Share

5. Jangan Jadi Benalu

Penulis: TrianaR
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 06:47:30

Part 5

Entah mimpi apa aku semalam, hingga menemui musibah seperti ini.

Beberapa jam yang lalu ...

Saat aku pulang kerja dari toko kue, aku berjalan melintasi jalan desa yang di kanan dan kirinya areal persawahan ada sebuah sungai yang cukup dalam.

Hujan rintik-rintik menemaniku di sepanjang jalan. Apalagi rumahku termasuk yang paling jauh, berada di ujung desa. Kali ini memang aku tak memakai motor karena motor itu sedang dipakai oleh Mega.

Jikalau sampai di rumah, pikiranku akan terkuras habis karena ucapan ibu, hingga aku memilih berhenti sejenak mengambil napas dan melihat sungai yang mengalir. Setidaknya menetralisir rasa yang ada.

Tiba-tiba saja, serasa ada yang mendorongku hingga aku terperosok dan terjatuh ke bibir sungai. Hujan yang belum reda sedari pagi membuat licin di semua tempat dan juga membuat debit sungai mulai naik. Aku hampir saja terseret arus bila tak berpegangan kuat di dahan kayu.

"Tolooooong ....!" teriakku sambil berusaha bangkit. Meski tak bisa.

"Tolooooong ....!"

Rasanya begitu takut. Tak ada satupun orang yang melintas saat ini. Bahkan aku tak bisa membayangkan bila terbawa arus. Aku masih terus berusaha untuk keluar dari sana, tapi ....

Terdengar deru suara motor mendekat. Aku berteriak lagi berharap ia menolongku. Hingga suara motor itupun berhenti. Benar saja dia melihatku. Secepat kilat lelaki itu turun ke bawah ke tempatku berada.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Aku menyambut uluran tangannya yang terasa basah dan juga dingin.

Ia berusaha menundaku berdiri tapi kakiku sudah lemas dan juga kram.

Aku meringis kesakitan. "Kakiku kram, sakiiit." ujarku lirih.

Mendadak dia berinisiatif untuk menggendongku.

"Pegangan saja, aku akan membawamu ke atas."

Aku mengangguk, susah payah dia menggendongku naik ke atas, hingga akhirnya kembali sampai di bibir jalan. Ia membaringkanku di gubuk kosong di seberang jalan, tempat biasa para petani berteduh.

Tak kusadari aku mendesis pelan, merasakan nyeri di kaki. Ia tampak shock melihat kondisi kakiku yang ternyata terluka.

"Kakimu terluka!" ujarnya.

Aku hendak bangkit tapi mendadak lelaki itu menahan tubuhku.

"Jangan bergerak dulu, biar aku perban." Ia mengambil slayer yang dikenakan di lehernya.

Dan saat itulah mendadak sekumpulan warga datang dan menuduh kami melakukan hal yang terlarang.

Tiba-tiba, usapan lembut di pundak membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh melihat lelaki itu tiba-tiba sudah duduk di sampingku sambil menatap penuh tanya.

"Mikirin apa?" tanyanya singkat tapi cukup mengagetkanku.

Aku menggeleng pelan. Aku tak mungkin mengatakan yang sejujurnya pada lelaki itu.

"Apa kakimu masih sakit?"

"Aku tidak apa-apa, luka ini masih bisa kutahan."

Ia membungkuk dan hendak meraih kakiku tapi segera kutepis gerakannya.

"Ja-jangan!"

Gerakannya terhenti.

"Ya sudah kalau begitu istirahatlah. Hari ini pasti menguras hati dan pikiranmu," ucapnya lembut.

Aku terdiam sejenak tak menjawab ucapannya. Bisa ya, lelaki yang terlihat memyeramkan tapi justru bersikap lembut? Bahkan tadi saat berbincang dengan Bapak pun dia masih terlihat sopan.

"Aku tidur di luar saja, kamu pasti gak nyaman ada aku di kamarmu. Aku minta maaf atas semua yang terjadi hari ini."

Mas Saga bangkit dan meraih handle pintu.

"Tu-nggu!"

Lelaki itu menoleh.

"Pasti akan ada keributan lagi di rumah ini kalau Mas tidur di luar."

Dia mengernyitkan keningnya. "Terus?"

Aku beranjak mengambil tikar di pojok kamar dan menggelarnya. Lalu menaruh bantal serta selimutnya.

"Tidurlah di bawah, tapi ingat jangan macam-macam!"

Lelaki itu menatapku datar kemudian langsung menuruti ucapanku, berbaring dan meringkuk ditutupi selimut.

Aku sedikit lega. Semoga dia bisa dipercaya dan takkan berbuat yang tidak-tidak padaku.

Sungguh, satu kamar dengan pria asing ini membuatku tak nyaman. Bahkan aku hanya berbaring tak bisa memejamkan mata meski malam sudah semakin larut.

Tak lama terdengar dengkuran halus. Lelaki itu mengorok?

Aku masih belum bisa tidur, entah kenapa hati dan pikiran tidak sinkron.

"Mas, terima kasih--"

"Terima kasih untuk apa?"

Aku terkejut lalu menengok ke bawah. "Bukankah tadi kamu sudah tidur, Mas?"

"Kamu mengajakku bicara jadi aku terbangun."

Aku terdiam sejenak.

"Kenapa belum tidur? Lalu kau berterima kasih untuk apa?"

Aku menghela napas pelan.

"Terima kasih yang pertama, kamu sudah menyelamatkanku dari sungai. Dan terima kasih yang kedua, kamu sudah menyelamatkan rasa maluku. Aku gak bisa membayangkan apa jadinya kalau dicambuk atau diarak keliling desa dalam keadaan tak berbusana," ucapku lirih.

"Ya, kalau itu terjadi bukankah nasib kita akan sama? Yang berlalu biarlah berlalu. Aku tak lagi mempermasalahkan hal itu. Istirahatlah, dan jangan sakit."

***

Brak brak ... terdengar suara riuh di dapur.

"Punya menantu udah berandalan ternyata pengangguran juga, tekor tekor!" Ibu mendumel dengan suara cukup kencang.

"Ibu, ibu ngomong apa to, Bu?" Terdengar suara bapak menyahut.

"Itu lho si Saga, kata orang-orang yang pernah lihat, dia cuma luntang-lantung di jalanan, gak ada kerjaan. Motoran, nongkrong gak jelas. Terus gimana caranya mau menghidupi Damay, kalau dia sendiri gak kerja?! Buat nghidupi diri sendiri aja gak becus! Percuma aja nikah kalau ternyata bakal sengsara!"

"Ibu jangan percaya gosip, Bu!"

"Gak percaya gimana, Pak, semua orang di desa kita itu tengah membicarakan keluarga kita! Terutama masalah Damay! Ibu malu, Pak! Malu!!"

Aku menoleh ke arah Mas Saga yang tengah memakai sepatunya. Lelaki yang dari awal memang irit bicara itu hanya diam.

Mendadak ibu keluar dengan wajah masamnya saat menatap kami berdua.

"May, kamu juga? Kenapa gak berangkat kerja?! Jangan manja kamu!! Suami kamu itu bukan milyarder yang apapun kamu minta akan dituruti. Sana kerja! Dan ibu minta uang belanja buat hari ini!"

"Tapi, Bu--"

"Biar saya nanti yang kerja, Bu. Kaki Damay masih sakit, kasihan bila dia suruh kerja."

Ibu melengos. "Mau kerja apaan kamu? Mau jadi tukang palak atau tukang parkir?"

Mas Saga bangkit tanpa menanggapi ucapan ibu.

"Baguslah, sana kerja, jangan jadi benalu!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suharti Lubis
bagus banget ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   6. Mulut Nyinyir

    Part 6"Baguslah, sana kerja, jangan jadi benalu!" ucap ibu sinis."Bu, jangan bicara seperti itu, Bu. Bagaimanapun juga Nak Saga sudah menjadi bagian dari keluarga kita," tukas Bapak menengahi"Heleh!" sahut ibu sinis kemudian berlalu kembali ke dalam. "Saya berangkat dulu, Pak!" pamit Mas Saga. "Kamu pasti kembali lagi 'kan? Kamu tidak berencana kabur untuk meninggalkan putri bapak?" tanya Bapak, entah kenapa Bapak bertanya seperti itu. Biarpun dia pergi, bukankah tidak masalah bagiku? Ah ya, aku paham sekarang, bapak dan yang lain tidak percaya padaku. Mungkin bapak khawatir kalau anaknya yang tidak berharga ini ditinggalkan begitu saja.Aku menghela napas dalam. Entah kenapa terasa berat sekali. Tanpa kusadari, lelaki itu memandangku sejenak dan menjawab, "saya akan kembali, Pak."Dia mendekatiku lalu memberi dompet berisi kartu identitasnya. "Pegang ini sebagai jaminan. Aku pasti akan kembali.""Lho?" Aku mengerutkan kening."Kamu tidak usah khawatir, ada atau tidak adanya dom

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   7. Hadiah Misterius

    Part 7 "Kami mencari Damay!" ujar salah satu dari mereka dengan tegas. "Damay? Ada apa dengan dia? Dia membuat kesalahan apa lagi?" tanya ibu makin panik. "Maaf Pak, bapak sekalian mencari saya?" tanyaku menghampiri mereka dan tetap berusaha tenang, meski jantung ini berdebar cukup kencang. "Dia siapa?" Mereka memandangku dan saling berbisik "Saya Damay, Pak," jawabku. Entah kenapa keduanya tetiba membungkuk seperti memberi hormat. Ibu menghampiriku. "Damay, kamu kenal sama orang-orang ini? Jangan-jangan kamu punya hutang ya? Atau suami berandalan kamu itu yang punya hutang?" bisik ibu. Aku menggeleng perlahan. "Aku tidak tahu, Bu." "Aduuuhhh, dapet musibah apalagi ini! Apes melulu! Pasti kamu itu anak kutukan! Udah nikah aja bawa sial! Suami gak jelas, ini apa lagi!" omel ibu. Aku menghela napas dalam. "Mohon maaf sebelumnya Bu, kalau kedatangan kami mengagetkan kalian. Kami datang kesini untuk mengantarkan hadiah," jawab seorang pria sementara pria di sebelahnya justru

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   8. Tidak pulang

    Part 8Malam hari ...."Buuu! Ibuuuu!! Aku pulaaang! Tolong buka pintunya!" teriak Mega. Ibu langsung tergopoh keluar membukakan pintu. Gadis itu tersenyum dan melenggang masuk membawa tas belanjaan. Ia langsung duduk di kursi. Lelaki bernama Guntur itu pun mengikuti duduk di sebelah Mega. "Jam segini kok baru pulang? Dari mana saja?" tanya ibu."Kan aku sudah bilang, Bu, kami habis jalan-jalan," sahut Mega dengan santuy.Seperti biasa, Ibu langsung menyuruhku untuk membuatkan teh manis. Rupanya Mega terkejut saat melihat ada beberapa paper bag dan makanan enak di ruang tamu. Ia mengambil salah satu cake dan langsung memakannya."Bu, ini punya siapa? Kok banyak banget hadiah, memangnya tadi habis ada acara?""Gak ada acara," sahut ibu."Lho terus ini?""Tadi ada dua orang yang datang dan ngasih hadiah buat kita," jawab ibu."Buat Damay, Bu," timpal bapak kemudian duduk di samping ibu.Mata Mega terbelalak mendengar ucapan bapak. "Hadiah untuk Mbak Damay? Dari siapa? Kok bisa?""Kat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   9. Sagara Banyubiru

    Part 9"Bos, apa yang terjadi?" tanya salah seorang anak buahnya, saat Saga baru tiba di sebuah lokasi. Gudang kosong yang disulap sebagai markas sekaligus tempat tinggal anak-anak jalanan."Motor Bos mana? Terus kenapa wajah Bos lebam-lebam begitu?" tanyanya lagi.Sagara melepaskan jaketnya, dan duduk di sofa yang sudah usang. Ia menghela napas dalam-dalam seraya menyandarkan tubuhnya sejenak."Suruh Pak Tom ke sini, saya mau bicara dengannya!" "Baik, Bos!""Telpon saja!""Siap, Bos!""Gimana keadaan mereka? Apa ada masalah?""Semuanya aman, Bos. Mereka hanya bertanya kenapa Bos tidak kelihatan."Saga mengangguk, lalu meneguk air mineral yang diberikan oleh anak buahnya itu.Setelah meregangkan otot sejenak, lelaki itu bangkit berdiri lalu berjalan ke belakang, melihat ruangan yang disekat-sekat seadanya menggunakan kalsiboard. Ruangan itu menampung anak-anak yang kurang beruntung, hidup di jalanan dan tak punya sanak saudara. Beberapa anak-anak yang sedang bebersih dan beres-bere

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   10. Bertemu Keluarga

    Part 10"Pulanglah, penting!"Tanpa menunggu jawaban Saga, panggilan itu terputus begitu saja. Lelaki muda itu menghela napas dalam. "Kebiasaan buruk, selalu saja begini! " gerutunya kesal. Sifat ayahnya yang keras dan tak bisa dibantah membuat pribadi Saga tak betah berada di rumah. Ia dibesarkan tanpa kasih sayang seorang ibu, membuat sikapnya pun kaku. Bahkan ia lebih banyak membangkang aturan yang dibuat oleh sang ayah. Saat sekolah, ia sering kali membolos, meskipun seperti itu otaknya begitu cemerlang, ia mendapatkan nilai yang bagus. Lalu hidup di jalanan pun pernah ia lakoni. Saat itu, hidupnya benar-benar berantakan, kehilangan penuntun hidup dan rumah ternyamannya. Ya, kehilangan sosok ibu benar-benar bisa menjadi kehancuran seorang anak. Meski ia tak pernah kekurangan dari segi materi, tapi hatinya begitu kosong dan hampa. Hingga kini ia memilih pergi menjauh dari keluarga, itu agar dia bebas dari aturan sang ayah yang saklek. Kerasnya hidup membuat Saga mandiri. Tap

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   11. Debat

    Part 10b"Sudah tidak apa-apa, dia pasti kecapekan," hibur wanita cantik bermulut manis itu.Saga membuka pintu kamarnya yang sudah lama ia tinggalkan. Menghempaskan tubuhnya di springbed mewah miliknya, kemudian bangkit lagi bagaikan orang yang gundah gulana."Kamarku memiliki cukup bingkai dengan foto-fotomu, ibu, tetapi hatiku masih tetap kosong tanpa pelukan darimu. Ibu, aku sangat merindukanmu," ucapnya lirih seraya menatap foto-foto almarhumah ibunya. Ia memperhatikan sekeliling, menatap ruas demi ruas kamar yang cukup besar itu. Tak ada yang berubah, semua masih tampak sama seperti dulu, luas dan nyaman. Ia berjalan ke arah jendela, membuka tirainya dan menatap pemandangan dari atas. Saga menghela napas dalam lalu bergegas membersihkan diri dan bertemu ayahnya, agar urusannya di sini cepat selesai dan kembali menemui gadis yang sudah terlanjur ia nikahi kemarin.***Berbagai makanan lezat terhidang di atas meja, bukan hanya lauk pauk saja ada cemilan juga buah-buahan di sana.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   12. Keputusan

    Part 11a"Siapa dia? Siapa wanita yang membuatmu menolak keputusanku?"Tak menanggapi pertanyaan sang ayah, Saga justru bangkit, melangkah keluar dari ruang kerja ayahnya dengan langkah tegap. Wajahnya memancarkan keputusan yang sudah bulat meski hatinya masih berdebar-debar. Rasanya percuma berdebat dengan sang Ayah karena dia takkan mengerti. Saga tidak akan menyerahkan hidupnya kepada keputusan sang Ayah. Lelaki itu menarik nafas dalam-dalam mencoba menenangkan diri."Mau pergi kemana kamu, Saga? Ayah belum selesai bicara!" tanya suara parau di belakangnya.Saga menoleh dan melihat ayahnya, Pak Biru Hartono, berdiri di ambang pintu. Wajahnya serius, namun terdapat kilatan kekecewaan di matanya."Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Ayah! Aku sudah membuat keputusan, aku menolak perjodohan itu, karena aku sudah punya istri. Dan cepat atau lambat aku akan mengenalkan istriku pada kalian," ucap Saga mantap."Ayah tidak mengerti kenapa kamu menikah tanpa sepengetahuan Ayah. Apakah k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14
  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   13. Bertemu

    Part 11b"Bu, berhentilah menyudutkanku seperti itu!" protes Damay."Kenapa? Kau mulai berani membantahku? Yang ibu katakan itu memang fakta.""Aku tidak membantahmu, ibu. Aku hanya capek. Aku capek. Semua kekesalan ibu limpahkan padaku. Aku tahu, aku penuh dengan dosa, tapi semua manusia di dunia ini juga tidak ada yang sempurna, Bu, pasti pernah melakukan kesalahan. Lalu, tentang nasib seseorang, tidak ada yang tahu, Bu, roda kehidupan itu berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah. Kita tidak tahu, ke depannya nanti akan seperti apa. Dan masalah Mas Saga tidak pulang, mungkin saja dia masih ada urusan di luar. Tapi aku yakin, dia akan kembali.""Heleh, sok bijak sekali kamu, Mbak! Beraninya cuma sama ibu!" celetuk Mega yang tiba-tiba ikut nimbrung.Dua wanita itu tampak mengintimidasi Damay dengan tatapannya yang tajam."Kalau garis takdirmu menjadi upik abu, jangan bermimpi menjadi ratu. Meskipun ganti suami hidupmu akan gitu-gitu aja, Mbak!" ucap Mega lagi sambil tersenyum m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-14

Bab terbaru

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   202. Terorganisir

    Saga mengangguk. "Hmmm .... Jadi yang semalam telepon itu nomornya dia.""Oalah, terus?"Saga melirik arloji yang melingkar di tangannya. "Katanya dia mau datang ke sini. Mungkin sore nanti. Dia ingin bertemu, tapi aku tidak tahu apakah itu ide yang bagus?"Damay terdiam sejenak melihat suaminya yang tengah bingung. "Ya udah yuk, kita sarapan dulu! Makanannya udah siap lho, Mas pasti suka!" ajak Damay mengalihkan perhatiannya.Sagara mengangguk. Mereka menikmati makan bersama sebelum akhirnya Pak Tom memberi tahu agar Saga segera datang ke kantor karena ada meeting darurat."Ya, aku segera datang!" ujar Sagara di ujung telepon. Ia meletakkan ponselnya ke dalam saku lalu berpamitan dengan sang istri."Sayang, aku berangkat dulu ya!""Hmmm, iya mas, semoga pekerjaanmu lancar," ucap Damay sambil tersenyum manis.Saga langsung mengecup kening istrinya dengan lembut."Terima kasih, Sayang. Jaga dir

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   201. Sahabat Lama

    “Aku tidak tahu, panggilan dari nomor asing.”"Abaikan saja.""Iya, Mas."Damay mendekat ke arah sang suami lalu menatap Rain yang sudah tertidur kembali di pelukan ayahnya."Dia sudah tidur lagi," ucap Saga sambil tersenyum.Damay tersenyum lalu mengecup pipi mungil Rain. "Hmmm .... cuma Rain aja nih yang dicium? Ayahnya enggak?"Damay menoleh menatap wajah sang suami, ia tertawa pelan. "Untuk ayahnya tidak perlu, kan udah sering!"Saga tersenyum lebar, senang melihat Damay kembali ceria. "Ah, jadi aku harus bersaing dengan baby Rain sekarang, ya?" gurau Saga sambil menggoda.Damay tertawa kecil, lalu mendekatkan wajahnya pada Saga, memberikan kecupan hangat di pipinya. "Mas," Damay memulai lagi, suaranya sedikit lebih serius"Hmmm, kenapa Sayang?" Saga menatapnya dengan penuh perhatian.Saga menaruh kembali baby Rain dalam boks bayi, setelah Rain tertidur dengan tenang. "

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   200. Hal Tersulit

    Kenangan itu membekas di hati Saga. Sejak saat itu, Pak Jerry menjadi lebih dari sekadar pendamping; dia adalah teman, pengganti figur keluarga yang hilang. Tapi kini, saat nama Pak Jerry disebut dalam masalah besar perusahaan, kenangan itu terasa seperti pisau yang menusuk hati Saga lebih dalam.***Sementara di tempat lain ...Pak Tom pulang ke markas sendirian, disambut oleh anak-anak pilihan. "Akhirnya yang ditunggu-tunggu pulang juga. Pak, saya bawa oleh-oleh liburan buat Pak Tom, Pak Jerry, dan anak-anak," seru Lanang menghampirinya dengan senyum yang lebar. Anak-anak pilihan mengangguk dengan ceria, senyuman tulus terpancar dari binar matanya.Tapi tidak dengan Pak Tom yang ekspresi wajahnya terlihat muram. "Mana Pak Jerry? Kok belum muncul juga? Apa masih di mobil?" tanya Lanang kembali seraya tolah toleh ke belakang."Pak Jerry gak pulang.""Oh, masih ada tugas dari Mas Bos?"Pak Tom menggele

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   199. Flashback

    Damay mematung di tempatnya, memandang Saga dengan tatapan sedih, mencoba memahami ucapan suaminya. Tapi Saga tetap terdiam, hanya menunduk sambil memutar cangkir kopinya yang sudah dingin.Baby Rain bergerak sedikit, gumaman lembut suara bayi terdengar samar. Damay menoleh, tatapannya beralih ke sosok mungil itu sejenak, lalu kembali ke Saga. Ia meraih pundaknya perlahan, mencoba memecahkan kebekuan di antara mereka.“Mas,” bisiknya, suaranya nyaris pecah. “Kenapa bilang Pak Jerry terlibat? Apa ada bukti?”Saga mengangkat wajahnya, mata merahnya bertemu dengan tatapan istrinya. Ia membuka mulut, namun tak ada kata-kata yang keluar. Hanya napas berat yang terdengar, mengisi ruang yang terasa semakin sempit.“Semua datanya mengarah ke dia,” gumamnya akhirnya, pelan, nyaris tak terdengar. Jari-jarinya mengusap wajahnya yang penuh kelelahan. “Aku nggak bisa mengerti… bagaimana bisa? Aku selalu percaya sama dia, Damay. Aku selalu melihat dia seba

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   198. Hilang Kepercayaan

    Pak Jerry membuka mulutnya, tapi tidak ada kata-kata yang keluar. Tubuhnya sedikit gemetar, ia menatap Saga, Pak Tom serta Pak Riko bergantian, tatapan matanya tampak berkaca-kaca. “Saya… saya tidak tahu apa-apa, Pak. Seseorang pasti menyabotase saya.” Saga tidak berkata apa-apa, hanya menatapnya tajam. Hening di ruangan itu begitu tegang, hingga detik jam dinding terdengar seperti pukulan palu. “Pak Riko,” ujar Saga akhirnya, tanpa melepaskan tatapannya dari Pak Jerry, “amankan semua akses Pak Jerry. Jangan biarkan dia menyentuh sistem apa pun sampai kita tahu kebenarannya. Dan Pak Jerry…” Dia mendekat, suaranya rendah tapi dingin. “Kalau Bapak benar-benar tidak bersalah, buktikan. Tapi kalau Bapak berbohong…” Saga berhenti sejenak, matanya menyipit. “Bapak tahu akibatnya.” Pak Jerry tertunduk. "Pak Bos, Anda tahu sendiri, saya sudah mengabdi pada Pak Bos dan perusahaan ini bukan satu tahun dua tahun, tapi lebih dari itu.

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   197. Kabar baik dan buruk

    “Pak Saga, kami punya kabar baik dan buruk,” suara Pak Riko terdengar tergesa-gesa di ujung telepon.“Apa itu?” “Kabar baiknya, kami berhasil melacak sebagian besar transaksi ilegal itu. Kami menemukan aliran dana mengarah ke sebuah akun di luar negeri. Tapi buruknya, ada indikasi bahwa pelaku masih memiliki akses ke beberapa sistem kami. Kami menduga mereka sedang menunggu momen berikutnya untuk menyerang.”Saga mengerutkan kening. “Sudahkah kalian memutus semua akses yang mencurigakan?”“Sudah, Pak, tapi pelaku ini sangat terampil. Mereka bisa menggunakan backdoor lain kapan saja. Kami juga mencurigai adanya aktivitas mencurigakan dari beberapa karyawan yang memiliki akses tinggi.”Saga terdiam sesaat. Curiga ini semakin menguatkan dugaan adanya orang dalam yang terlibat.“Baik,” katanya akhirnya. “Saya akan segera ke kantor. Pastikan semua data cadangan aman dan awasi aktivitas siapa pun yang mencurigakan. Jangan ambil risiko

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   196. Terlalu Berat

    Damay tersenyum tipis, matanya tak lepas dari wajah Saga. Dia tahu, meski suaminya mengatakan akan terus berjuang, ada sesuatu yang belum sepenuhnya lepas dari pikirannya. “Mas,” bisiknya sambil menyandarkan kepala di bahu Saga, “kalau terlalu berat, Mas bisa ceritakan semuanya ke aku. Aku mungkin nggak bisa bantu banyak, tapi aku selalu ada untuk Mas.” Saga terdiam, tatapannya masih pada Baby Rain. Detik-detik berlalu tanpa jawaban, sampai akhirnya dia berbicara, pelan tapi tegas. “Di kantor tadi, kami diserang. Sistem keuangan kita diretas. Uang perusahaan hilang dalam hitungan menit, dan datanya sekarang dienkripsi. Mereka meminta tebusan.” Damay membeku. Tubuhnya kaku sesaat, tapi dia berusaha tetap tenang. “Berapa yang hilang, Mas?” Saga menghela napas panjang, pandangannya jatuh ke lantai. “Dua puluh lima miliar,” jawabnya lirih. “Dan aku curiga ada orang dalam yang terlibat.” Damay menut

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   195. Hampir Menyerah?

    Damay berlutut di sampingnya, menyentuh bahunya dengan lembut. “Mas, kita pasti bisa melewati ini. Lihat Baby Rain.” Dia menunjuk bayi mereka yang tertidur nyenyak. “Dia percaya sama kita. Aku percaya sama Mas. Apa pun yang terjadi, kita hadapi bersama. Jangan pikirkan semua ini sendirian.”Saga mengangguk perlahan, tapi dadanya terasa berat. Dia tahu kata-kata Damay benar, tapi tidak mudah baginya untuk melupakan segala yang mengisi pikirannya sejak tadi pagi. Di kantor, suara Pak Tom dan laporan yang penuh angka masih bergema di kepalanya. Wajah para manajer yang tampak putus asa terus menghantui, seperti bayangan yang enggan pergi. “Aku hanya nggak mau mengecewakan kalian. Aku ingin kamu dan Baby Rain hidup bahagia. Tanpa beban, tanpa masalah seperti ini," katanya lirih.Damay tersenyum tipis, meski matanya tampak berkaca-kaca. “Kita bahagia, Mas. Bukan karena semuanya sempurna, tapi karena kita punya satu sama lain. Mas nggak perlu menanggun

  • SUAMIKU TERNYATA BUKAN BERANDAL BIASA   194. Serangan

    Saga langsung tertegun. Serangan cyber? Saat situasi perusahaan sudah cukup genting, kini muncul ancaman baru. Tanpa membuang waktu, dia bergegas menuju ruang tim IT, di mana suasana terlihat kacau. Para staf sibuk di depan layar komputer mereka, berusaha menganalisis sumber serangan. "Laporkan situasinya!" perintah Saga dengan tegas. Kepala tim IT, Pak Riko, menjelaskan dengan wajah tegang, "Pak, serangan ini sangat canggih. Mereka berhasil menembus firewall kami dan mengakses data keuangan perusahaan. Beberapa transfer besar dilakukan secara ilegal ke rekening asing. Kami sedang mencoba melacak IP address penyerang, tapi mereka menggunakan teknik masking yang sangat rumit." Saga mengerutkan kening, merasa amarah bercampur dengan kecemasan. "Berapa besar kerugian yang sudah terjadi?" Pak Riko melirik layar komputernya. "Sekitar 25 miliar rupiah telah ditransfer ke rekening yang belum teridentifikasi

DMCA.com Protection Status