Part 56
"Geni, ini bukan bercandaan yang lucu. Tolong hentikan kelakuanmu yang tidak pantas!" ucap Saga dengan serius.Geni terkesiap, namun tetap mempertahankan senyum genitnya. "Maaf ya, Mas Saga. Tapi aku suka sama Mas Saga soalnya Mas Saga ganteng."Damay masih terlihat agak terkejut dengan ucapan Geni, namun ia segera mencoba mengalihkan suasana."Mas, kita pulang saja!"Saga mengangguk. Namun lagi-lagi Geni menahannya. "Mas Saga, tawaranku berlaku untuk selamanya lho! Kalau Mas Saga berubah pikiran langsung saja temui aku ya! Aku sudah sangat siap kok, apalagi jadi istrinya Mas Saga!"Tak ingin menanggapi lebih lanjut, Saga meminta istrinya untuk masuk ke dalam mobil."Sayang, ayo masuk ke mobil!" ujar Saga.Damay mengangguk dan langsung masuk ke mobil suaminya."Mbak Damay dengar ini, aku pasti bakal bisa merebut suami kamu, Mbak!" ujarnya setengah berteriak tanpa malu-malu lagi.SagaPart 56bSetelah beberapa jeda, Damay merasa perlu untuk mengungkapkan apa yang ada di hatinya. "Mas, maafkan aku kalau tadi terlalu cemburu."Saga mengangguk, masih memeluk istrinya dengan penuh kasih. "Tidak apa-apa, Sayang. Aku mengerti. Cemburu adalah bagian dari cinta."Damay menatap wajah Saga yang tenang, matanya mencari-cari kejujuran di sana. "Kamu serius tidak akan tertarik pada wanita lain?"Saga tersenyum, mencoba memberikan keyakinan pada istrinya. "Sungguh, hanya kamu yang ada di hatiku. Dan aku tidak akan pernah mengizinkan siapa pun mengganggu kebahagiaan kita."Perasaan lega mulai mengalir ke dalam hati Damay. Dalam kedekatan ini, dia merasa aman dan dicintai sepenuh hati oleh Saga. "Mas, boleh aku tahu apa yang membuat kamu yakin aku adalah satu-satunya?" tanya Damay, mencoba memahami lebih dalam pikiran suaminya.Saga menjawab dengan tulus, "Bagiku kamu adalah cinta dan duniaku, Damay. Kamu hadir di s
Part 57Saga langsung menarik tangan istrinya untuk segera masuk ke dalam rumah. "Mas, apa yang ingin kamu lakukan?" tanya Damay heran."Ssttt ...." Saga menempelkan jari telunjuknya ke bibir. Lalu segera menutup dan mengunci pintu. Damay mengerutkan keningnya tak mengerti."Biarkan saja, orang seperti itu gak usah ditanggapi. Biar dia pergi dengan sendirinya.""Kau yakin?"Saga mengangguk. "Kalau dia lelah menunggu, dia pasti akan pergi.""Apa tidak apa-apa kita bersikap seperti ini?""Tidak apa-apa, Sayang, kita kan sudah menyuruhnya untuk pulang baik-baik, tapi dia tidak mau. Lagi pula dia juga bertamu gak tahu waktu. Sudah, ayo kita lanjut sarapan saja. Aku akan hubungi Pak Tom untuk melakukan sesuatu."Akhirnya Damay mengangguk. Ia menuju ke meja makan untuk menikmati sarapannya yang tadi terbengkalai. Saga mengambil ponselnya menghubungi asistennya itu. "Hallo Pak To
Part 57bPak Tom tertawa terbahak-bahak mendengar suara histeris gadis itu. "Dasar gadis bodoh! Kecoanya memang asli, tapi tikusnya cuma mainan haha! Seru juga ngerjain gadis itu!"Setelah gadis itu pergi, Pak Tom melepas penyamarannya. Ia pun segera menghubungi Bosnya."Bos, sudah aman. Gadis itu sudah pergi!"Tak lama Saga keluar dari rumah. "Terima kasih atas bantuannya, Pak Tom."Pak Tom hanya mengacungkan jempolnya, ia masih tertawa kecil mengingat kejadian kocak tadi. "Semoga dia gak datang lagi.""Haha semoga saja dia kapok, Bos. Gimana, apa kita langsung berangkat ke kantor, Bos?"Saga mengangguk. "Mau sekalian berangkat, Mas?" tanya Damay yang menyusulnya."Iya, Sayang. Aku berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah ya!"Damay mengangguk antusias. Ia pun bisa bernapas lega, Geni sudah pergi dari rumahnya.***Di ruang rapat yang biasanya ramai dengan perdebata
Part 58Saga menatap jauh ke luar jendela, mencoba merangkai kata-kata dengan hati-hati. "Ada... beberapa hal yang tidak beres. Aku tidak menyangka ada orang-orang yang bisa melakukan hal seperti itu, merusak apa yang telah aku bangun dari nol."Damay terdiam saat Saga mengungkapkan ketidaknyamanannya. Wajahnya yang selalu tegar kini terlihat rapuh, seperti pecahan kaca yang siap hancur kapan saja. Dia ingin sekali menghapus rasa lelah dan kekecewaan dari mata lelaki itu, menggantikannya dengan senyuman hangat dan cinta yang tulus.Dia mengerti bahwa beban yang dipikul Saga tidak hanya sekadar pekerjaan biasa. Ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang merusak tidak hanya fisik tetapi juga emosional."Mas, kamu tidak sendirian menghadapi ini semua," ucap Damay dengan lembut, tangannya menggenggam tangan Saga. "Aku di sini untukmu. Ceritakan padaku apa yang terjadi."Mereka duduk bersama di sofa yang nyaman. Saga menatap mata Damay yang pe
Part 58bDamay masih tertawa, akhirnya ia bisa membuat sang suami tersenyum lagi. Saga tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya. Kehidupannya setelah menikah benar-benar membuatnya berbeda, lebih berwarna.Saga berusaha melepaskan dasi yang masih melekat di kemejanya."Biar kubantu, Mas!" ujar Damay seraya mendekat kembali pada sang suami.Jantung keduanya berdebar dengan kencang saat saling berhadapan. Saga tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. Begitu pula dengan Damay yang tersipu saat tak sengaja tatapan matanya bersirobok.Dengan lembut dan hati-hati, Damay membuka dasi tersebut. "Terima kasih, Sayang," bisik Saga di telinganya usai Damay berhasil melepaskan dasi itu.Damay juga membantu melepaskan jas hitam yang dipakai oleh suaminya itu."Kamu mandi, aku mau buatin kopi untukmu ya, Mas.""Iya Sayang. Ingat jangan terlalu manis.""Kenapa kamu gak suka manis, Mas?""Karen
Part 59Beberapa hari berlalu ... Keadaan kantor masih tampak tegang, dengan rumor-rumor yang semakin liar dan spekulasi di setiap sudut. Sagara yang selalu terlihat tenang dan penuh pertimbangan, kali ini terlihat sedikit gelisah. Pertemuan-pertemuan darurat diadakan secara rutin dengan tim khususnya. Saga dengan bijaksana, memimpin dan memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak hanya membawa keadilan bagi perusahaan, tetapi juga memberikan pembelajaran yang berharga bagi semua karyawan. Dia menyampaikan pesan tentang pentingnya integritas dan moralitas dalam setiap aspek bisnis. Di sisi lain, orang-orang kepercayaannya bekerja sama dengan tim audit dan departemen keuangan untuk meninjau kembali prosedur dan kontrol internal. Dia mengambil langkah-langkah untuk memperkuat pengawasan dan menegaskan kembali pentingnya kepatuhan terhadap standar etika yang tinggi. Proses audit mendalam dilakukan untuk memasti
Part 59b"Apaa?? Ja-jadi, Mas Guntur menjadi salah satu yang terlibat dalam kasus ini?" tanya Mega dengan wajah pucat."Iya, sekarang dia dipecat dengan tidak hormat! Bahkan Bos akan melaporkan kasus ini ke polisi."Mendengar penuturan rekan kerjanya, Mega bertambah shock. Ia menutup mulutnya seolah tak percaya. Lagi-lagi, Mega menggeleng pelan. 'Ini tidak mungkin! Lalu bagaimana nanti nasibku dengan bayiku ini?' ucapnya dalam hati.Mega merasa dunianya runtuh saat mendengar komentar pedas dari rekan-rekannya di kantor. Dia merasa seperti semua tatapan terfokus padanya, sebagai istri dari Guntur yang terlibat dalam skandal tersebut.Mata Mega berkaca-kaca, mencoba menahan emosi yang meluap-luap di dalam hatinya. "Duh, kasihan kamu, suamimu dipecat terus bisa saja bakalan di penjara!" komentar pedas dari rekan kerjanya membuat Mega semakin terpuruk. Ia merasa seolah seluruh hidupnya hancur dalam sekejap."Tapi
Part 60"Aku gak apa-apa, Mas. Mungkin hanya masuk angin saja. Ini gara-gara kamu sih, yang bikin aku keramas tiap hari!" cebiknya manja.Saga tertawa. "Haha, habisnya kamu sangat manis jadi sayang kalau dilewatkan. Kamu juga suka kan?"Damay memanyunkan bibirnya salah tingkah. "Aku masuk dulu, Mas langsung berangkat saja."Damay berjalan menuju teras tapi Saga mengikuti langkah istrinya."Bener nih gak apa-apa kalau aku tinggal?" tanya Saga seraya menatap Damay dengan mata penuh cinta.Damay mengangguk sambil tersenyum lembut. "Iya, Mas. Aku akan baik-baik saja. Jangan lupa pulang tepat waktu ya. Aku menunggumu."Saga mengangguk dan memberikan ciuman singkat di kening Damay sebelum beranjak pergi.Senyum lembut terukir di wajahnya meskipun rasa mualnya masih mengganggu. Damay masuk ke dalam rumah. Namun baru beberapa langkah, ia merasakan mual yang tak tertahankan lagi.Hueek ...Saga bergegas masuk ke dalam rumah dengan panik, mendekati sang istri yang berlari menuju westafel, memu