    "Siapa yang akan mengacaukan? Dirga bisa sesukses ini juga karena kita. Enak sekali keluarga Serena, tidak merasakan susahnya sekarang ikut menikmati hasil kesuksesan Dirga," gerutu Hendrawan. "Minta alamatnya. Minggu depan kita berangkat ke sana," "Apa Ayah Tidak malu bicara seperti itu?" Mirna menatap tajam suaminya. "Sudah lupa apa yang Ayah lakukan pada Dirga?" Pertanyaan Mirna sontak menyulut emosi di dada Hendrawan. Dengan rahang yang mengeras pria paruh baya itu membalas tatapan Mirna tak kalah tajam. Namun kali ini Mirna tidak takut apalagi segan. Ia sudah sangat jengah dengan dengan sikap dan perangai suaminya itu. "Aku pikir beberapa bulan ini kamu sudah berubah, tapi nyatanya aku salah. Kamu tetap egois dan tidak mau mengakui salah." "Apa maksudmu?" sentak Hendrawan emosi. "Apa perlu aku mengulangi perkataan Dirga dua tahun lalu? Apa perlu aku mengulik kesalahan suamiku yang tidak pernah mau kamu akui?" Mirna menarik nafas panjang untuk sedikit mengurangi rasa kesalnya

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 121 Kejutan untuk Zena.

    Sekitar pukul setengah tujuh malam, mobil dirga memasuki pelataran rumah besar mertuanya. Serena membuka pintu rumah bersamaan dengan Dirga yang keluar dari mobilnya dengan membawa banyak bawaan di kedua tangannya. "Biar kubantu Mas," ujar Serena segera mendekat dan mengambil satu kotak besar dari tangan kanan Dirga. "Hati-hati itu kue ulang tahun untuk Zena," sahut Dirga sedikit khawatir. "Iya," jawab Serena tersenyum lalu berjalan masuk lebih dulu. "Dimana Zena?" tanya Dirga berjalan dibelakang Serena. "Zena lagi di kamar Bunda bersama Rendy dan Raka." Serena segera meletakkan kuenya di sisi meja makan. "Malam Ga," sapa Indira yang berjalan keluar dari dapur dengan segelas air putih di tangannya. "Malam juga Mbak. Mana Mas Abimana?" sahut Dirga bertanya bersikap ramah."Tu," indira menunjuk ke arah ruang tengah. Dua orang pria duduk sambil berbincang. "Halo Ga," Abimana mengangkat tangannya menyapa yang di jawab anggukan oleh Dirga. Merasa sungkan Dirga hendak berjalan untuk

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 120 Bahagia setelah badai.

    Setelah sholat shubuh Dirga mendatangi ibu mertuanya untuk memberia tahu jika nanti malam dia akan membuat kejutan ulang tahun untuk putrinya. Dirga meminta Rahma untuk memberi tahu Indira dan Gibran untuk ikut datang. Sebenarnya Dirga ingin mengadakan pesta ulang tahun putrinya itu di rumah baru mereka namun dikarenakan rumah baru mereka belum siap untuk ditempati akhirnya Serena menyarankan untuk memberikan kejutan kecil dan nanti setelah rumah mereka sudah siap akan membuat pesta ulang tahun Zena bersamaan dengan tasyakuran rumah baru mereka. Setelah semua anaknya dan menantunya berangkat Rahma segera menelpon putri ke duanya untuk memintanya datang malam ini seperti permintaan menantu sulungnya. "Tentu saja kami akan datang Bun. Tanpa Bunda telfon aku dan anak-anak sudah berniat ke rumah Bunda sepulang sekolah nanti dan Mas Aby akan menyusul sepulang kerja. Kami tidak akan lupa dengan ulang tahun princess Zena," jawab Indira saat Rahma memintanya datang. Mendengar jawaban putr

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 119 Papa hanya punya Zena.

    "Kamu percaya sama aku kan? Aku bersumpah aku hanya menganggapnya teman. Kami bertemu hanya untuk berbincang dan bertukar pikiran saja." Kembali ia berusaha menyakinkan istrinya itu. Ia tahu jika kediaman Serena karena masih ada kerguan di hati istrinya itu. "Kenapa dulu kamu tidak ingin berbincang dan bertukar pikiran denganku?" tanya Serena yang membuat Dirga terdiam lalu perlahan menegakkan kembali punggungnya. "Apa karena aku tidak enak diajak bicara?" "Karena aku bodoh. Aku tidak tahu caranya berbicara denganmu sehingga kita selalu berakhir dengan bertengkar," jawab Dirga dengan ekspresi khawatir.Dirga sangat menyesal mengapa harus membahas Meysa. Mungkin seharusnya ia tidak membahas sahabat lamanya itu. Ia benar-benar tidak ingin hubungannya dengan Serena kembali merenggang hanya karena seseorang yang sama sekali tidak penting bagi Dirga. "Hemm," Serena menganggukkan kepalanya lalu tersenyum. "Pergilah mandi! Lalu keluar untuk makan malam." Kembali Dirga menghela nafas, mes

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 118 Mengulik mada lalu.

    Beberapa hari ini Dirga harus pulang terlambat karena harus menyelesaikan persiapan launching produk baru perusahaanya. Jika seminggu kemarin ia sampai rumah pada pukul 10 malam, namun hari ini ia bisa pulang lebih awal. Sekitar pukul delapan malam Dirga sudah sampai di rumah. Serena segera menyambut Dirga begitu mendengar suara mobil suaminya itu memasuki pelataran rumah. Saat Dirga hendak masuk kamar nampak putrinya sedang belajar di ruang tengah. Zena terlihat sangat serius dengan buku-buku di depannya. Gadis kecil itu duduk di atas karpet dengan meja kecil yang menjadi tumpuannya. Zena sama sekali tidak menyadari kepulangan ayahnya. "Mandi dan ganti baju dulu, setelah itu baru menyapanya," ujar Serena setelah menepuk pundak Dirga yang berdiri di depan pintu kamar sembari memandang putri mereka yang sedang serius belajar. "Besok dia ada lomba matematika. Dia agak minder karena ini di Jakarta makanya ia sangat serius belajar," tambahnya bercerita. Dirga menoleh sambil mengerutkan

  • Saat Istri Mantan Menghubungiku   Bab 117 Dari hati ke hati.

    Serena menggeliat ketika tidurnya merasa terganggu sesuatu yang keras menempel erat di perutnya yang ramping. Satu tangannya meraba pada benda yang terasa keras dan berotot. Seketika matanya terbuka lebar saat ia sadar benda yang melingkar di perutnya adalah sebuah tangan kekar entah milik siapa? Serena mengangkat kepalanya dan menoleh ke belakang. "Astaga.," pekiknya tertahan. Dirga memeluknya dari belakang. "Bikin kaget saja, kamu kenapa tidur di sini?" Serena memukul lengan kekar yang memeluknya itu. Masih dalam keadaan setengah sadar Dirga membuka matanya, "Apa Rena? aku ngantuk besok aja bicaranya," keluh Dirga dengan suara serak dan mata menyipit. "Kamu itu ngapain tidur disini?" tanya Serena. Meski sudah beberapa hari ini Dirga tinggal serumah dengannya tapi Serena belum mengizinkan Dirga untuk tidur satu ranjang dengan dirinya. Jika Dirga tidur dengan Zena maka Serena akan memilih tidur di kamar Bundanya. Serena beranjak bangun dari tidurnya. Dengan posisi duduk ia menatap

DMCA.com Protection Status