Part 51b
"Baiklah, datang ke rumah ya. Kita bertemu di ruang kerjaku.""Baik, Pak."Setelah menunggu sekitar 35 menit, Heri datang ke kediaman Pak Biru. Dan seperti biasanya, mereka berbincang serius di ruang kerja Pak Biru."Bagaimana?" tanya Pak Biru penasaran."Mohon maaf sebelumnya, Pak. Silakan bapak lihat data-data di sini, ini semua fakta tentang Bu Nova."Pak Biru mengangguk, membuka file dari dari asistennya itu. Ia terdian cukup lama, menatap layar laptopnya dengan wajah serius. Sesekali, Heri menjelaskan. Bukan hanya tindak-tanduk Nova saat ini saja tapi juga tentang masa lalu istrinya mulai terkuak satu per satu."Jadi sebelum menikah sama Bapak, Bu Nova adalah istri simpanan Pak Arif, mereka akhirnya pisah karena ketahuan istri sahnya. Dan ini rekam jejak Bu Nova sebelum-sebelumnya, Pak."Pak Biru tampak shock mendengar penuturan Heri. Pasalnya Pak Ariflah yang merekomendasi Nova untuk menjadikannyPart 52"Sayang, apa maksudnya ini? Ce-ceraai?!""Ya, tandatangani saja, setelah itu kita akan bertemu di pengadilan.""Sayang, jangan bercanda, kalau mau ngasih kejutan buat aku jangan ngeprank gini deh!" ucap Nova dengan suara manjanya."Ini serius, aku tidak bercanda, Nova. Kita akan berpisah."Nova makin shock mendengar penuturan Pak Biru, terlihat wajah pria itu sangat serius, membuat raut wajah Nova berubah sedih. Matanya tampak berkaca-kaca."Kenapa tiba-tiba sekali? Aku salah apa? Kenapa tiba-tiba kamu seperti ini?""Aku tidak perlu menjelaskannya, kamu pasti sudah tahu," sahutnya masih dengan ekspresi dingin."Sayang, ini gak bener! Ini gak adil buat aku! Kamu menceraikanku tanpa kutahu salahku dimana?!""...""Sayang, kenapa jadi seperti ini? Kita bukan pasangan muda yang masih labil dan ambil keputusan secara gegabah, kita ini sudah berumur, bukankah kalau ada masalah bisa diselesaik
Part 52b"Aku mencintainya dengan tulus.""Tentu Bos, saya juga tahu itu. Dari ekspresi wajah Bos aja sudah ketebak, kalau Bos cinta banget sama Mbak Damay. Coba kasih buket bunga atau coklat pasti bikin Mbak Damay merasa berarti.""Pulang dari sini langsung mampir. Aku udah gak sabar ingin melihat senyumannya.""Siaaappp, laksanakan!"Mereka berdua berjalan keluar dari ruangan, menyusuri koridor kantor yang sepi ditinggal para penghuninya. Tak ingin membuang waktu, mereka segera tancap gas. Mobil yang dikemudikan Pak Tom berjalan kencang menyusuri jalan raya di malam hari yang masih ramai oleh beberapa kendaraan bermotor.Mobil sempat berhenti di toko kado, Pak Tom segera turun, membelikan buket bunga sekaligus coklat untuk Bos mudanya itu. Sampai di rumah ....Saga bisa bernapas lega, usai turun dari mobilnya. Melangkah tegas menuju pintu. Awalnya, dia memanggil Damay, tapi tak ada sahutan. Lelaki i
Part 53"Ayah?!" Saga balas memeluk erat ayahnya. Perasaan haru memenuhi seisi ruangan. Sudah sangat lama ia merindukan hal ini. Bahkan rasanya nyaris tak ada harapan lagi karena ada dinding pemisah yang sangat tinggi."Jagoan kecil Ayah sekarang sudah besar dan sekarang sudah punya tanggung jawab. Ayah bangga padamu, Nak."Mereka terlibat obrolan yang menyenangkan. Sesekali Pak Biru tak bisa menahan tawanya saat Saga bercerita pengalamannya yang seru."Ayah jangan pulang dulu ya, kita makan malam bersama. Biar saya siapkan dulu," ujar Damay."Iya, boleh, Nak. Ayah juga ingin makan malam bersama kalian lagi," sahut Pak Biru sambil tersenyum."Baik, Ayah." Damay langsung bergegas ke dapur meracik semua bahan yang sudah ada, ia menggoreng ayam yang sudah diungkep sebelumnya lalu menata sayur untuk lalapan, tak lupa membuat sambal juga capcay, tak ketinggalan tempe dan tahu goreng juga disajikan di meja makan."W
Part 53b"Ibu pikir kamu nikah sama si Guntur, hidup kita bakal enak! Eh malah makin parah begini! Dia cuma pura-pura jadi anak orang kaya, itu yang bikin ibu gak habis pikir, kenapa sih kamu yang cerdas malah kena tipu gini!""Sudahlah, Bu, jangan ngomongin ini terus tiap hari. Aku juga gak tahu kalau akhirnya jadi seperti ini. Ya udah aku coba mau susulin dia.""Tunggu, Mega! Kamu mau nyusulin dia kemana hmm? Ke kantor? Ibu yakin dia pasti sudah pulang dari kantor.""Ya kemana aja!!""Enggak, enggak, ini sudah malam! Apalagi kamu sedang hamil. Biarkan saja, dia pasti pulang! Ibu justru lebih khawatir sama kamu!"Raut wajah Mega seketika mendung. Ia mengelus perutnya yang mulai membuncit. "Sudah sana kamu istirahat saja.""Kalau kayak begini aku jadi pengen tukeran sama Mbak Damay. Aku juga pengen jadi istri orang kaya, Bu.""Halaaah, sudah jangan bicara omong kosong. Jalani saja hidupmu yang sekarang
Part 54 "Takkan kubiarkan seorangpun menyakiti Damayku!" Mereka berdua menoleh, Nova terperangah kaget melihat seseorang yang membela Damay. Seketika tangannya merasa kesakitan karena dicengkeram oleh laki-laki itu dengan kuat. "Lepaskan aku!" tukas Nova tajam seraya mengibaskan tangannya. Bekasnya terlihat memerah. "Tante belum kapok juga nyakitin istriku?! Apa perlu kubuat tangan dan kaki tante patah?" ancam Saga penuh penekanan. Tak lama, Manager dan beberapa pegawai minimarket datang melerai mereka. "Berhenti! Pak, Bu, tolong jangan buat keributan di sini. Anda mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Kalau ada masalah, silakan selesaikan baik-baik di luar!" seru sang manager dengan tegas. Nova merasa beruntung kali ini, dia mengembuskan napas kesal dan berlalu begitu saja meninggalkan minimarket. Melihat kondisi mulai kondusif kembali, mereka semua membubarkan
Part 54b Selina kembali menoleh lalu menggeleng pelan. "Sekarang realistis aja deh, Tante. Saga begitu mencintai Damay, begitu juga sebaliknya. Nggak mungkin aku bisa masuk di tengah-tengah mereka. Kekuatan cinta mereka itu begitu besar, Tante. Aku ini bicara fakta. Lebih baik aku cari kerjaan aja sama pria kaya lainnya yang masih single." Nova menghela nafas panjangnya. Dia berpikir sang keponakan udah nggak bisa diandalkan lagi. Ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri, membuatnya makin merasa kesal. *** Damay masih berkutat di dapur dengan penuh kegembiraan. Setelah bahan-bahan kue disiapkan dengan teliti, ia mulai meracik adonan dengan cermat. Suara mixer terdengar memenuhi dapur. Damay tersenyum puas melihat adonan kue yang sudah siap dibentuk. "Damay, apa yang sedang kau buat?" tanya Saga, yang tiba-tiba muncul di pintu dapur dengan senyum lebar. Raut wajahnya yang tampan membuat hati
Part 55 Damay sudah bersiap mengenakan gamis warna dusty pink dengan hijab yang dengan warna senada. Penampilannya yang sederhana tapi tetap terlihat anggun di mata sang suami. Damay melangkah dengan anggun ke samping mobil Saga yang telah siap menunggu di depan rumah mereka. Sinar lampu memancar lembut, menciptakan suasana hangat yang cocok dengan keindahan penampilan Damay. Saga tersenyum lembut sambil membuka pintu mobil untuknya. Tak henti-hentinya, ia menatap kagum pada sang istri."Sudah siap semuanya?" tanya Saga dengan penuh kehangatan saat Damay naik ke dalam mobil."Sudah, Mas. Kue-kuenya sudah aku letakkan di dalam box, semoga aman perjalanannya. Hanya saja, tolong jangan terlalu ngebut ya, Mas," pinta Damay dengan candaan ringan."Sudah kudengar, Tuan Putri," jawab Saga sambil tersenyum menggoda. Dia mengetahui betul kecemasan Damay terhadap kue-kue yang telah ia buat dengan sepenuh hatinya."Kemana kita mau pergi d
Part 55b"Paling-paling sebentar lagi mereka juga cerai. Ribut terus tiap hari mereka itu!""Iya, bener!" sahut yang lain.Damay dan Saga saling berpandangan sejenak. "Maaf Bu, kalau begitu kami permisi dulu ya!" pamit Damay karena sudah merasa tak enak hati.Saga dan Damay berjalan mendekat ke arah pintu rumah ibu dengan perasaan campur aduk. Damay merasa tidak nyaman dengan percakapan tetangga yang tadi. Meskipun dia mencoba tersenyum, kata-kata mereka mengundang rasa tidak enak."Mas Saga, apa yang mereka katakan..." Damay berhenti sejenak, mencoba mengatur pikirannya."Aku tahu, May. Tidak perlu terlalu dipikirkan. Mereka hanya suka mencari sensasi," jawab Saga dengan suara yang tenang."Tapi, itu tidak adil. Mereka tidak tahu apa yang sudah kita lewati," Damay merasa perlu membela diri."Sudahlah, biarkan mereka berbicara. Yang penting kita tahu kebenarannya. Kita tidak perlu membuktikan apa-apa p