Part 53b
"Ibu pikir kamu nikah sama si Guntur, hidup kita bakal enak! Eh malah makin parah begini! Dia cuma pura-pura jadi anak orang kaya, itu yang bikin ibu gak habis pikir, kenapa sih kamu yang cerdas malah kena tipu gini!""Sudahlah, Bu, jangan ngomongin ini terus tiap hari. Aku juga gak tahu kalau akhirnya jadi seperti ini. Ya udah aku coba mau susulin dia.""Tunggu, Mega! Kamu mau nyusulin dia kemana hmm? Ke kantor? Ibu yakin dia pasti sudah pulang dari kantor.""Ya kemana aja!!""Enggak, enggak, ini sudah malam! Apalagi kamu sedang hamil. Biarkan saja, dia pasti pulang! Ibu justru lebih khawatir sama kamu!"Raut wajah Mega seketika mendung. Ia mengelus perutnya yang mulai membuncit."Sudah sana kamu istirahat saja.""Kalau kayak begini aku jadi pengen tukeran sama Mbak Damay. Aku juga pengen jadi istri orang kaya, Bu.""Halaaah, sudah jangan bicara omong kosong. Jalani saja hidupmu yang sekarangPart 54 "Takkan kubiarkan seorangpun menyakiti Damayku!" Mereka berdua menoleh, Nova terperangah kaget melihat seseorang yang membela Damay. Seketika tangannya merasa kesakitan karena dicengkeram oleh laki-laki itu dengan kuat. "Lepaskan aku!" tukas Nova tajam seraya mengibaskan tangannya. Bekasnya terlihat memerah. "Tante belum kapok juga nyakitin istriku?! Apa perlu kubuat tangan dan kaki tante patah?" ancam Saga penuh penekanan. Tak lama, Manager dan beberapa pegawai minimarket datang melerai mereka. "Berhenti! Pak, Bu, tolong jangan buat keributan di sini. Anda mengganggu kenyamanan pengunjung lain. Kalau ada masalah, silakan selesaikan baik-baik di luar!" seru sang manager dengan tegas. Nova merasa beruntung kali ini, dia mengembuskan napas kesal dan berlalu begitu saja meninggalkan minimarket. Melihat kondisi mulai kondusif kembali, mereka semua membubarkan
Part 54b Selina kembali menoleh lalu menggeleng pelan. "Sekarang realistis aja deh, Tante. Saga begitu mencintai Damay, begitu juga sebaliknya. Nggak mungkin aku bisa masuk di tengah-tengah mereka. Kekuatan cinta mereka itu begitu besar, Tante. Aku ini bicara fakta. Lebih baik aku cari kerjaan aja sama pria kaya lainnya yang masih single." Nova menghela nafas panjangnya. Dia berpikir sang keponakan udah nggak bisa diandalkan lagi. Ia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri, membuatnya makin merasa kesal. *** Damay masih berkutat di dapur dengan penuh kegembiraan. Setelah bahan-bahan kue disiapkan dengan teliti, ia mulai meracik adonan dengan cermat. Suara mixer terdengar memenuhi dapur. Damay tersenyum puas melihat adonan kue yang sudah siap dibentuk. "Damay, apa yang sedang kau buat?" tanya Saga, yang tiba-tiba muncul di pintu dapur dengan senyum lebar. Raut wajahnya yang tampan membuat hati
Part 55 Damay sudah bersiap mengenakan gamis warna dusty pink dengan hijab yang dengan warna senada. Penampilannya yang sederhana tapi tetap terlihat anggun di mata sang suami. Damay melangkah dengan anggun ke samping mobil Saga yang telah siap menunggu di depan rumah mereka. Sinar lampu memancar lembut, menciptakan suasana hangat yang cocok dengan keindahan penampilan Damay. Saga tersenyum lembut sambil membuka pintu mobil untuknya. Tak henti-hentinya, ia menatap kagum pada sang istri."Sudah siap semuanya?" tanya Saga dengan penuh kehangatan saat Damay naik ke dalam mobil."Sudah, Mas. Kue-kuenya sudah aku letakkan di dalam box, semoga aman perjalanannya. Hanya saja, tolong jangan terlalu ngebut ya, Mas," pinta Damay dengan candaan ringan."Sudah kudengar, Tuan Putri," jawab Saga sambil tersenyum menggoda. Dia mengetahui betul kecemasan Damay terhadap kue-kue yang telah ia buat dengan sepenuh hatinya."Kemana kita mau pergi d
Part 55b"Paling-paling sebentar lagi mereka juga cerai. Ribut terus tiap hari mereka itu!""Iya, bener!" sahut yang lain.Damay dan Saga saling berpandangan sejenak. "Maaf Bu, kalau begitu kami permisi dulu ya!" pamit Damay karena sudah merasa tak enak hati.Saga dan Damay berjalan mendekat ke arah pintu rumah ibu dengan perasaan campur aduk. Damay merasa tidak nyaman dengan percakapan tetangga yang tadi. Meskipun dia mencoba tersenyum, kata-kata mereka mengundang rasa tidak enak."Mas Saga, apa yang mereka katakan..." Damay berhenti sejenak, mencoba mengatur pikirannya."Aku tahu, May. Tidak perlu terlalu dipikirkan. Mereka hanya suka mencari sensasi," jawab Saga dengan suara yang tenang."Tapi, itu tidak adil. Mereka tidak tahu apa yang sudah kita lewati," Damay merasa perlu membela diri."Sudahlah, biarkan mereka berbicara. Yang penting kita tahu kebenarannya. Kita tidak perlu membuktikan apa-apa p
Part 56"Geni, ini bukan bercandaan yang lucu. Tolong hentikan kelakuanmu yang tidak pantas!" ucap Saga dengan serius.Geni terkesiap, namun tetap mempertahankan senyum genitnya. "Maaf ya, Mas Saga. Tapi aku suka sama Mas Saga soalnya Mas Saga ganteng."Damay masih terlihat agak terkejut dengan ucapan Geni, namun ia segera mencoba mengalihkan suasana."Mas, kita pulang saja!"Saga mengangguk. Namun lagi-lagi Geni menahannya. "Mas Saga, tawaranku berlaku untuk selamanya lho! Kalau Mas Saga berubah pikiran langsung saja temui aku ya! Aku sudah sangat siap kok, apalagi jadi istrinya Mas Saga!"Tak ingin menanggapi lebih lanjut, Saga meminta istrinya untuk masuk ke dalam mobil."Sayang, ayo masuk ke mobil!" ujar Saga.Damay mengangguk dan langsung masuk ke mobil suaminya. "Mbak Damay dengar ini, aku pasti bakal bisa merebut suami kamu, Mbak!" ujarnya setengah berteriak tanpa malu-malu lagi. Saga
Part 56bSetelah beberapa jeda, Damay merasa perlu untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. "Mas, maafkan aku kalau tadi terlalu cemburu."Saga mengangguk, masih memeluk istrinya dengan penuh kasih. "Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti. Cemburu adalah bagian dari cinta."Damay menatap wajah Saga yang tenang, matanya mencari-cari kejujuran di sana. "Kamu serius tidak akan tertarik pada wanita lain?"Saga tersenyum, mencoba memberikan keyakinan pada istrinya. "Sungguh, hanya kamu yang ada di hatiku. Dan aku tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengganggu kebahagiaan kita."Perasaan lega mulai mengalir ke dalam hati Damay. Dalam kedekatan ini, dia merasa aman dan dicintai sepenuh hati oleh Saga. "Mas, boleh aku tahu apa yang membuat kamu yakin aku adalah satu-satunya?" tanya Damay, mencoba memahami lebih dalam pikiran suaminya.Saga menjawab dengan tulus, "Bagiku kamu adalah cinta dan duniaku, Damay. Kamu hadir di s
Part 57Saga langsung menarik tangan istrinya untuk segera masuk ke dalam rumah. "Mas, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Damay heran."Ssttt ...." Saga menempelkan jari telunjuknya ke bibir. Lalu segera menutup dan mengunci pintu. Damay mengerutkan keningnya tak mengerti."Biarkan saja, orang seperti itu gak usah ditanggapi. Biar dia pergi dengan sendirinya.""Kau yakin?"Saga mengangguk. "Kalau dia lelah menunggu, dia pasti akan pergi.""Apa tidak apa-apa kita bersikap seperti ini?""Tidak apa-apa, Sayang, kita kan sudah menyuruhnya untuk pulang baik-baik, tapi dia tidak mau. Lagi pula dia juga bertamu gak tahu waktu. Sudah, ayo kita lanjut sarapan saja. Aku akan hubungi Pak Tom untuk melakukan sesuatu."Akhirnya Damay mengangguk. Ia menuju ke meja makan untuk menikmati sarapannya yang tadi terbengkalai. Saga mengambil ponselnya menghubungi asistennya itu. "Hallo Pak To
Part 57bPak Tom tertawa terbahak-bahak mendengar suara histeris gadis itu. "Dasar gadis bodoh! Kecoanya memang asli, tapi tikusnya cuma mainan haha! Seru juga ngerjain gadis itu!"Setelah gadis itu pergi, Pak Tom melepas penyamarannya. Ia pun segera menghubungi Bosnya."Bos, sudah aman. Gadis itu sudah pergi!"Tak lama Saga keluar dari rumah. "Terima kasih atas bantuannya, Pak Tom."Pak Tom hanya mengacungkan jempolnya, ia masih tertawa kecil mengingat kejadian kocak tadi. "Semoga dia gak datang lagi.""Haha semoga saja dia kapok, Bos. Gimana, apa kita langsung berangkat ke kantor, Bos?"Saga mengangguk. "Mau sekalian berangkat, Mas?" tanya Damay yang menyusulnya."Iya, Sayang. Aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah ya!"Damay mengangguk antusias. Ia pun bisa bernapas lega, Geni sudah pergi dari rumahnya.***Di ruang rapat yang biasanya ramai dengan perdebata