Share

DYLAN TANPA PENGAMAN

Keesokan paginya, Dylan terbangun dengan beberapa bagian tubuh yang terasa pegal. Namun anehnya, kepala serta otaknya terasa lebih fresh. Ia merasa sangat bersemangat seperti baru saja dapat injeksi vitamin B kompleks dan C.

Shit! Jam berapa ini? Rutuk Dylan dalam hati.

Padahal pagi ini, Dylan harus melakukan plating jam 9 tepat. Selama ini dirinya adalah executive chef yang bertanggung jawab dengan tugas.

Tampak pada jam dinding jarum panjang menunjuk angka delapan, sedangkan jarum pendek ke lurus ke arah angka enam.

Dylan buru-buru turun dari ranjang dan seketika hatinya dibuat syok saat melihat tubuhnya tertutup selimut dalam keadaan polos.

Pria berbadan kekar ini langsung duduk kembali dengan pikiran kacau. Otaknya langsung berputar keras lalu teringat tentang kejadian panas semalam bersama Adista.

"Jangan, Tuan! To-toloong!" Suara Adista menghilang bersamaan dengan derai air mata.

Jerit tangis Adista membuat imajinasi nakal Dylan semakin terpatik. Ekspresi ketakutan dan kesakitan Adista menjadi gerakan Dylan semakin liar.

"Cukup diam dan menikmatinya. Bantu aku buat melepaskan siksaan ini." Suara Dylan berat dan sedikit kasar. Pria ini sudah tidak kuat menahan desakan hormonnya.

Tubuh Adista meronta di bawah kungkungan Dylan. Pria ini telah lupa daratan. Kini yang ada dalam benaknya adalah segera terbebas dari rasa sakit di dalam tubuhnya. Panas dan bergejolak, terutama di area bawah.

"Bantu aku. Kita nikmati bersama, Sayang." Sekali hentakan dan tentu saja dengan cara kasar, Dylan berhasil membobol pertahanan si wanita.

"Kamu harus bisa ikut menikmati." Adista hanya mampu menahan kesakitannya sendiri. Ia menggigit bibir bawah karena merasakan nyeri pada bagian bawah dan gerakan Dylan semakin tak terkendali.

"Tuan, tolong, sakiiit,"rintik Adista yang kemudian hanya mampu menangis terisak-isak. Ia sadar telah tidak berharga lagi setelah ini. Sakit dan putus asa menyesakkan dadanya.

Dylan kecup dahi didepannya. Pria ini tersenyum saat melihat wajah sayu di bawahnya.

"Jadilah istriku! I love you, Adista."

Dylan segera tersadar dari lamunannya.

Astaga! Aku telah merusak gadis lugu dan baik hati itu. Benar-benar otak bebal! Umpat Dylan dalam hati. Ia mengusap kasar wajahnya.

Dylan tidak habis pikir, kenapa bisa melakukan hal tak berakhlak terhadap perawat pribadi mamanya. Dylan kebingungan sendiri dan mencari sosok Adista. Namun, ia tidak menemukan gadis itu di sudut rumah manapun.

Matanya kemudian melihat secarik memo di atas nakas dan mulai membacanya.

Kepada Tuan Dylan

Lupakan semuanya, Tuan. Anggap saja, tidak pernah terjadi apa pun di antara kita. Yang semalam itu anggap balas budi saya atas kebaikan Tuan kepada saya dan keluarga. Saya mohon diri. Tolong sampaikan kata maaf dan rasa terima kasih dari saya kepada Tuan Albert dan Nyonya. Terima kasih.

Salam,

Adista Prativi

Memo yang singkat, tetapi membuat hati Dylan seperti robek memanjang. Penyesalannya mendalam membuat dada pria tampan ini merasa sesak.

Oh My God! Rutuk Dylan dalam hati.

Ia tidak tahu lagi, bagaimana cara mengatasi masalahnya. Dirinya masih terbayang-bayang petualangan liar mereka semalam. Mereka sama-sama masih pertama kali melakukannya.

Bagaimana bisa wanita lugu tersebut nekat menyuruhnya untuk melupakan?

Dylan sadar dirinya tidak memakai pengaman apa pun semalam. Pria ini telah di luar kendali kewarasan. Ia telah dikalahkan hasrat liar. Itu membuat kehancuran seorang gadis yang sedang berkutat jadi tulang punggung keluarga.

Bagaimana jika Adista hamil?

Dylan mencoba menghubungi Adista. Namun, nomor kontak tersebut tidak aktif. Pria ini berpikir keras untuk mencari keberadaan Adista. Ia kemudian teringat dengan Umaya, teman dekat Adista. Dari wanita itu pula, dirinya mendapatkan perawat untuk maminya itu.

Executif chef ini membuka daftar telepon. Namun, meskipun ia telah menscroll dari atas sampai bawah lalu mengulanginya, nama Umaya tidak ada. Dylan baru menyadari bahwa mereka tidak pernah berkomunikasi lewat telepon. Umaya mengantar Adista dengan membawa curriculum vitae di lobby hotel.

Hari itu pula, ia menerima Adista sebagai perawat maminya. Keesokan harinya Adista telah mulai bekerja. Sejak itu pula, hati Dylan telah tertambat pada perawat lugu, tetapi cantik tersebut. Rasa itu ia pendam, menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan. Namun sayang, sudah keduluan perilaku bajingan gara-gara obat dalam minuman.

Aku akan mencari Umaya ke tempat kerjanya, batin Dylan dan berharap ia akan mendapatkan kepastian keberadaan Adista. Setelah itu, tinggal membujuk Adista agar mereka bisa segera menikah.

Dylan gegas menuju kamar Nyonya Kusumasari dan telah siap dengan jawaban masuk akal. Jika maminya merasa curiga dengan kepulangan Adista yang mendadak. Apalagi gaji terakhir Adista tidak diambil. Saat pulang Adista tidak membawa bekal uang yang cukup karena gaji bulan kemarin sebagian besar dikirim ke kampung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status