Part 55
Damay sudah bersiap mengenakan gamis warna dusty pink dengan hijab yang dengan warna senada. Penampilannya yang sederhana tapi tetap terlihat anggun di mata sang suami.Damay melangkah dengan anggun ke samping mobil Saga yang telah siap menunggu di depan rumah mereka. Sinar lampu memancar lembut, menciptakan suasana hangat yang cocok dengan keindahan penampilan Damay. Saga tersenyum lembut sambil membuka pintu mobil untuknya. Tak henti-hentinya, ia menatap kagum pada sang istri."Sudah siap semuanya?" tanya Saga dengan penuh kehangatan saat Damay naik ke dalam mobil."Sudah, Mas. Kue-kuenya sudah aku letakkan di dalam box, semoga aman perjalanannya. Hanya saja, tolong jangan terlalu ngebut ya, Mas," pinta Damay dengan candaan ringan."Sudah kudengar, Tuan Putri," jawab Saga sambil tersenyum menggoda. Dia mengetahui betul kecemasan Damay terhadap kue-kue yang telah ia buat dengan sepenuh hatinya."Kemana kita mau pergi dPart 55b"Paling-paling sebentar lagi mereka juga cerai. Ribut terus tiap hari mereka itu!""Iya, bener!" sahut yang lain.Damay dan Saga saling berpandangan sejenak. "Maaf Bu, kalau begitu kami permisi dulu ya!" pamit Damay karena sudah merasa tak enak hati.Saga dan Damay berjalan mendekat ke arah pintu rumah ibu dengan perasaan campur aduk. Damay merasa tidak nyaman dengan percakapan tetangga yang tadi. Meskipun dia mencoba tersenyum, kata-kata mereka mengundang rasa tidak enak."Mas Saga, apa yang mereka katakan..." Damay berhenti sejenak, mencoba mengatur pikirannya."Aku tahu, May. Tidak perlu terlalu dipikirkan. Mereka hanya suka mencari sensasi," jawab Saga dengan suara yang tenang."Tapi, itu tidak adil. Mereka tidak tahu apa yang sudah kita lewati," Damay merasa perlu membela diri."Sudahlah, biarkan mereka berbicara. Yang penting kita tahu kebenarannya. Kita tidak perlu membuktikan apa-apa p
Part 56"Geni, ini bukan bercandaan yang lucu. Tolong hentikan kelakuanmu yang tidak pantas!" ucap Saga dengan serius.Geni terkesiap, namun tetap mempertahankan senyum genitnya. "Maaf ya, Mas Saga. Tapi aku suka sama Mas Saga soalnya Mas Saga ganteng."Damay masih terlihat agak terkejut dengan ucapan Geni, namun ia segera mencoba mengalihkan suasana."Mas, kita pulang saja!"Saga mengangguk. Namun lagi-lagi Geni menahannya. "Mas Saga, tawaranku berlaku untuk selamanya lho! Kalau Mas Saga berubah pikiran langsung saja temui aku ya! Aku sudah sangat siap kok, apalagi jadi istrinya Mas Saga!"Tak ingin menanggapi lebih lanjut, Saga meminta istrinya untuk masuk ke dalam mobil."Sayang, ayo masuk ke mobil!" ujar Saga.Damay mengangguk dan langsung masuk ke mobil suaminya. "Mbak Damay dengar ini, aku pasti bakal bisa merebut suami kamu, Mbak!" ujarnya setengah berteriak tanpa malu-malu lagi. Saga
Part 56bSetelah beberapa jeda, Damay merasa perlu untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. "Mas, maafkan aku kalau tadi terlalu cemburu."Saga mengangguk, masih memeluk istrinya dengan penuh kasih. "Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti. Cemburu adalah bagian dari cinta."Damay menatap wajah Saga yang tenang, matanya mencari-cari kejujuran di sana. "Kamu serius tidak akan tertarik pada wanita lain?"Saga tersenyum, mencoba memberikan keyakinan pada istrinya. "Sungguh, hanya kamu yang ada di hatiku. Dan aku tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengganggu kebahagiaan kita."Perasaan lega mulai mengalir ke dalam hati Damay. Dalam kedekatan ini, dia merasa aman dan dicintai sepenuh hati oleh Saga. "Mas, boleh aku tahu apa yang membuat kamu yakin aku adalah satu-satunya?" tanya Damay, mencoba memahami lebih dalam pikiran suaminya.Saga menjawab dengan tulus, "Bagiku kamu adalah cinta dan duniaku, Damay. Kamu hadir di s
Part 57Saga langsung menarik tangan istrinya untuk segera masuk ke dalam rumah. "Mas, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Damay heran."Ssttt ...." Saga menempelkan jari telunjuknya ke bibir. Lalu segera menutup dan mengunci pintu. Damay mengerutkan keningnya tak mengerti."Biarkan saja, orang seperti itu gak usah ditanggapi. Biar dia pergi dengan sendirinya.""Kau yakin?"Saga mengangguk. "Kalau dia lelah menunggu, dia pasti akan pergi.""Apa tidak apa-apa kita bersikap seperti ini?""Tidak apa-apa, Sayang, kita kan sudah menyuruhnya untuk pulang baik-baik, tapi dia tidak mau. Lagi pula dia juga bertamu gak tahu waktu. Sudah, ayo kita lanjut sarapan saja. Aku akan hubungi Pak Tom untuk melakukan sesuatu."Akhirnya Damay mengangguk. Ia menuju ke meja makan untuk menikmati sarapannya yang tadi terbengkalai. Saga mengambil ponselnya menghubungi asistennya itu. "Hallo Pak To
Part 57bPak Tom tertawa terbahak-bahak mendengar suara histeris gadis itu. "Dasar gadis bodoh! Kecoanya memang asli, tapi tikusnya cuma mainan haha! Seru juga ngerjain gadis itu!"Setelah gadis itu pergi, Pak Tom melepas penyamarannya. Ia pun segera menghubungi Bosnya."Bos, sudah aman. Gadis itu sudah pergi!"Tak lama Saga keluar dari rumah. "Terima kasih atas bantuannya, Pak Tom."Pak Tom hanya mengacungkan jempolnya, ia masih tertawa kecil mengingat kejadian kocak tadi. "Semoga dia gak datang lagi.""Haha semoga saja dia kapok, Bos. Gimana, apa kita langsung berangkat ke kantor, Bos?"Saga mengangguk. "Mau sekalian berangkat, Mas?" tanya Damay yang menyusulnya."Iya, Sayang. Aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah ya!"Damay mengangguk antusias. Ia pun bisa bernapas lega, Geni sudah pergi dari rumahnya.***Di ruang rapat yang biasanya ramai dengan perdebata
Part 58Saga menatap jauh ke luar jendela, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati. "Ada... beberapa hal yang tidak beres. Aku tidak menyangka ada orang-orang yang bisa melakukan hal seperti itu, merusak apa yang telah aku bangun dari nol."Damay terdiam saat Saga mengungkapkan ketidaknyamanannya. Wajahnya yang selalu tegar kini terlihat rapuh, seperti pecahan kaca yang siap hancur kapan saja. Dia ingin sekali menghapus rasa lelah dan kekecewaan dari mata lelaki itu, menggantikannya dengan senyuman hangat dan cinta yang tulus.Dia mengerti bahwa beban yang dipikul Saga tidak hanya sekadar pekerjaan biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang merusak tidak hanya fisik tetapi juga emosional."Mas, kamu tidak sendirian menghadapi ini semua," ucap Damay dengan lembut, tangannya menggenggam tangan Saga. "Aku di sini untukmu. Ceritakan padaku apa yang terjadi."Mereka duduk bersama di sofa yang nyaman. Saga menatap mata Damay yang pe
Part 58bDamay masih tertawa, akhirnya ia bisa membuat sang suami tersenyum lagi. Saga tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya. Kehidupannya setelah menikah benar-benar membuatnya berbeda, lebih berwarna.Saga berusaha melepaskan dasi yang masih melekat di kemejanya."Biar kubantu, Mas!" ujar Damay seraya mendekat kembali pada sang suami.Jantung keduanya berdebar dengan kencang saat saling berhadapan. Saga tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. Begitu pula dengan Damay yang tersipu saat tak sengaja tatapan matanya bersirobok.Dengan lembut dan hati-hati, Damay membuka dasi tersebut. "Terima kasih, Sayang," bisik Saga di telinganya usai Damay berhasil melepaskan dasi itu.Damay juga membantu melepaskan jas hitam yang dipakai oleh suaminya itu."Kamu mandi, aku mau buatin kopi untukmu ya, Mas.""Iya Sayang. Ingat jangan terlalu manis.""Kenapa kamu gak suka manis, Mas?""Karen
Part 59Beberapa hari berlalu ... Keadaan kantor masih tampak tegang, dengan rumor-rumor yang semakin liar dan spekulasi di setiap sudut. Sagara yang selalu terlihat tenang dan penuh pertimbangan, kali ini terlihat sedikit gelisah. Pertemuan-pertemuan darurat diadakan secara rutin dengan tim khususnya. Saga dengan bijaksana, memimpin dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak hanya membawa keadilan bagi perusahaan, tetapi juga memberikan pembelajaran yang berharga bagi semua karyawan. Dia menyampaikan pesan tentang pentingnya integritas dan moralitas dalam setiap aspek bisnis. Di sisi lain, orang-orang kepercayaannya bekerja sama dengan tim audit dan departemen keuangan untuk meninjau kembali prosedur dan kontrol internal. Dia mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pengawasan dan menegaskan kembali pentingnya kepatuhan terhadap standar etika yang tinggi. Proses audit mendalam dilakukan untuk memasti